Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Level Kognitif Adalah : Pengertian, Soal, Tabel, Taksonomi Bloom, Hots dan C1 C2 C3


Pengertian Kognitif


Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

Teori Perkembangan Kognitif menurut “Jean piaget “

Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak-kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal. Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman fisik, yang merupakan abstraksi dari ciri-ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui proses pemikirananak didik . Sruktur tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalanlogis matematis.Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dansebagainya.


Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :

1. Fisik

Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapikontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuankecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

2.Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperolehmanfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membukakemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasisecara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatanyang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajarsendiri.

3.Pengaruh sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapatmemacu atau menghambat perkembangan kognitifnya.

Pengertian Level Kognitif

Pendidikan Abad 21 memiliki kemajuan IPTEK yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan abad sebelumnya. Kompetensi abad 21 berhubungan dengan perkembangan ranah level kognitif, interpersonal, dan intrapersonal. Terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia di Abad-21, yaitu: 

1) Kemampun berpikir kritisdan pemecahan masalah; 
2) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama; 
3) Kemampuanmencipta dan memperbarui; 
4) Kemampuan belajar; 
5) Kemampuan informasi dan literasimedia, mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak 
(Mukminan, 2014).

Salah satu tuntutan yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan belajar kontekstual. Pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa untuk menjalani aktivitas pembelajaran secara mandiri sebagai bagian dari pengembangan pribadi (Laksanani, 2018).
 
Ningsih dkk (2011) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang paling esensial yang dapat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah Indonesia banyak melakukan perubahan baik pada sistem pendidikan yang menyangkut kurikulum maupun pola pembelajaran yang dilaksakan. Menurut Tarigan (2014), pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu untuk memberikan kesempatan siswa mengalami sendiri karena pada dasarnya belajar ituadalah berbuat. 

Berbuat untuk mengubah tingkah laku artinya melakukan sesuatu kegiatan atau aktivitas dalam kegiatan proses belajar mengajar. Aktivitas belajar yang diharapkan tentunya bukan hanya aktivitas fisik saja tetapi juga melibatkan aktivitas mental, aktivitas emosional dan aktivitas intelektual. Dalam dinamika kehidupan manusia berfikir dan berbuat adalah suatu rangakain yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam belajar secara alami siswa mempunyai dorongan untuk mencipta dan berkembang (Raehang, 2014).Kemampuan siswa dijadikan sebagai tolak ukur utama keberhasilan suatu proses pembelajaran. 

Terdapat tiga ranah level yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa,yaitu: ranah level kognitif, ranah level afektif dan ranah level psikomotor. 

Level Kognitif merupakan suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti: mengingat,menyimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi. Level Kognitif sendiri adalah fungsi intelek atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak. 

Kemampuan kognitif berkaitan dengan pengetahuan kemampuan berfikir dan kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif juga erat hubungannya dengan prestasi belajar Biologi. Kemampuan kognitif siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa dan kemandirian siswa maupun kemampuan siswa dalam pembelajaran (Susilo, 2008). 

Level kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa yang mencakup:
1) pengetahuan(C1), 
2) pemahaman (C2), 
3) penerapan(C3), 
4) Analisis (C4),
5) sintesis (C5), 
6) penilaian (C6)
(Ningsih, 2017). 

Kemudian taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson dan Krathwohl, taksonomi Bloom hanya mempunyai satudimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori, yaitu: mengingat,memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson danKrathwohl, 2017).

