Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terapi Asma dan Cara Mengobati Penyakit ini, Terapi Farmakologi dan Non-Farmakologi


Pengobatan dan Terapi Asma


1. Terapi non farmakologi

  • Memberikan edukasi atau penjelasan kepada penderita/ yang merawat penderita mengenai berbagai hal tentang asma, misalnya tentang terjadinya asma, bagaimana mengenal pemicu asmanya dan mengenal tanda-tanda awal keparahan.
  • Mengenali dan mengontrol faktor-faktor pemicu serangan asma
  • Mengatur kegiatan aktifitas fisik
  • Melakukan olahraga secara teratur, misalnya senam asma untuk latihan pernafasan.
  • Selain obat obatan yang dikonsumsi terdapat alat-alat bantu yang biasa digunakan untuk membantu memudahkan pernapasan pada anak. Perawatan ini umumnya diberikan 4 kali sehari dan dalam waktu 10-15 menit. Namun frekuensinya tergantung kapada dokter.
· Alat bantu untuk asma yaitu :

  • Inhaler adalah alat kesehatan (medical device) yang digunakan untuk mengatar obat kedalam tubuh melalui paru paru. Pada umum nya inhaler merupakan sistim yang bergantung pada kekuatan dari liquid gas yang berkompresi untuk menularkan isi dari kontainer.
  • Aerosol terdiri dari 2 komponen yaitu :
Produk terkonsentrat yang terdiri dari zat aktif obat atau campuran dari zat aktif dan bahan penting lainnya seperti pelarut antioksidan,dan surfaktan.
  • Propellant (pendorong obat).
Baca juga : Khasiat Ginseng, Kegunaan, Manfaat dan Cara Budi Daya Tanaman ini

2. Terapi farmakologi



a. Simpatomimetik

Mekanisme Kerja: Kerja farmakologi dari kelompok simpatomimetik ini adalah sebagai berikut :

  • Stimulasi reseptor α adrenergik yang mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi, dekongestan nasal dan peningkatan tekanan darah.
  • Stimulasi reseptor β1 adrenergik sehingga terjadi peningkatan kontraktilitas dan irama jantung.
  • Stimulasi reseptor β2 yang menyebabkan bronkodilatasi, peningkatan klirens mukosiliari, stabilisasi sel mast dan menstimulasi otot skelet. Selektifitas relatif obat-obat simpatomimetik adalah faktor penentu utama penggunaan secara klinik dan untuk memprediksi efek samping yang umum. Obat simpatomimetik selektif β2 memiliki manfaat yang besar dan bronkodilator yang paling efektif dengan efek samping yang minimal pada terapi asma. Penggunaan langsung melalui inhalasi akan meningkatkan bronkoselektifitas, memberikan efek yang lebih cepat dan memberikan efek perlindungan yang lebih besar terhadap rangsangan (misalnya alergen, latihan) yang menimbulkan bronkospasme dibandingkan bila diberikan secara sistemik.
Indikasi: Agonis β2 kerja diperlama (seperti salmeterol dan furmoterol) digunakan, bersamaan dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat golongan ini juga dipergunakan untuk mencegah bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik. Agonis β2 kerja singkat (seperti albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah terapi pilihan untuk menghilangkan gejala akut dan bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik.


Kontra indikasi: Obat simpatomimetik dikontraindikasikan untuk penderita; yang alergi terhadap obat dan komponennya (reaksi alergi jarang terjadi), aritmia jantung yang berhubungan dengan takikardia, angina, aritmia ventrikular yang memerlukan terapi inotopik, takikardia atau blok jantung yang berhubungan dengan intoksikasi digitalis (karena isoproterenol), dengan kerusakan otak organik, anestesia lokal di daerah tertentu.

Baca juga : Penyakit Diare Adalah : Pengertian dan Faktor Penyebab Penyakit ini  

b. Xantin

Mekanisme Kerja Metilxantin (teofilin, garamnya yang mudah larut dan turunannya) akan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal, merangsang SSP, menginduksi diuresis, meningkatkan sekresi asam lambung, menurunkan tekanan sfinkter esofageal bawah dan menghambat kontraksi uterus. Teofilin juga merupakan stimulan pusat pernafasan. Aminofilin mempunyai efek kuat pada kontraktilitas diafragma pada orang sehat dan dengan demikian mampu menurunkan kelelahan serta memperbaiki kontraktilitas pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran pernapasan kronik.

c. Antikolinergik

  • Ipratropium Bromida

Mekanisme Kerja Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik (parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik. Ipratropium bromida (semprot hidung) mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung. Indikasi Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema.

Efek Samping: Sakit punggung, sakit dada, bronkhitis, batuk, penyakit paru obstruksi kronik yang semakin parah, rasa lelah berlebihan, mulut kering, dispepsia, dipsnea, epistaksis, gangguan pada saluran pencernaan, sakit kepala, gejala seperti influenza, mual, cemas, faringitis, rinitis, sinusitis, infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi saluran urin.

Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap ipratropium bromida, atropin dan turunannya.

d. Kromolin Sodium dan Nedokromil


  • Kromolin Natrium

Mekanisme Kerja Kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin tidak mempunyai aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas glukokortikoid. Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A (Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast. Kromolin bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.

Indikasi Asma bronkial (inhalasi, larutan dan aerosol) : sebagai pengobatan profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien dengan gejala berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler.

Pencegahan bronkospasma (inhalasi, larutan dan aerosol) : untuk mencegah bronkospasma akut yang diinduksi oleh latihan fisik, toluen diisosinat, polutan dari lingkungan dan antigen yang diketahui. ¾ Dosis dan Cara Penggunaan Larutan nebulizer : dosis awal 20 mg diinhalasi 4 kali sehari dengan interval yang teratur. Efektifitas terapi tergantung pada keteraturan penggunaan obat. Pencegahan bronkospasma akut : inhalasi 20 mg (1 ampul/vial) diberikan dengan nebulisasi segera sebelum terpapar faktor pencetus.

  • Nedokromil Natrium

Mekanisme Kerja Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma. Obat ini akan menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat perkembangan respon bronko konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi.

Indikasi Nedokromil diindikasikan untuk asma. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan sampai sedang. Dosis dan Cara Penggunaan 2 inhalasi , empat kali sehari dengan interval yang teratur untuk mencapai dosis 14 mg/hari. Nedokromil dapat ditambahkan kepada obat pasien yang ada sebelumnya (seperti bronkodilator). Jika efek pengobatan tercapai dan asma terkendali, usaha untuk menurunkan penggunaan obat secara berturut-turut harus dilaksanakan secara perlahan-lahan.

Baca juga : Perilaku Penyebab Diare, Tanda, Gejala, Ciri dan Faktor Penularan  

Efek Samping yang terjadi pada penggunaan nedokromil bisa berupa batuk, faringitis, rinitis, infeksi saluran pernapasan atas, bronkospasma, mual, sakit kepala, nyeri pada dada dan pengecapan tidak enak. Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap nedokromil atau komponen sediaan.

Posting Komentar untuk "Terapi Asma dan Cara Mengobati Penyakit ini, Terapi Farmakologi dan Non-Farmakologi"