Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dampak Kenakalan Remaja, Cara Mengatasinya dan Penerapan Teori Albert Cohen


Pengertian Kenakalan Remaja


Kita tentu tahu bahwa kenakalan remaja adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Masalah ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.

Baca juga : Pasal 27 ayat 3, Makna, Bunyi, Kandungan dan Implementasi Bela Negara  

Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.

Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.

Dampak Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja mungkin saat ini sudah tidak asing lagi kita dengar, banyak remaja yang tidak memikirkan dampak negatif dari perbuatan mereka tersebut. Biasanya banyak sekali faktor-faktor sehingga mereka bisa berbuat semau mereka meskipun mereka tahu apa yang mereka perbuat itu salah. Memang zaman sekarang, banyak para remaja yang mudah dan gampang untuk mempengaruhi dan di pengaruhi oleh lingkungan pergaulan mereka seperti berkata buruk, merokok, berjudi, pemakai dan pengedar narkoba, serta hamil di luar nikah.

Kenakalan seperti ini biasanya di sebabkan oleh banyak faktor misalkan karena faktor keluarga, ketika anak merasa tidak di perhatikan dan kurangnya kasih sayang dari keluarga terutama dari orang tua sehingga anakpun akan merasa kesepian dan akhirnya anak akan mencari kesenangan di luar dan mereka akan bergaul bebas dengan siapa saja yang mereka inginkan. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi baik buruknya tingkah laku anak, apabila di sekitar lingkungan tersebut baik anakpun setidaknya akan berperilaku baik dan sebaliknya ketika dia berada di lingkungan yang kurang baik anakpun akan berperilaku tidak baik apalagi ketika menginjak usia remaja anak akan gampang terpengaruhi. Dan mungkin karena faktor agama yang kurang, hal ini biasanya orang tua yang kurang memperhatikan sehingga anak tidak mendapatkan pendidikan agama yang baik anak akan jauh dari tuhan sehingga akan tetanam akhlak yang tidak baik pada diri anak tersebut.

Baca juga : Level Kognitif Adalah : Pengertian, Soal, Tabel, Taksonomi Bloom, Hots dan C1 C2 C3  

Banyak dampak negatif dari kenakalan-kenakalan remaja bagi dirinya sendiri maupun orang yang berada disekeliling mereka. Bila tidak segera di tangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang berkepribadian buruk. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan di hindari atau malah akan di kucilkan oleh banyak orang, remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai penganggu atau orang yang tidak berguna.

Akibat dari di kucilkannya ia oleh orang-orang di sekitarnya, remaja tersebut akan mengalami “gangguan kejiwaan”. Yang di maksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisasi, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya. Dari kenakalan remaja ini keluargalah yang menanggung malu, hal ini tentu sangat merugikan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa di pastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat memperbaikinya.

Sebaiknya untuk para orang tua harus benar-benar bisa membimbing anak-anaknya dan selalu memberi arahan yang baik agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Kasih sayang dan perhatian orang tua sangat di butuhkan oleh anak-anaknya. Dan khususnya untuk para remaja harus mempunyai kesadaran sendiri bahwa terjerumus dalam pergaulan bebas akan membuat masa depan suram, tingkatkan Iman agar tidak gampang tergoda oleh perilaku-perilaku buruk.

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja


Solusi Kenakalan Remaja Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan remaja masa kini sebagaimana telah disebutkan di atas, maka tentunya ada beberapa solusi yang tepat dalam pembinaan dan perbaikan remaja masa kini. Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan kenakalan remaja dapat dibagi dalam:


1. Tindakan Preventif Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara berikut:
  • Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
  • Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.
2. Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:
  • Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
  • Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
3. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang waja

Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:

1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu mengatasinya.

2. Pendekatan melalui kelompok, di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut.

3. Tindakan Represif


Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi tegas pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu. Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur. Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan. maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.

Baca juga : Arti Hak Asasi Manusia Yang Tidak Dapat Dibagi dan Contohnya

4. Memperbaiki Cara Pandang

Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam “kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.

5. Menjaga Keseimbangan Pola Hidup

Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.

6. Jujur Pada Diri Sendiri

Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini remaja tidak menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.

7. Memperbaiki Cara Berkomunikasi

Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekeliling kita

8. Perlunya Remaja Berpikir Untuk Masa Depan

Jarangnya remaja memikirkan masa depan. Seandainya tiap remaja mampu menanamkan pertanyaan “Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang lebih baik?” kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri para remaja. Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang dan akan berkurangnya jumlah remaja yang terkena HIV & AIDS nantinya.

