Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pola Asuh Makan Bayi, Tahapan Pemberian Makanan dan ASI yang Tepat


Pola Asuh Makan Bayi


Pola asuh makan bayi merupakan tahapan-tahapan pemberian makanan yang sebaiknya diterapkan, dimana ibu dan bayi tidak ada masalah baik penyakit maupun berat badannya. Namun pola ini umumnya berbeda-beda dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi bayi, yang biasanya antara bayi satu tidaklah sama dengan bayi yang lainnya. Demikian pula dengan jenis bahan makanan yang diberikan disesuaikan dengan kamampuan keluarga, musim dan ketersediaan bahan/makanan. Pola pemberian makanan pada bayi usia 0 - 12 bulan menurut S. Rum dkk (2008) dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Sedangkan menurut hasil penelitian Tita Mashitah dkk (2001), pola asuh makan bayi meliputi :

1. Pemberian ASI atau Minuman Buatan

Menurut Arisman (2004), makanan pertama dan utama bayi tentu saja air susu ibu (ASI). ASI cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal. Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa, lemaknya banyak mengandung polyunsaturated fatty accid (asam lemak tak jenuh ganda), protein utamanya laktalbumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan mineralnya pun banyak, sedangkan rasio kalsium dan fosfatnya sebesar 2 : 1 yang merupakan kondisi ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu, ASI juga mengandung zat anti infeksi.

Baca juga : Siapakah Weihan Liew, Inspirasi dari Pendiri Jalantikus  

Bila ibu dan bayi sehat, sebaiknya ASI secepatnya diberikan. ASI diproduksi dalam alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu, jaringan disekitar pembuluh air susu dan alveoli tersebut terdiri dari lemak, jaringan ikat dan pembuluh darah. Produksi ASI yang paling efektif biasanya dicapai pada 10-14 hari setelah melahirkan. Pada ibu-ibu yang kurang pangan volume ASI kira-kira 500-700 ml per hari selama 6 bulan pertama, dan 400-600 ml dalam 6 bulan kedua (Suhardjo, 1992). Setiap 100 ml ASI yang dihasilkan mengandung energi 67 kalori dan 1,2 gram protein (Annasari dkk, 2008).


ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama yang disebut kolostrum, yaitu cairan kental berwarna kekuningan, kolostrum sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Menurut Suhardjo (1992), ASI juga sangat menguntungkan dari segi kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis, antara lain :

a. ASI merupakan makan yang murah karena makanan bayi pengganti ASI (susu formula) harganya sangat mahal dan tidak terjangkau oleh daya beli penduduk berpengasilan rendah

b. Ibu yang memberikan air susunya pada bayi (meneteki) biasanya mempunyai periode tidak subur lebih panjang dibandingkan dengan ibu yang tidak memmberikan air susunya.

c. Bayi yang mendapat ASI memiliki resiko rendah menderita diare, kolik, alergi dan eksim dibandingkan dengan bayi yang diberi susu botol.

d. Menyusui bayi segera setelah melahirkan mempengaruhi kontraksi uterus dan membantu memulihkan kondisi ibu lebih cepat.

Menurut Nurheti Yuliarti (2010), banyak ibu bekerja yang memutuskan untuk tetap menyusui, namun masalahnya perusahaan biasanya hanya memberikan kebijakan cuti selama tiga bulan, bahkan ada yang kurang. Hal tersebut masih jauh dari ketentuan pemberian ASI Eksklusif (enam bulan), jika diambil satu bulan di awal maka ibu hanya memiliki kesempatan dua bulan untuk fokus pada bayinya. Seorang pimpinan perusahaan seharusnya dapat memahami jika ada pegawai yang ingin meminta izin untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Pihak perusahaan hendaknya memberikan toleransi berupa waktu selama 1-2 jam agar stafnya dapat pulang sekedar menyusui bayinya atau memerah ASI jika persediaan ASI dirumah sudah habis. Jika diperlukan, perusahaan dapat membangun tempat penitipan bayi yang sekaligus menjadi tempat bagi ibu untuk menyusui bayinya.

Menyusui sambil bekerja sebenarnya tidak sulit dilakukan selama ibu bisa memenejemen waktu dengan baik agar tidak sampai mengganggu oprasional kantor. Jika memang tempat kerja tidak memberikan kemudahan bagi ibu untuk meberikan ASI eksklusif maka ibu dapat menyiapkan ASI di rumah, kemudian keluarganyalah yang akan memberikan ASI tersebut kepada bayi. Jadi saat ibu bekerja bayi tetap dapat memperoleh ASI yang telah disiapkan dan disimpan. Namun dalam hal ini, ibu dan keluarganya harus memperhatikan cara penyimpanan ASI, umumnya ASI yang disimpan di kulkas bertahan hingga 3 hari, dan jika disimpan di freezer dapat bertahan hingga 3 bulan.

