Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui dan Pengaruhnya terhadap Kualitas ASI dan Kesehatan Ibu


KEBUTUHAN GIZI IBU MENYUSUI


Perilaku menyusui

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Dalam kitab suci tertulis “Susuilah bayimu sampai usia dua tahun….”. Namun sayangnya perilaku menyusui bayi terus menurun sejalan dengan peningkatan pendidikan dan kesibukan bekerja kaum wanita. Data tahun 1988 menunjukkan pemberian susu botol meningkat dari 5 % pada tamatan SD menjadi 56 % pada tamatan perguruan tinggi. Sebaliknya pemberian ASI menurun dari 89 % pada tamatan SD menjadi 0 % pada tamatan perguruan tinggi. Juga pemberian ASI ekslusif cenderung menurun dari 37 % tahun 1987 menjadi 30 % tahun 1992.

Banyak factor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya ialah karena air susu tidak keluar. Penyebabnya antara lain stress, malnutrisi, penyakit atau perilaku penyusuan yang salah. Perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir terutama dikondisikan oleh jaringan pemasaran susu formula, baik melalui iklan maupun memasok langsung ke rumah sakit. Sekali terpengaruh kondisi ini, jangan diharap air susu akan dapat mengalir keluar dengan optimal.

Baca juga : 3 Jenis Obat Larutan, Larutan untuk Telinga, Hidung dan Mulut

Fisiologi menyusui

Kelenjar susu tersusun dari jaringan kelenjar atau parenkim dan penopang atau stroma. Jaringan kelenjar berisi banyak sekali kantong alveolus yang dikelilingi oleh jaringan epithel otot yang bersifat kontraktif. Bagian dalam elveolus dilapisi oleh selapis epithel. Susu dibentuk pada epitel kelenjar ini.

ASI terbentuk melalaui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian pertama, susu dieksresikan oleh kelenjar ke dalam lumen alveoli. Proses ini diawasi oleh hormone prolaktin dan ACTH. Kedua hormone ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dikumpulkan dalam sinus dan dialirkan ke putting susu. Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci oleh pengaruh progesterone pada sel kelenjar. Setelah partus, kadar hormone ini menyusut drastis, memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi sehingga mengimbas laktogenesis.

Laktasi diawasi oleh dua macam refleks, yaitu refleks produksi susu dan refleks let down. Manakala bayi mengisap putting susu, serangkaian impuls akan menuju medula spinalis, lalu ke otak dan menyusup ke dalam kelenjar hipofisis, memicu sekresi oksitosin pada bagian posterior hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebabkan kontraksi sel-sel epithel otot polos yang membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung di dalamnya tersembur ke setiap duktus dan sinus.

Cara menyusukan yang baik

Menyusui memerlukan persiapan sejak hamil, terutama pengetahuan tentang cara memberikan ASI pertama, cara memperbanyak ASI serta perawatan payudara sebelum dan setelah melahirkan. Setelah bayi dilahirkan hendaknya disusui sedini mungkin bahkan sejak ibu masih di kamar bersalin. Dalam 1-3 jam bayi baru lahir harus sudah dicoba untuk disusui walaupun ibu belum mengeluarkan ASI. Duduklah dengan enak di kursi dengan senderan. Gerakan putting di ujung mulut bayi untuk merangsangnya hingga putting dimasukkan dalam mulutnya dan mulai mengisap. Seluruh puting harus berada dalam mulutnya dengan bibir menutupi areolanya, akan tetapi jangan sampai lobang hidungnya tertutup hingga bayi sukar bernapas. Mungkin ASI belum keluar, akan tetapi pengisapan ini memberi rangsangan bagi pembuatan ASI.

Baca juga : Larutan Oral Obat, Potiones, Eliksir, Sirup, Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent  

Dalam empat hari pertama produksi ASI belum banyak hingga menyusui cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat disusui selama 10-15 menit dari tiap buah dada. Gunakan kedua buah dada untuk memelihara fungsi payudara. Jumlah ASI yang diisap bayi pada 5 menit pertama sekitar 112 cc, pada 5 menit kedua sekitar 64 cc dan pada 5 terakhir sekitar 16 cc. Jadwal menyusui hendaknya disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari misalnya tiap 3 jam.

Pengaruh status gizi ibu terhadap ASI

Komposisi zat gizi di dalam ASI wanita yang makannya kurang tidak jauh berbeda dengan ASI dari wanita yang makannya cukup. Status gizi ibu tidak berpengaruh besar terhadap mutu gizi ASI kecuali kadar vitamin dan mineral sedikit lebih rendah. Yang tidak sama hanya volume ASI yang berkurang pada ibu kurang gizi. Rata-rata volume ASI wanita berstatus gizi baik sekitar 800 cc sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya 500-600 cc sehari.



Pengaruh menyusui terhadap kesehatan ibu

Ketika melahirkan maka berat wanita akan menyusut 5 kg. Dengan keteraturan memberikan ASI apalagi jika disertai senam akan terjadi penyusutan lemak tubuh. Berat badan wanita menyusui umumnya berkurang 0,5-1 kg/bulan, namun kehilangan ini tidak lebih dari 1 kg per bulan. Perangsangan putting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus dan juga timbunan lemak, kembali ke ukuran sebelum hamil.

Pemberian ASI secara ekslusif dapat menjadi alternative kontrasepsi. Pemberian ASI akan merangsang sekresi hormone prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin berkemampuan menekan ovulasi yaitu menghambat kegiatan ovarium dalam sekresi hormone luteinizing dan GRH (gonadotropin releasing hormone). Oksitosin berfungsi memicu dan memacu involusi uterus. Dengan ibu memberi ASI ekslusif akan mempunyai daya lindung kontrasepsi sampai 98 % dan ibu tidak mengalami haid.

Kebutuhan gizi ibu menyusui

Penambahan energi sepanjang 6 bulan pertama pascapartum mencapai 700 kkal per hari. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok sekitar 70 kkal atau setara dengan 85 kkal dari makanan. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti mengandung 560 kkal. Sementara itu energi yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu 700 kkal (efisiensi konversi energi makanan menjadi energi susu 80 %). Setelah 6 bulan menyusui produksi ASI menurun sehingga penambahan energipun berkurang. WNPG menganjurkan penambahan energi untuk ibu menyusui 700 kkal pada 6 bulan pertama dan 500 kkal untuk periode selanjutnya.

Baca juga : Sediaan Obat Larutan, Faktor Kelarutan, Keuntungan Kerugian, Syarat dan Komposisi  

Dalam 6 bulan pertama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein 16 gram di atas kebutuhan normal. Hal ini berdasar perhitungan tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 g protein sehingga 800 cc ASI mengandung 9,6 gram protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi protein susu 70 % sehingga 9,6 g protein susu setara dengan 13,7 g protein makanan. Tambahan protein selain untuk protein susu juga untuk sintesis hormone prolaktin dan oksitosin. WKN Pangan dan Gizi menganjurkan penambahan protein 16 g per hari pada 6 bulan pertama menyusui dan 12 g pada periode selanjutnya. Kebutuhan vitamin dan mineral sehari ibu menyusui dapat dilihat di bawah ini.

Posting Komentar untuk "Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui dan Pengaruhnya terhadap Kualitas ASI dan Kesehatan Ibu"