9. Banyak Beraktivitas Secara Positif

Cara ini menurut berbagai penelitian sangat efektif dijalankan. Pergaulan bebas, biasanya dilakukan oleh kalangan muda yang banyak waktu longgar, banyak waktu bermain, bermalam minggu. Nah, untuk mengantisipasi hal tersebut, mengalihkan waktu untuk kegiatan lewat hal-hal positif perlu terus dikembangkan. Misalnya dengan melibatkan anak muda dalam organisasi-organisasi sosial, menekuni hobinya dan mengembangkannya menjadi lahan bisnis yang menghasilkan, maupun mengikuti acara-acara kreatifitas anak-anak muda. Dengan demikian, waktu mudanya akan tercurahkan untuk hal-hal positif dan sedikit waktu untuk memikirkan hal-hal negatif seperti pergaulan bebas tersebut.

10. Sosialisasi Bahaya Pergaulan Bebas

Dikalangan muda, pergaulan bebas sering dilakukan karena bisa jadi mereka tidak tahu akibat yang ditimbulkannya. Seperti misalnya penyakit kelamin yang mematikan. Nah, sosialisasi hal ini. Informasi-informasi mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pergaulan bebas ini perlu terus disebarkan di kalangan muda. Harapannya, mereka juga punya informasi sebagai bahan pertimbangan akal sehatnya. Jika informasi tersebut belum didapatkan ada kemungkinan mereka akan terus melakukan pergaulan bebas semau mereka. Tapi, kalau informasi sudah didapatkan tapi mereka tetap nekad melakukan itu persoalan lain lagi. Sepertinya perlu ada penanganan khusus, apalagi yang sudah terang-terangan bangga melakukan pergaulan bebas.

11. Menegakkan Aturan Hukum

Bagi yang bangga tersebut, tak ada hal lain yang bisa menghentikan selain adanya perangkat hukum dan aturan hukum yang bisa menjeratnya. Setidaknya sebagai efek jera. Yang demikian harus dirumuskan dan dilaksanakan melalui hokum yang berlaku di negara kita. Langkah ini sebagai benteng terakhir untuk menyelamatkan anak-anak muda dari amoralitas karena perilaku pergaulannbebas yang lambat laun otomatis akan merusak bangsa ini



Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.


Masa remaja terletak di antara masa anak dan masa dewasa.Masa remaja dianggap telah mulai ketika anak telah matang dalam aspek seksual dan kemudian berakhir setelah matang secara hukum. Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan.Masa remaja awal dimulai sejak umur 13 tahun sampai 16 tahun dan masa remaja akhir umur 16 tahun sampai 18 tahun,mereka masih dikategorikan sebagai anak dalam Undang-undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.

Faktor keluarga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak,apabila si anak mendapat perlakuan yang tidak baik seperti mendapat diskriminasi dari keluarga.Jika sudah seperti itu maka kecenderungan si anak mulai mencari cara untuk melupakan kejadian yang menimpanya dirumah,yaitu dengan berbagai cara seperti merokok,mabuk-mabukan,dan lain-lain.Karakteristik umum perkembangan remaja adalah bahwa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa sehingga seringkali menunjukkan sifat-sifat karakteristik,seperti kegelisahan,kebingungan,karena terjadi suatu pertentangan,keinginan untuk mengkhayalan,dan aktivitas berkelompok.

Faktor lingkungan, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.Akibatnya, para orang tua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.

Faktor mental yang masih sangat labil dan bergejolak dalam dirinya yang nyaris kurang terkontrol, sedangkan emosi itu sendiri merupakan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, serta setiap keadaan mental yang hebat dan sangat meluap-luap.Emosiya.

Penerapan Teori Albert Cohen tentang Subkultur Kenakalan Remaja


Menurut Cohen, deliquent subculture/subkultur kenakalan (sub-budaya yang nilai nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai dari budaya dominan) masalah ini muncl di daerah- daerah kumuh dari kota-kota besar Amerika serikat. Menurut Cohen, posisi relatif keluarga-keluarga muda dalam struktur sosial menentukan problem-problem yang dihadapi anak-anak sepanjang hidupya. keluarga-keluarga kelas bawah yang tidak pernah mengenal gaya hidup keluarga kelas menengah. Sebagai contoh tidak dapat mensosialisasikan anak-anak mereka dengan cara yang akan mempersiapkan mereka untuk memassuki kelas menengah. Anak-anak tumbuh dengan keterampilan komunikasi yang miskin, lemah dalam komitmen pendidikan dan ketidakmampuan menunda keinginan. 