Pentingnya kognitif dalam proses pembelajaran yaitu untuk mengembangkan pengetahuan siswa secara mandiri dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir. Artinya pengetahuan yang dimiliki oleh setiap siswa dapat dibentuk oleh siswa itu sendiri melalui interaksi yang dilakukan didalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa yang mampu beradaptasi selama proses pembelajaran dikelas maka akan terjadi perubahan dan perkembangan dalam struktur: kognitifnya, pengetahuan, wawasan, dan pemahamannya (Sutarto, 2017)


Level Kognitif Soal


Tingkat Kognitif Digunakan dalam Mempersiapkan Soal Tes

Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) yang kini berganti nama menjadi Pusat Penilaian Pembelajaran (Pusmenjar) Kemendikbud mengumpulkan level kognitif menjadi 3 tingkatan, yaitu 

1. level pengetahuan dan pemahaman (level 1) mengukur proses berpikir C1 dan C2, 
2. level penerapan/aplikasi (level 2) mengukur proses berpikir C3, dan 
3. level penalaran (level 3) mengukur proses berpikir C4, C5, dan C6. 



Definisi Level Kognitif pada Pemahaman Kisi-kisi Soal
 
1. Tingkat/level Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)

Siswa pada tingkat pengetahuan dan pemahaman ini harus memiliki standar minimal kemahiran dalam menguasai mata pelajaran. Berikut rincian kemampuannya.
  • Menunjukkan memori dasar dan pemahaman tentang subjek dan mampu membuat generalisasi yang mudah.
  • Mendemonstrasikan tingkat dasar pemecahan masalah dalam sebuah pelajaran, setidaknya dalam satu cara.
  • Menunjukkan pemahaman dasar tentang grafik, tabel, dan materi visual lainnya.
  • Mengkomunikasikan fakta-fakta dasar menggunakan terminologi sederhana.
 
2. Tingkat/level Aplikasi (Level 2)

Siswa pada level aplikasi harus memiliki kemampuan aplikatif. Berikut rincian kemampuannya.
  • Menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang suatu subjek dan mampu menerapkan ide dan konsep dalam konteks tertentu.
  • Interpretasi dan analisis informasi dan data.
  • Memecahkan masalah rutin dalam pelajaran.
  • Interpretasi grafik, tabel, dan materi visual lainnya.
  • Berkomunikasi dengan jelas dan dalam cara yang terorganisir menggunakan terminologi.
 
3. Tingkat/level Penalaran (Level 3)

Siswa pada tingkat penalaran ini harus memiliki kemampuan bernalar dan berlogika. Berikut rincian kemampuannya.
  • Menunjukkan pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang subjek dan mampu menerapkan ide dan konsep dalam situasi yang akrab, serta dengan cara yang berbeda.
  • Analisis, sintesis, dan evaluasi ide dan informasi faktual.
  • Jelaskan hubungan antara informasi konseptual dan faktual.
  • Menafsirkan dan menjelaskan ide-ide kompleks dalam pelajaran.
  • Memberikan ide-ide yang realistis dan akurat menggunakan terminologi yang benar.
  • Memecahkan masalah dalam berbagai cara dan melibatkan banyak variabel.
  • Membagikan pemikiran orisinal 

Tabel Level Kognitif


Berikut ini contoh Tabel Level Kognitif yang biasanya digunakan sebagai acuan oleh guru dan tenaga pendidik dalam merumuskan soal-soal untuk siswa di sekolahan.



Level Kognitif C1 C2 C3

Demikian pula inkuiri masih dalam taraf intelektual rendah dan belum memperkirakan kemampuan berpikir permintaan tinggi dengan alasan inkuiri yang dilakukan saat ini pada tahap mengingat (C1), memahami(C2) dan menerapkan (C3) belum. pada tahap menyelidiki (C4), menilai (C5) dan membuat (C6). Denganasumsi tingkat penalaran siswa masih banyak, siswa tidak dapat bereaksi terhadap perubahan mekanis yangsemakin terbuka, hari ini dan di seluruh dunia dan akan melewati titik di mana dimungkinkan untukmenyesuaikan diri dengan waktu mendatang. Sesuai dengan upaya menggarap sifat pengajaran dan prestasi belajar, banyak yang telah dilakukan, melalui perubahan program pendidikan, tata cara pembelajaran, model pembelajaran dan instrumen evaluasi. Tidak sebanyak beberapa penelitian telah diarahkan untuk lebihmengembangkan kemampuan berpikir permintaan yang lebih tinggi dan prestasi siswa. Namun, kemajuan danujian yang diselesaikan tidak memiliki kesempatan untuk sama sekali lebih mengembangkan kemampuan penalaran, kemampuan, dan prestasi belajar siswa.