Pada dasarnya, terdapat tiga aspek penting yang harus diketahui oleh ibu menyusui yang ingin tetap bekerja, antara lain :

1. Persiapan fisik

Secara medis ibu harus benar-benar sehat selama memberikan ASI ekslusif (enam bulan).

2. Persiapan psikologis

Kebanyakan ibu tidak mengetahui bahwa secara psikologis, pemberian ASI menciptakan hubungan keterikatan emosional antara ibu dan anak.

3. Persiapan sosiologis

Agar pemberian ASI eksklusif berjalan lancar ibu harus memiliki upaya khusus contohnya ibu harus menyisihkan waktu untuk memeras ASI atau menyusui anaknya. Selain itu, perlu adanya dukungan keluarga terutama suami, atasan di kantor serta rekan kerja.

Baca juga : Tips untuk Orang Tua bila Anak Suka Membantah

Minuman buatan atau biasa diketahui susu formula umumnya terbuat dari bahan dasar susu hewan terutama sapi, minuman buatan ini dapat diberikan pada bayi sebagai pelengkap atau sebagai pengganti ASI, dalam keadaan sebagai berikut :

1) ASI ibu tidak keluar sama sekali

2) Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI

3) ASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi karena itu perlu tambahan.

4) ASI keluar tetapi ibu tidak dapat secara terus-menerus menyusui bayinya karena ibu berada di luar rumah / bekerja (Moehji, 1992).

Susu sapi yang banyak dikonsumsi dan diperdagangkan di toko-toko atau di pasar, yaitu susu sapi segar, tepung susu lengkap, tepung susu skim, susu kental manis, susu sapi yang disesuaikan (Soehardjo, 1992).



 

2. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI)

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). Sedangkan menurut Dina dan Maria (2002) makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Menurut WHO (2000), pada usia 6 bulan otot dan syaraf di dalam mulut bayi sudah cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, dan memamah. Pada usi ini juga sistem pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna berbagai makanan. Memulai pemberian makanan pendamping ASI di usia yang terlalu dini atau terlalu terlambat dapat memberikan efek yang tidak diinginkan.

Suhardjo (1992) mengatakan bahwa pengenalan makanan tambahan / pendamping yang dini berpotensi menimbulkan kerugian atau berakibat kurang baik pada bayi, antara lain gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hyperosmolitas plasma, alergi terhadap makanan, dan mungkin gangguan terhadap pengaturan selera makan.

Selain itu menurut James Akre (1994), resiko pemberian makanan pelengkap / pendamping yang terlalu dini menimbulkan 2 resiko, yaitu resiko jangka panjang dan jangka pendek.
 

Resiko jangka pendek yang dapat terjadi antara lain

a) menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan ASI, sehingga berakibat terjadinya penurunan produksi ASI, dan dalam kondisi tersebut makanan yang diberikan tidak akan berperan sebagai makanan pelengkap terrhadap ASI, tetapi sebagai pengganti sebagian peran ASI sebagai makanan utama bayi dibawah usia 6 bulan, padahal semua makanan pelengkap / pendamping yang diberikan tersebut umumnya mempunyai nilai gizi yang rendah dibandingkan ASI, hal itu akan merugikan bayi dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi.

b) Pengenalan serealia, dan sayur-sayuran tertentu, dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi dari ASI, hal itu akan menyebabkan kondisi defisiensi zat besi dan anemia pada bayi.

c) Meningkatnya resiko terjadinya diare pada bayi, karena suhu lingkungan dan lama waktu penyimpanan yang berkorelasi langsung dengan jumlah bakteri yang ditemukan dalam makanan pelengkap / pendamping.
 

Resiko jangka panjang yang dapat terjadi antar lain :

a) Obesitas

Studi prospektif yang dilakukan baru-baru ini telah menunjukkan bahwa, baik bayi yang mendapat ASI maupun yang mendapat makanan buatan keduanya mempunyai pola pertumbuhan yang sama selama tiga bulan pertama kehidupannya, penambahan berat badan akan lebih besar pada bayi yang mendapat makanan buatan, dengan perbedaan sebesar 410 gram lebih banyak pada saat anak berusia satu tahun pada bayi laki-laki dan pada bayi perempuan terjadi perbedaan lebih dari 750 gram. Kelebihan dalam memberikan makanan adalah salah satu faktor resiko utama dari pemberian susu botol dan pemberian makanan tambahan / pendamping yang terlalu dini pada bayi. Pada kelompok masyarakat yang terutama menganut pandangan bahwa bayi yang yang sehat adalah bayi yang gemuk, umumnya masyarakat tidak berpikir bahwa gizi akan dapat berperan dalam terjadinya pemberian makan anak yang berlebihan. Konsekuensi pada usia-usia kehidupan selanjutnya mungkin berhubungan dengan kelebihan berat badan bayi ataupun dengan adanya kebiasaan makan yang tidak sehat, atau kedua-duanya.

