Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyakit Rematik Adalah : Pengertian, Gejala, Etiologi, Patofisiologi dan Klasifikasi


Tinjauan Umum Tentang Reumatik


1. Pengertian


Reumatik adalah suatu penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya, disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang terkena (Bangun A.P., 2008).

Reumatik adalah berbagai kelompok penyakit dan sindrom yang semuanya merupakan penyakit pada jaringan ikat sehingga biasanya ditemukan keluhan nyeri, kaku, atau pembengkakan pada otot serta sendi (Cristine B, 2001 dalam Nango, 2012)

Pengertian reumatik yaitu cukup luas mencakup gejalanya seperti nyeri, pembengkakan, kemerahan, gangguan fungsi sendi dan jaringan sekitarnya. Semua gangguan pada daerah tulang, sendi, dan otot disebut rematik yang sebagian besar masyarakat juga menyebutnya pegal linu (Irwan, 2012).

Reumatik adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan otot). Dari sekitar lebih dari seratusan penyakit reumatik sebagian besar tidak berbahaya, namun sangat mengganggu karena rasa nyerinya (Ekaginanjar, 2010).

Reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut (degeneratif). Penyakit rematik ada ratusan jenisnya. Rematik jenis peradangan yang di sebabkan oleh asam urat termasuk jenis yang paling banyak di temui di Indonesia.

Baca juga : Distribusi Obat Tradisional, Syarat, Cara Pendaftaran dan Skema Perijinan  

2. Etiologi


Faktor penyebab dari penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Namun, faktor genetik seperti produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR) dan beberapa faktor lingkungan diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.

Faktor genetik seperti kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR), dari beberapa data penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini. Rematik/pegal linu pada pasien kembar lebih sering dijumpai pada kembar monozygotic dibandingkan kembar dizygotic.

Faktor infeksi sebagai penyebab rematik/pegal linu timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.

Dengan demikian timbul dugaan kuat bahwa penyakit ini sangat mungkin disebabkan oleh tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang diduga sebagai penyebabnya adalah bakteri, mycoplasma, atau virus.

3. Patofisiologi


Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran Sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang. Cairan Sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorbber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan generasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Meskipun memiliki keanekaragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kalainan multisistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukkan pannus (proliferasi jaringan sinovial ). Inflamasi merupakan akibat dari respons imun. Sebaliknya, pada penyakit reumatik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlihat (Brunner dkk, 2002).

4. Klasifikasi Reumatik


Reumatik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan, yaitu:

a. Arthritis Rematoid ( AR )

Penyakit ini terjadi karena sistem imun menyerang lapisan atau membran sinovial sendi. Proses ini pada umumnya melibatkan seluruh tubuh, sehingga adapat menyebabkan kelelahan, kehilangan berat badan, dan kurang darah atau anemia. Serta menyerang organ paru, jantung, dan mata. Lebih serius lagi, AR dapat mnyebabkan kecacatan tubuh. Arthritis reumatoid dapat ditegakkan melalui pemeriksaan serum.

b. Gout

Biasanya penyakit ini timbulnya secara mendadak dan biasanya di jempol kaki atau pada sendi lainnya. Gout disebabkan oleh gangguan metabolisme protein purin yang menyebabkan asam urat darah meningkat dan kristal asam urat terbentuk dalam sendi atau tempat lainnya. Biasanya penyakit menyerang pada umur 40-50 tahun. Gout dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar asam urat.

c. Osteoarthritis ( OA )

Penyakit ini disebabkan oleh patahnya bantalan tulang rawan (kartilago) yang menjadi bantal tulang. Penyakit ini sering juga disebut arthritis degeneratif. Biasanya menyerang sendi kaki, lutut, pangkal paha, dan jari tangan. Penderita OA ini umumnya berusia sekitar 45 tahun ke atas.

d. Arthritis Psoriatik

Arthritis ini selain menyerang tulang dan jaringan sendi, juga dapat menyerang bagian tubuh lainnya. Bila menyerang kulit disebut arthritis psoriasis, yang bersifat menahun atau kronis, yaitu sekitar 5 %. Arthritis jenis ini lebih sering menyerang jari-jari tangan dan tulang belakang. Kebanyakan gejalanya ringan, tetapi dapat menjadi sangat berat.

e. Arthritis Rheumatoid Juvenile

Penyakit ini menyerang anak-anak. Sifat arthritis ini berbeda dengan orang dewasa, baik diagnosa dan perawatannya. Pada beberapa anak, penyakit ini dapat sembuh total atau tetap ada sepanjang hidup mereka.

f. Ankilosing Spondilitis

Penyakit ini biasanya pada pria berumur 16-35 tahun dan kebanyakan menyerang pada tulang belakang secraa kronis. Tulang belakang yang terkena dapat menjadi rapuh atau menyatu secara perlahan dari atas ke bawah, sehingga gerakan penderita seperti robot. Penderita tidak bisa membungkuk maupun menoleh. Dalam keadaan yang sangat ekstrim, bentuk tubuh penderita menjadi melengkung seperti “ tanda tanya”. Khusus pada wanita, umumnya ringan dan sulit didiagnosa. Penyakit ini bertendensi genetik.

Baca juga : Kualitas Tanaman Herbal, Faktor Biologi dan Geografi terhadap Tanaman  

5. Manifestasi Klinis


Adapun manifestasi klinis dari penyakit reumatik adalah :

a. Nyeri sendi, terutama pada saat bergerak

b. Pada umumnya terjadi pada sendi penopang beban tubuh, seperti panggul, tulang belakang, dan lutut.

c. Terjadi kemerahan, inflamasi, nyeri, dan dapat terjadi deformitas (perubahan bentuk)

d. Yang tidak progresif dapat menyebabkan perubahan cara berjalan

e. Rasa sakit bertambah hebat terutama pada sendi pinggul, lutut, dan jari-jari

f. Saat perpindahan posisi pada persendian bisa terdengar suara (cracking).

g. Gerakan terbatas

h. Kekakuan, kelemahan dan perasaan mudah lelah

6. Diagnosis

Diagnosis yang dapat ditegakkan pada penderita reumatik adalah sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit, keadaan mudah lelah serta keterbatasan mobilitas.

b. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, tidur/ istirahat yang tidak memadai, nutrisi yang tidak memadai, stress emosional/ depresi.

c. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, keterbatasan ketahanan fisik.

d. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau gangguan gerak.

e. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.

f. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan peranan yang aktual atau dirasakan.

6. Penatalaksanaan


a. Konsep pengobatan

Konsep pengobatan ditujukan untuk :

1) Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik

2) Mencegah terjadinya destruksi jaringan

3) Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik

4) Mengembalikan keadaan fungsi organ dan persendian yang terlibat agar sedapat mungkin menjadi normal kembali.

b. Terapi non-farmakologi

1) Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan agar terapi pada rematik/pegal linu efektif, yaitu;

2) Menganjurkan pasien untuk mengurangi berat badan jika kegemukan.

3) Istirahat yang cukup dan menghindari trauma pada sendi yang berulang.

Baca juga : Manfaat Rebusan Buah Mengkudu untuk Asam Lambung  

4) Penggunaan alat bantu sendi dan alat bantu berjalan.

5) Fisioterapi dan olah raga yang tepat (peregangan dan penguatan) untuk membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi, dan kekuatan otot.

6) Kompres panas/dingin dan latihan untuk memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan kekakuan.

7) Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondrotin yang berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi.

Posting Komentar untuk "Penyakit Rematik Adalah : Pengertian, Gejala, Etiologi, Patofisiologi dan Klasifikasi"