Anak-anak deliquent membalikan norma-norma kelas menengah, dengan membuat perbuatan sendiri tanpa meghiraukan kebenaran.ebagai kosekuensiya, tindakan-tindakan delinquent mereka dilakukan tanpa tujuan berguna dan semta-mata keburukan dan kesenangan mereka. Jadi anak-anak ini tidak mencuri barang-barang untuk dimakan,dipakai atau dijual. Delinquent mereka ditunjukan untuk mlawan orang-orang serta harta benda secara acak, tidak seperti aktifitas berorientasi pada tujuan seperti dilakukan kelompok-kelompok penjahat dewasa.

Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja Dan Diihat Dari Faktor Usia


Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan :

(1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi,turan antar pelajar, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit

(2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin

(3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, pembunuhn pencurian dll.

Sedangkan menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:

a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah

Contoh kasus : “ Tawuran antara siswa SMAN 06 Jakarta dan SMAN 70 Jakarta”

Berbagai faktor sosial, kognitif, dan fisik dapat membantu menjelaskan tingginya tingkat kejahatan pada usia menjelang dewasa. Peningkatan kejahatan ini sesuai dengan masa pemuda menemukan jati diri mereka. Di satu sisi, mereka dihalangi untuk berintegrasi ke dunia orang dewasa, di sisi lain menghadapi sumber motivasi untuk melakukan kejahatan: uang, status, kekuasaan, otonomi, klaim identitas, pengalaman kuat dalam seks, kenaikan adrenalin, atau ketaksadaran akibat narkoba, kawan yang sangat menghargai kemandirian, atau bahkan penyimpangan dari moralitas konvensional. Lebih jauh lagi, status sebagai remaja membuat mereka merasa terlindungi dari berbagai ongkos sosial dan hukum, dan keadaan perkembangan kognitif mereka membuat mereka tidak terlalu peduli akan konsekuensi dari tindakan mereka. Pada saat bersamaan, mereka juga memiliki kekuatan fisik yang dibutuhkan untuk melakukan kejahatan. Terakhir, harus diingat bahwa perilaku menyimpang pada dasarnya adalah wajar pada remaja; sebagaimana ditunjukkan Jolin dan Gibbons (1987:238), “banyak pelanggaran hukum oleh remaja pada dasarnya adalah sebuahtahap‘menjadidewasa’.”

Sejumlah penulis mengaitkan tingginya penurunan tingkat kejahatan selama akhir masa remaja dan awal masa dewasa dengan kemampuan fisik. Namun, kajian kepustakaan tentang usia dalam perspektif biologis menunjukkan bahwa kemampuan fisik (kekuatan, energi, dan sejenisnya) terus meningkat jauh setelah usia yang oleh masyarakat dianggap sebagai usia tempat kejahatan seperti perampokan dan pencurian mulai menurun tajam (15–17 tahun). Lebih jauh lagi, setelah mencapai usia 25 dan 30 tahun, kemampuan fisik menurun lebih lambat dibandingkan penurunan tingkat kejahatan yang membutuhkan kekuatanfisik (Shocketal.1984).

Baca juga : Contoh Kalimat Pemberitahuan, Pengertian, Syarat dan Bentuk Ungkapan Indonesia Inggris

Sikap Pihak Terkait Mengenai Kenalan Remaja


1. Bagi Orang Tua

Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan anaknya. Serta memberi pengarahan tentang cara bergaul. Orang tua harus bisa menjadi teman, agar anak dapat terbuka dan anak dapat menjadikan orang tua sebagai seorang sahabat terpercaya.

2. Para Pendidik (Guru)

Memberi gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan tentang salah pergaulan yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu konsultasi dan penyuluhan tentang pergaulan yang baik dan benar sangat diperlukan, dan kegiatan ini dapat berjalan dengan bantuan seorang guru.

3. Para Remaja

Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai tuntutan dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Agar kita dapat menjadi remaja yang baik dan agar kita bisa menciptakan Negara dan bangsa yang sukses.

4. Bagi Masyarakat Umum

Bagi masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi guna pencegahannya. Apabila melihat hal-hal yang tidak wajar yang dilakukan oleh para remaja segera laporkan ke penegak hukum setempat agar diberi penyuluhan dan pengarahan.

Posting Komentar untuk "Dampak Kenakalan Remaja, Cara Mengatasinya dan Penerapan Teori Albert Cohen"