Jenis-jenis Gangguan Haid, Dismenorea, Premenstrual Tension dan Mastodinia
Gangguan yang ada hubungan dengan haid
1) Dismenorea
- Definisi
Dismenore merupakan salah satu dari keluhan utama ginekologis yang menyebabkan pasien datang ke dokter (Jamieson & Steege, 1996) Dismenore adalah nyeri pada saat haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit (Baziad, 2003). Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus (Hillegas, 2005).
- Klasifikasi
Dismenore dibagi menjadi dua yaitu :
a) Dismenore primer (spasmodik)
Dismenore primer adalah dismenore tanpa kelainan anatomis genitalis, tidak terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab dan hanya terjadi selama siklus-siklus ovulatorik.
b) Dismenore sekunder (kongestif).
Dismenore sekunder adalah dismenore yang disertai kelainan anatomis genitalis, timbul karena adanya masalah fisik seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang panggul (PID) (Sylvia & Lorraine, 2006).
Baca juga : Tanaman Gempur Batu, Berkhasiat Obat Batu Ginjal, Kandung Kemih dan Empedu
Dismnenore sekunder adalah nyeri haid yang muncul pada usia dewasa, dan menyerang wanita yang semula belum pernah merasakan dismenore. Hal ini terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore dan biasanya diberikan terapi sesuai penyebabnya (Sylvia&Lorraine, 2006). Dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan alat-alat kandungan (Anonim, 2009).
Menurut pembagian klinisnya dismenore dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Dismenore ringan
Dismenore ringan berlangsung beberapa saat dan melanjutkan kerja sehari-hari.
b) Dismenore sedang
Dismenore sedang diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c) Dismenore berat
Dismenore berat perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, sakit pinggang, diare dan rasa tertekan (Manuaba, 2001).
Dismenore merupakan gangguan ginekologi yang sering terjadi. Sekitar 30-75% wanita mengalami dismenore. Secara umum didapatkan terjadi lebih dari 50% wanita. Biasanya kejadiannya tergantung dari rata-rata usia yang telah ditetapkan. Sekitar 10% wanita yang mengalami dismenore sering mengakibatkan tidak masuknya wanita tersebut 1-3 hari di sekolah maupun pekerjaan mereka (Sylvia&Lorraine, 2006).
Angka kejadian pasti dismenorea di Indonesia belum ada secara detail. Sebenarnya angka kejadiannya cukup tinggi, namun yang datang berobat ke dokter sangatlah sedikit, yaitu 1-2% saja. Dismenore paling sering terjadi pada masa remaja, dalam 2-5 tahun setelah menarche atau haid yang pertama sekali terjadi. Dismenore terjadi pada lebih dari setengah wanita usia reproduksi dengan prevalensi yang beragam. Sebuah penelitian terhadap 113 pasien praktek pribadi menunjukkan angka prevalensi sekitar 29-44% (Cameron, 1999).
Faktor risiko dari dismenore adalah usia kurang dari 20 tahun, usaha untuk menurunkan berat badan, depresi, perdarahan menstruasi yang berat, nulliparitas dan merokok (French, 2005). Selain itu panjangnya periode menstruasi, riwayat keluarga, obesitas serta pengkonsumsi alkohol juga merupakan faktor resiko dismenore (Calis, 2011).
Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi dan prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat serta mampu menyempitkan pembuluh darah yang mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan dan nyeri (Morgan, 2009).
Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia yang disebut prostaglandin. Telah dibuktikan, prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus (rahim) akan bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore.
Dismenorea primer sering ditemukan pada usia muda. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik juga sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid. Pada pemeriksaan ginekologis jarang ditemukan kelainan genitalia. Cepat memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa (Fredericson&Wilkins, 1997).
Dismenore sekunder disebabkan karena beberapa kondisi yaitu endometriosis, fibroid uterus, penyakit radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi pemakaian AKDR, produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau melahirkan serta kanker ovarium (Morgan, 2009).
Juga beredarnya prostaglandin yang berlebihan ke seluruh tubuh akan berakibat meningkatkan aktifitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin pada muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid (Widjajanto, 2005).