Dalam menentukan prestasi belajar dan kemajuan belajar siswa, guru sering menggunakan evaluasisumatif. Evaluasi sumatif merupakan tes yang mencatat prestasi akademik dan kemajuan akademik siswa.Evaluasi sumatif juga dapat didefinisikan sebagai penggunaan ujian akhir pada waktu tertentu, yang mencakupsebagian atau seluruh mata kuliah yang diambil selama satu semester, bahkan setelah pembahasan kelulusan(Muslih, 2013). Penilaian sumatif adalah penilaian yang menggunakan skor atau angka yang kemudiandigunakan untuk menentukan prestasi belajar siswa. Penilaian ini selesai jika kursus pengetahuan sebelumnyaatau semua konsep telah selesai. Penilaian sumatif digunakan untuk menentukan pembagian penghargaan akhirdari suatu kelas atau kegiatan. Penilaian sumatif dirancang untuk mencatat pencapaian siswa secara keseluruhandengan cara tertentu.

Evaluasi sumatif umumnya dilakukan ketika berakhirnya suatu pokok bahasan, tengahsemester, dan akhir semester atau kenaikan kelas (Oktaviana & Prihatin, 2018). Dalam penelitian ini akandilakukan evaluasi sumatif yaitu penilaian akhir semester (PAS). Satu lagi kebenaran yang perlu disampaikan pencipta adalah bahwa banyak pendidik pemula belummemahami alur pembelajaran dengan baik, sehingga tujuan akhir untuk menyusun dan mengembangkan tessebagai salah satu kemampuan yang harus digerakkan, masih kurang. Selain itu, memahami alur pembelajaran juga dapat digunakan sebagai alasan untuk mengembangkan rencana contoh yang baik. Karena, kapasitasinstruktur dalam penyusunan dan pengembangan tes, kurang dipengaruhi oleh informasi dan kemampuan pendidik dalam melakukan pemerolehan

Level 1: Menghafal/Mengingat (C1) dan Memahami (C2).

Level 2: Mengaplikasikan/Implementasi (C3).

Level 3: Analisis (C4), Evaluasi (C5), dan Membuat (C6).


Level Kognitif l1 l2 l3

Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Penilaian ini dapat dilakukan setelah penyampaian materi, bab atau satu semester. Evaluasi ini dapat bersifat formatif atau sumatif. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan pada akhir suatu pembahasan, suatu bab atau topik pembahasan. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satuan waktu. Penilaian sumatif mencakup lebih dari satu mata pelajaran yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mampu berpindah dari satu satuan pelajaran ke satuan pelajaran berikutnya.

Penilaian yang dilakukan oleh guru adalah dengan menyiapkan soal-soal yang berisi materi yang telah diberikan yang kemudian akan diberikan kepada siswa. Dalam menyusun soal ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru, pertama guru harus memiliki kisi-kisi soal. Dalam penyusunan kisi-kisi soal yang harus diperhatikan oleh guru adalah guru harus memperhatikan KD dan indikatornya. Selanjutnya, guru harus mempertimbangkan tingkat/level kognitif sebagai tuntutan kurikulum yang harus diikuti siswa setelah belajar. Dalam menyusun soal, guru juga harus berpedoman pada taksonomi ini sebagai penuntun tingkat kesukaran soal, yang disebut ranah Level Kognitif yang umumnya disingkat Level Kognitif L1, Level Kognitif L2 dan Level Kognitif L3.