b) Hipertensi

Masukan natrium yang tinggi jelas merupakan salah satu faktor utama dari penyabab terjadinya hipertensi esensial. Kandungan natrium dalam ASI cukup rendah (sekitar 15 mg/100 ml atau 6,5 mmol/L). Namun masukan natrium dapat meningkat dratis bila bayi telah diperkenalkan dengan makan tambahan / pendamping, terutama jika makanan tabahan / pendamping tersebut disiapkan sesuai dengan selera sang ibu yang umumnya suka terhadap rasa asin, dan diperkirakan bahwa selera terhadap rasa garam dapat terbentuk akibat adanya pengenalan makanan-makan selain ASI. Kebiasaan tersebut kemudian pengaruhnya secara kumulatif akan dapat memberiakn dampak yaitu terjadinya gangguan-gangguan yang akan timbul beberap tahun kemudian. Praktek pemberian makanan yang teralu dini dapat menjadi faktor yang akan menyebabkan kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya hipertensi pada kehidupan bayi dimasa mendatang.

Baca juga : Nutrisi Biji Lamtoro sebagai Pakan Ternak  

c) Arterosklerosis

Merupakan salah satu penyakit yang memiliki hubungan dengan nutrisi. Faktor nutrisi yang terlibat antara lain makanan yang mengandung tinggi energi dan kolesterol atau lemak-lemak jenuh. Telah dibuktikan bahwa bayi-bayi dengan berat badan lebih dan yang berada pada persentil teratas dari data kadar lemak dalam darah, cenderung akan mempertahankan kadar yang sama dalam waktu dua tahun kemudian. Pemberian makanan tambahan / pendamping pada bayi yang terlalu dini dapat menjadi faktor awal dari serangkaian proses terjadinya berat badan lebih yang kemudian meningkatkan resiko terjadinya arterosklerosis pada kehidupan selanjutnya.

d) Alergi makanan

Telah terbuhkti bahwa pemberian ASI yang lama dan pengenalan makanan tambahan / pendamping yang dipilih dengan sangat hati-hati dan yang tepat waktu pemberiannya akan mempunyai peran perlindungan dan nilai pencegahan terhadap alergi makanan, terutama untuk bayi-bayi yang mempunyai predisposisi kearah gangguan tersebut. Dalam studi prospektif mengenai anak-anak yang diikuti perekmbangannya sampai usia tiga tahun, membuktikan bahwa bayi yang mendapatkan ASI selama enam bulan, terutama mereka yang mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit alergi, mempunyai angka insiden penyakit atopic yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat makanan tambahan / pendamping sejak usia tiga setengah bulan.

Sedangkan Menurut WHO (2000) memberikan makanan tambahan / pendamping ASI terlalu cepat / dini berbahaya, karena bayi usia dibawah 6 bulan belum memerlukan makanan tambahan, dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI. Jika makanan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat. Memberikan makanan tambahan / pendamping terlalu lambat juga berbahaya, karena anak tidak mendapatkan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrient, anak beresiko mengalami malnutrisi dan defisiensi mikro nutrient meningkat yang kemudian berakibat pada tumbuh kembang anak menjadi lambat.


Depkes RI (1992) menyatakan bahwa makanan pendamping ASI merupakan makan peralihan dari ASI ke makan keluarga. Pengenalan dan pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MPASI. Sedangkan menurut pendapat Suhardjo (1992), selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar mengunyah dan menelan makan padat serta membiasakan selera-selera baru. Jika makanan padat tidak diberikan pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, maka mengajar ini dimasa berikutnya lebih sukar. Selain itu pemberian makanan tambahan mempengaruhi perkembangan kebiasaan makan pada masa-masa berikutnya.

Menurut WHO (2000), makanan pendamping yang baik adalah kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat), bersih dan aman (tidak ada bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit, tidak ada bahan kimia berbahaya atau toksin, tidak, ada bagian yang keras yang membuat anak tersedak, serta tidak terlalu panas), tidak terlalu pedas atau asin, mudah dimakan dan dicerna oleh anak, disukai anak, ketersediannya memadai disekitar tempat tinggal dan harganya terjangkau, serta mudah dalam pembuatan dan menyiapkannya.



Adapun tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992) :

a. Melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai tektur dan rasa.

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

d. Melakukan adaptasi terhadap makan yang mengandung kalori energi yang tinggi.

Posting Komentar untuk "Pola Asuh Makan Bayi, Tahapan Pemberian Makanan dan ASI yang Tepat"