Dismenorea sekunder lebih sering ditemukan pada usia tua, dan setelah 2 tahun mengalami siklus haid teratur. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid. Sering ditemukan kelainan ginekologik. Pengobatannya sering sekali memerlukan tindakan operatif (Fredericsn&Wilkins, 1997).
Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh bahkan. Bebera wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari. (Ramaiah, 2006).
Dismnenore sekunder adalah nyeri haid yang muncul pada usia dewasa, dan menyerang wanita yang semula belum pernah merasakan dismenore. Hal ini terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore dan biasanya diberikan terapi sesuai penyebabnya (Sylvia&Lorraine, 2006). Dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan alat-alat kandungan (Anonim, 2009).
Menurut pembagian klinisnya dismenore dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Dismenore ringan
Dismenore ringan berlangsung beberapa saat dan melanjutkan kerja sehari-hari.
b) Dismenore sedang
Dismenore sedang diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c) Dismenore berat
Dismenore berat perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, sakit pinggang, diare dan rasa tertekan (Manuaba, 2001).
- Epidemiologi
Dismenore merupakan gangguan ginekologi yang sering terjadi. Sekitar 30-75% wanita mengalami dismenore. Secara umum didapatkan terjadi lebih dari 50% wanita. Biasanya kejadiannya tergantung dari rata-rata usia yang telah ditetapkan. Sekitar 10% wanita yang mengalami dismenore sering mengakibatkan tidak masuknya wanita tersebut 1-3 hari di sekolah maupun pekerjaan mereka (Sylvia&Lorraine, 2006).
Angka kejadian pasti dismenorea di Indonesia belum ada secara detail. Sebenarnya angka kejadiannya cukup tinggi, namun yang datang berobat ke dokter sangatlah sedikit, yaitu 1-2% saja. Dismenore paling sering terjadi pada masa remaja, dalam 2-5 tahun setelah menarche atau haid yang pertama sekali terjadi. Dismenore terjadi pada lebih dari setengah wanita usia reproduksi dengan prevalensi yang beragam. Sebuah penelitian terhadap 113 pasien praktek pribadi menunjukkan angka prevalensi sekitar 29-44% (Cameron, 1999).
Faktor risiko dari dismenore adalah usia kurang dari 20 tahun, usaha untuk menurunkan berat badan, depresi, perdarahan menstruasi yang berat, nulliparitas dan merokok (French, 2005). Selain itu panjangnya periode menstruasi, riwayat keluarga, obesitas serta pengkonsumsi alkohol juga merupakan faktor resiko dismenore (Calis, 2011).
- Etiologi
Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi dan prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat serta mampu menyempitkan pembuluh darah yang mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan dan nyeri (Morgan, 2009).
Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia yang disebut prostaglandin. Telah dibuktikan, prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus (rahim) akan bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore.
Dismenorea primer sering ditemukan pada usia muda. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik juga sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid. Pada pemeriksaan ginekologis jarang ditemukan kelainan genitalia. Cepat memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa (Fredericson&Wilkins, 1997).
Dismenore sekunder disebabkan karena beberapa kondisi yaitu endometriosis, fibroid uterus, penyakit radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi pemakaian AKDR, produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau melahirkan serta kanker ovarium (Morgan, 2009).
Juga beredarnya prostaglandin yang berlebihan ke seluruh tubuh akan berakibat meningkatkan aktifitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin pada muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid (Widjajanto, 2005).
Dismenorea sekunder lebih sering ditemukan pada usia tua, dan setelah 2 tahun mengalami siklus haid teratur. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid. Sering ditemukan kelainan ginekologik. Pengobatannya sering sekali memerlukan tindakan operatif (Fredericsn&Wilkins, 1997).
- Gejala Klinis
Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh bahkan. Bebera wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari. (Ramaiah, 2006).
Baca juga : Khasiat Inggu (Ruta Angustifolia), Obat Kejang, Penurun Panas dan Demam
Sedangkan menurut Riyanto (2002) menyebutkan bahwa gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut (pada abdomen bawah), punggung, tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung / depresi. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
Pembentukan prostaglandin yang memicu terjadinya dismenore. Terjadinya nekrosis endometrium makin memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin meningkat menjelang menstruasi (Manuaba, 2001). Prostaglandin adalah sebuah siklooksigenasi metabolit asam arakhidonat yang menyebabkan vasokonstriksi (Paula, 2006).