Level Kognitif Hots


Mata pelajaran Sains memiliki arti penting dalam mempersiapkan SDM sejak dini, dengan harapan memiliki kemampuan yang tinggi atau high request of reasoning ability (HOTS) baik dalam informasi,kemampuan maupun mentalitas. Mata pelajaran Sains diidentikkan dengan cara menemukan alam secarametodis, sehingga bukan hanya sekedar kumpulan informasi sebagai hasil, tetapi juga perjalanan wahyu. Selanjutnya, Sains di sekolah belajar dengan memberikan wawasan langsung untuk menumbuhkan kemampuan siswa agar memiliki pilihan untuk memahami siklus dan gagasan Sains itu sendiri serta memiliki pilihan untuk menyelidiki habitat asli secara normal (Fitria, 2017). 

Kemampuan ini harus dibangun sejak sekolah dasar sehingga siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dalam berpikir, bertindak dan sebagai modal pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan berpikir permintaan yang lebih tinggi (HOTS)dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menangani permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari(Subhan, 2020).Kenyataan yang ditemukan (Lestari, 2020) di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa diiklim kota masih sangat terbatas dalam memahami soal-soal HOTS. 

Namun pertanyaan HOTS sangat pentingkarena mendorong imajinasi, terutama dalam penalaran. Efek samping dari investigasi yang berbedamengusulkan bahwa pertanyaan tes yang dibuat berfluktuasi dari banyak pertanyaan keputusan, artikel, dan bagian pendek. Bagaimanapun, pertanyaan tingkat signifikan atau HOTS tidak dibuat di sekolah dasar.Kemajuan pertanyaan saat ini pada tingkat penalaran yang rendah atau banyak. Pertanyaan tingkat yang tidakdapat disangkal harus dipastikan dibuat di sekolah dasar untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir meskipun mereka hanya 1:5 dengan pertanyaan konvensional atau LOTS (Lestari Anggi, Asep Saepulrohman, 2016).

Penilaian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pembelajaran. Hal ini sesuai dengan(Purnomo, 2019) memutuskan cara terakhir untuk menentukan pilihan yang akan diambil oleh seorang guruterhadap murid-muridnya sehingga apa yang dilakukannya benar-benar terukur. Dalam menilai seorang pendidik membutuhkan instrumen yang berharga untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Penilaian dilakukan untuk mengamati data yang tepat diidentifikasi dengan pencapaian tujuan instruksional untuk membuat kesimpulan atau sebagai pemimpin bagi produsen pengaturan yang bersangkutan. 

Kelangsungan danketepatan data yang diperoleh sangat bergantung pada sifat penilaian yang diselesaikan. Sifat penilaian yang disinggung untuk situasi ini meliputi: ketepatan instrumen, ketepatan prosedur estimasi dan ketepatan dalammenyelesaikan penilaian (Herwin, 2019) Tes yang layak adalah tes yang tidak bisa, substansial, dan solid.Untuk memenuhi ini, penting untuk menguji file daya yang tidak adil dan ketergantungan. Selain berfokus padalegitimasi dan kualitas tak tergoyahkan dari pertanyaan yang akan diadili pada siswa, mereka juga harusdiselidiki terlebih dahulu.Penyelidikan subjektif tentang sifat penyelidikan atau pemeriksaan hal-hal yang harus diselesaikan oleh penyusun penyelidikan (pendidik). Motivasi di balik ujian adalah untuk melihat segala sesuatu untuk mendapatkan pertanyaan yang berkualitas tinggi sebelum digunakan.

