Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gejala-gejala Penyakit Delirium Lansia dan Cara Penanganannya


Gejala-gejala Delirium


Delirium dapat diawali dengan berbagai gejala, dan kasus yang ringan mungkin sulit untuk dikenali. Tingkah laku seseorang yang mengalami delirium bervariasi, tetapi kira-kira sama seperti orang yang sedang mengalami mabuk berat. Ciri utama dari delirium adalah tidak mampu memusatkan perhatian. Penderita tidak dapat berkonsentrasi, sehingga mereka memiliki kesulitan dalam mengolah informasi yang baru dan tidak dapat mengingat peristiwa yang baru saja terjadi.

Hampir semua penderita mengalami disorientasi waktu dan bingung dengan tempat dimana mereka berada. Fikiran mereka kacau, mengigau dan terjadi inkoherensia. Pada kasus yang berat, penderita tidak mengetahui diri mereka sendiri. Beberapa penderita mengalami paranoia dan delusi (percaya bahwa sedang terjadi hal-hal yang aneh).

Baca juga : Tips Ampuh Lepas dari Media Sosial   

Respon penderita terhadap kesulitan yang dihadapinya berbeda-beda; ada yang sangat tenang dan menarik diri, sedangkan yang lainnya menjadi hiperaktif dan mencoba melawan halusinasi maupun delusi yang dialaminya. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka sering terjadi perubahan perilaku. Keracunan obat tidur menyebabkan penderita sangat pendiam dan menarik diri, sedangkan keracunan amfetamin menyebabkan penderita menjadi agresif dan hiperaktif.

Delirium bisa berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau bahkan lebih lama lagi, tergantung kepada beratnya gejala dan lingkungan medis penderita. Delirium sering bertambah parah pada malam hari (suatu fenomena yang dikenal sebagai matahari terbenam). Pada akhirnya, penderita akan tidur gelisah dan bisa berkembang menjadi koma (tergantung kepada penyebabnya).

Perbedaan Delirium dan Demensia


Kondisi medis lainnya dapat menyebabkan gejala yang berkaitan dengan delirium. Demensia dan delirium mungkin sangat sulit dibedakan, dan seseorang mungkin memiliki keduanya. Bahkan, seringnya delirium terjadi pada orang dengan demensia.

Demensia adalah penurunan progresif memori dan kemampuan berpikir lainnya karena disfungsi bertahap dan hilangnya sel-sel otak. Penyebab paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer.

Beberapa perbedaan antara gejala delirium dan demensia meliputi:

1. Serangan. Terjadinya delirium terjadi dalam waktu singkat, sementara demensia biasanya diawali dengan gejala yang relatif kecil yang secara bertahap memburuk dari waktu ke waktu.

Baca juga : Manfaat Antibiotik Feed Additif pada Peternakan  

2. Perhatian. Ketidakmampuan untuk tetap fokus atau mempertahankan perhatian secara signifikan terganggu pada penderita delirium. Seseorang pada tahap awal demensia umumnya tetap waspada.

3. Fluktuasi. Munculnya gejala delirium dapat berfluktuasi secara signifikan dan sering sepanjang hari. Orang-orang dengan demensia mungkin memiliki hari yang baik atau buruk, namun memori dan kemampuan berpikirnya tetap pada tingkat yang cukup konstan di hari itu.

3. Penatalaksanaan Medis

Ada beberapa cara untuk meringankan gangguan delirium pada lansia, salah satunya dengan cara terapi. Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor yang memberatkan seperti:

1. Menghentikan penggunaan obat

2. Obati infeksi

3. Suport pada pasien dan keluarga

4. Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien

5. Cukupi cairan dan nutrisi

6. Vitamin yang dibutuhkan


Penanganan Delirium


Kesembuhan total dari delirium merupakan hal yang mungkin jika sindrom tersebut diidentifikasi dengan benar dan penyebabnya ditangani dengan cepat dan efektif. Umumnya diperlukan waktu satu hingga empat minggu untuk kesembuhan sepenuhnya;diperlukan waktu lebih lama bagi pasien lanjut usia dibanding pada pasien yang lebih muda. Meskipun demikian, jika kondisi yang menyebabkannya tidak ditangani, otak dapat mengalami kerusakan permanen dan pasien akhirnya meninggal.

Baca juga : Sosial Media Bisa Merusak Hubungan Anda dengan Pasangan  

Adapun cara penanganan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pemberian intervensi. Intervensi tersebut mencakup berbagai protokol yang distandardisasi untuk menangani berbagai factor resko delirium seperti kurang tidur, imobilitas, dehidrasi, kelemahan penglihatan dan pendengaran, dan kelemahan kognitif (Inouye dkk., 1999).

2. Memberikan pendidikan kepada keluarga pasien demensia untuk simtom-simtom delirium dan mengetahui bahwa ganguan tersebut dapat dipulihkan. Hal ini penting karena mereka kemungkinan menginterpretasi terjadinya delirium sebagai suatu tahap demensia progresif

Posting Komentar untuk "Gejala-gejala Penyakit Delirium Lansia dan Cara Penanganannya"