Peningkatan kadar prostaglandin ditemukan dalam cairan endometrium wanita dismenore yang berhubungan dengan nyeri. Sebuah peningkatan prostaglandin tiga kali lipat di endometrium terjadi dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin diikuti dengan penurunan progesteron pada akhir fase luteal pada miometrium yang meningkat dan kontraksi uterus yang berlebihan (Calis, 2011).
Sedangkan menurut Riyanto (2002) menyebutkan bahwa gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut (pada abdomen bawah), punggung, tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung / depresi. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
- Pathogenensis
Pembentukan prostaglandin yang memicu terjadinya dismenore. Terjadinya nekrosis endometrium makin memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin meningkat menjelang menstruasi (Manuaba, 2001). Prostaglandin adalah sebuah siklooksigenasi metabolit asam arakhidonat yang menyebabkan vasokonstriksi (Paula, 2006).
Peningkatan kadar prostaglandin ditemukan dalam cairan endometrium wanita dismenore yang berhubungan dengan nyeri. Sebuah peningkatan prostaglandin tiga kali lipat di endometrium terjadi dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin diikuti dengan penurunan progesteron pada akhir fase luteal pada miometrium yang meningkat dan kontraksi uterus yang berlebihan (Calis, 2011).
- Diagnosis
Secara umum pemeriksaan untuk menentukan dismenore biasanya harus dilakukan anamnesis terlebih dahulu, pemeriksaan fisik, USG, hysterosalpingogram, laparoskopi, histeroskopi, dilatasi dan kuretase. Untuk pemeriksaan dismenore primer, pada pemeriksaan fisik biasanya normal, tidak didapatkan massa pada bagian abdomen dan pelvis. Pemeriksaan rectovaginal juga normal. Diluar dari pemeriksaan nyeri atau kram pelvis, biasanya didapatkan nyeri sedang pada pergerakan dan tekanan dari uterus dan cerviks. Evaluasi episode pertama nyeri, kemungkinan infeksi pelvis dan kehamilan pasien juga harus dievaluasi (Gunawan, 2002).
- Pengobatan
Untuk dismenorea primer dapat diberikan obat-obat penghambat sintesis prostaglandin seperti asam mefenamat, acetaminophen, indometasin, fenilbutazon, asam arakanoat (ibuprofen, fenoprofen, naproksen). Obat-obat jenis ini diberikan 1-2 hari menjelang haid dan diteruskan sampai hari kedua atau ketiga siklus haid. Terapi hormonal telah banyak digunakan dalam pengobatan dismenore primer, sehingga nyeri haid dapat dikurangi. Pemberian progestogen akan mengurangi sintesis prostaglandin di endometrium. Sediaan progestogen yang banyak digunakan pada dismenorea primer adalah didrogesteron dan medroksiprogesteron asetat (MPA). Didrogesteron diberikan dalam bentuk tablet 10 mg, 2x per hari (Baziad, 2003).
- Prognosis
Pada terapi dismenore seperti yang telah dibahas diatas maka dilihat dari efektivitasnya memperlihatkan bahwa prostaglandin sintetase inhibitor dapat mengurangi nyeri dismenore >70% (Fredericson&Wilkins, 1997).
2) Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
Adalah ketegangan yang terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi berlangsung. Hal ini terjadi karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30 – 40 tahun.
Gejala klinik dari pre menstrual tension berupa gangguan emosional; gelisah, susah tidur; perut kembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit; terkadang merasa tertekan
Baca juga : Khasiat dan Manfaat Jagung, Obat Infeksi Saluran Kemih dan Diare
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol), mengurangi stress. Konsumsi antidepressan bila perlu untuk pengobatan yang bertujuan menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin, konsultasi dengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol), mengurangi stress. Konsumsi antidepressan bila perlu untuk pengobatan yang bertujuan menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin, konsultasi dengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.
3) Mastodinia
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid yang disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai hiperemia di daerah payudara.
Posting Komentar untuk "Jenis-jenis Gangguan Haid, Dismenorea, Premenstrual Tension dan Mastodinia"