Pemeriksaan tingkat kesulitan inkuiri berarti melihat pertanyaan tes sejauh kesulitan yang ditentukan untuk mendapatkan data tentang pertanyaanmana yang disebut sederhana, sedang dan merepotkan. Untuk memperoleh pertanyaan berkualitas tinggi,terutama sejauh tingkat kesulitan pertanyaan, ada keseimbangan serta legitimasi dan ketergantungan yang memuaskan. Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya pertanyaan yang bersifat sederhana, sedang dan relatif merepotkan.Meskipun demikian, secara praktek di lapangan, masih banyak sekolah dalam menyelesaikan penilaian yang hanya memberikan sekumpulan tes, sedangkan para pendidik dalam praktik penilaian seringkali tidakmemperdulikan sifat tes yang sebenarnya, baik dari segi materi, segi perkembangan maupun segi bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidik tidak fokus pada apakah inkuiri telah memenuhi kebutuhan sebagai alat penilaian yang layak, misalnya, sah, solid, bagaimanapun, memiliki tingkat kesulitan masalah yang layak dandaya pemisah. Penyebab kesulitan soal sains bermacam-macam ada yang bersumber dari guru, lingkungan,siswa, atau materi itu sendiri (Purwanti, 2018). Hal ini senada dengan (Nurung, 2008) Soal sains yang berkategori sulit merupakan soal yang mampu dikerjakan oleh siswa pintar saja. Lebih lanjut (Imanuel, 2015)muatan materi yang terkandung pada mata pelajaran sains dirasa oleh siswa sulit untuk diikuti dan dipahami.Kesulitan yang dialami peserta didik yaitu kesulitan mengerjakan soal sains yang berbasis HOTS dimana dalam soal tersebut peserta didik diminta untuk berpikir kritis dan memahami maksud soal yang akan dikerjakannya (Nurung, 2008).

HOTS dan LOTS adalah konsep pendidikan yang ditawarkan pada teori Taksonomi Bloom. Dalam teori ini pendidikan memiliki bentuk yang mengelompokan tujuan pendidikan menjadi beberapa topik dan level kemampuan berpikir.

Topik atau level tersebut adalah level tingkat tinggi (HOTS Kepanjangan, Higher-order thinking skills) dan level rendah (LOTS kepanjangan, Lower-order thinking skills).

Berdasarkan pemaparan di atas perspektif level kognitif yang termasuk LOTS adalah C1, C2 dan C3. Sementara pada level kognitif HOTS mencakup C4, C5, C6.


Level Kognitif Taksonomi Bloom


Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980) sebagaimana dikutip Mimin Haryati, Level Kognitif Bloom pada kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari level pengetahuan, pemahaman,aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Pada tingkat/level taksonomi bloom pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. 

Pada tingkat/level taksonomi bloom pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri,memberi contoh suatu konsep atau prinsip. 

Pada tingkat/level taksonomi bloom aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. 

Pada tingkat/level taksonomi bloom analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab akibat. 

Pada tingkat/level taksonomi bloom sintesis, peserta didik di tuntutuntuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. 

Pada tingkat/level taksonomi bloom evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah,editorial, teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuatkebijakan.

Untuk mengukur keberhasilan aspek kognitif ini, maka guru harus membuat alat penilaian (soal)dengan formulasi perbandingan sebagai berikut:40% untuk soal yang menguji tingkat pengetahuan peserta didik.20% untuk soal yang menguji tingkat pemahaman peserta didik.20% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan dalam penerapan pengetahuan.10% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan dalam analisis peserta didik.5% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan sintesis peserta didik.5% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan petatar dalam mengevaluasi. 

Dengan menggunakan formulasi perbandingan soal di atas, mempermudah seorang guru untuk memperjelas cara berfikirnya dan untuk memilih soal-soal yang akan diujikan, selain itu juga dapat membantu seorang guru agar terhindar dari kekeliruan dalam membuat soal. Adapun bentuk tes kognitif diantaranya; tes lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraiannon obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portopolio, danperformans.


Contoh Tabel Level Kognitif Taksonomi Bloom


Posting Komentar untuk "Level Kognitif Adalah : Pengertian, Soal, Tabel, Taksonomi Bloom, Hots dan C1 C2 C3"