Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kadar Gizi Makanan, Faktor yang Mempengaruhi dan Cara Penilaian



Menurut Sediaoetomo (2004) keadaan kesehatan dan gizi tergantung dari tingkat konsumsi, tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Tingkat konsumsi yang baik menghasilkan kesehatan gizi yang baik, sebaliknya konsumsi yang kurang baik akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi.

Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Makanan merupakan sumber energi untuk menunjang semua kegiatan atau aktifitas manusia. Manusia yang kurang makanan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yng diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Seseorang tidak dapat menghasilkan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi khususnya protein (Suhardjo,1992). Zat-zat makanan yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Ketiga zat gizi tersebut terdapat dalam jumlah yang paling banyak dalam bahan makanan (Almatsier,2001)


Menurut Suhardjo (1992) Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi sangat bervariasi meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam kegiatan dan faktor lainnya yang sudah diperhitungkan. Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang digunakan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang. Pada anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui kebutuhan energi termasuk kebutuhan untuk pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk sekresi ASI yang sesuai dengan kesehatan (Almatsier,2001)

Perhitungan kebutuhan zat gizi yang dianjurkan berdasarkan pada rata-rata patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin (Baliwati, 2004). Penyesuaian berat badan ideal dalam AKG dengan berat badan aktual, dilakukan berdasarkan rumus :


Keterangan :

BB aktual : berat badan aktual, berdasarkan hasil penimbangan (Kg)

BB standar : berat badan acuan yang terterapada tabel AKG

AKG : angka kecukupan gizi yang dianjurkan

Selanjutnya, tingkat konsumsi menurut Depkes RI (1996) dikelompokan berdasarkan pemenuhan AKG (Angka Kecukupan Gizi ) yaitu sebagai berikut :

- Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG

- Defisit Tingkat Sedang : 70-79%AKG

- Defisit Tingkat Ringan : 80-89%AKG

- Normal : 90-110%AKG

- Di Atas Kecukupan : >110 % AKG

STATUS GIZI


1) Pengertian Status Gizi

Menurut Soekirman (2000), status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dan ukuran-ukuran gizi tertentu. Sedangkan menurut Supariasa (2001), status gizi adalah tingkat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dan tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

Baca juga : Cara Mendidik Anak dengan Gangguan ADHD  

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan utilization zat gizi makanan. Pada dasarnya status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dapat dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi 2001).

Status gizi disebut seimbang atau gizi baik bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan status gizi tidak seimbang dapat dikatakan dalam bentuk kurang gizi yaitu bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan, dan dalam bentuk gizi lebih yaitu bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat – zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahyakan (Jahari, 2002). Almatsier (2003) menyebutkan bahwa ganguan gizi terjadi baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih lebih.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Secara langsung status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi, kedua penyebab tersebut saling berpengaruh, dimana penyebab tidak langsung timbul karena adanya penyebab langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak serta sanitasi air bersih, dan pelayanan kesehatan dasar


Menurut Apriadji (1986), ada dua faktor yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang , yaitu :

a) Faktor Gizi Eksternal

Faktor gizi eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh diluar dan seseorang, yaitu daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluargadan kebersihan lingkungan.

b) Faktor Gizi Internal

Faktor gizi internal adalah faktor-faktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan gizi seseorang, yaitu nilai cerna makanan, status kesehatan, status fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.

3) Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaain status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

a) Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Suparisa, 2001). Dalam penelitian ini penilain status gizi yang digunakan adalah antropometri.

1. Pengertian antropometri

Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah antropometri, karena mudah prosedurnya sederhana dan dapat dilakukan berulang serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan tertentu pada anak. Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, 2001).

Baca juga : Keinginan Orang Tua dalam Pendidikan Bisa Membuat Anak Depresi   

2. Parameter antropometri

Parameter antropometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Umur dan Berat badan bayi.

- Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2001). Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari (Depkes, 2004).

- Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada masa bayi–balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Berat badan dipilih sebagai parameter yang baik karena peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun sehingga dapat memberikan gambaran status gizi sekarang (Supariasa, 2002). Selain itu menurut Moehji (1988), manifestasi nyata dari gangguan pertumbuhan tubuh adalah tidak bertambahnya berat badan, karena itu dikatakn bahwa kenaikan berat badan anak merupakan indikator yang paling peka dari kecukupan makanan dan gizi anak. Makanan yanag tidak cukup kualitas dan kuantitasnya secara langsung berpengaruh pada berat badan anak. Berat badan juga menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara penimbangan (Supariasa, 2002).

3. Indeks antropometri

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berta Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Dalam penelitian ini, indeks antropometri yang digunakan adalah indeks BB/U.


Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak, tulang, dan otot. Diantara beberapa macam indeks antropometri, indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur, sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang digunakan untuk mengkur pertumbuhan. Kurangnya berat badan badan tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi juga mencerminkan keadaan sakit yang baru saja dialami, seperti diare yang mengakibatkan berkurangnya berat badan. Pengukuran berat badan menurut umur secara teratur dan sering dapat dipergunakan sebagai indikator kurang gizi akut atau gangguan-gangguan yang mengakibatkan laju petumbuhan terhambat. Kategori status gizi pada indeks antropometri BB/U berdasarkan nilai z-score dengan menggunakan baku rujukan WHO-NCHS (Baliwati,2004) yaitu :

- Gizi Lebih : z-score > +2 SD

- Gizi Baik : z-score ≥ -2 SD s/d +2 SD

- Gizi Kurang : z-score ≥ -3 SD s/d <-2 SD

- Gizi Buruk : z-score ≤ -2 SD

b) Penilain status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2001). Pada penelitian ini penilaian status gizi menggunakan survey konsumsi makanan dengan metode recall.

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

Baca juga : Bahan Pakan Unggas Hijauan Kering, Dry Forages, Rouhages  

Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, ibu balita disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur dalam Supariasa, 2001).

Posting Komentar untuk "Kadar Gizi Makanan, Faktor yang Mempengaruhi dan Cara Penilaian"