Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buah Matoa (Pommetia Pinnata) dari Papua, Buah Unggul Penuh Citarasa Tak Ternilai


Matoa (Pommetia pinnata) Papua


Matoa (Pometia pinnata Frost) merupakan salah satu pohon penghasil buah asli Papua. Buah matoa mempunyai citarasa yang khas dengan bentuk buah yang mirip buah lengkeng sehingga matoa dikenal masyarakat luar Papua sebagai lengkeng Papua. Dengan keunggulan citarasanya tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No. 160/Kpts/SR.120/3/2006, matoa Papua telah ditetapkan sebagai varitas buah unggul yang patut dibudidayakan.

Baca juga : Tanaman Kasingsat, Khasiat dan Manfaat untuk Obat Nyeri, Disentri dan Diare  

Meskipun dikenal memiliki citarasa yang khas dan harganya cukup mahal sejauh ini matoa belum dibudidayakan secara intensif. Buah yang diperjualbelikan di pasar lokal berasal dari pohon yang tumbuh secara alami di kebun masyarakat atau kawasan hutan sehingga ketersediaannya terbatas dengan kualitas buah yang beragam. Apalagi sebagian masyarakat memanen buah matoa dengan menebang pohonnya sehingga dari waktu ke waktu ketersediaan pohon penghasil buah semakin berkurang.


Di lain pihak, kelezatan buah matoa yang khas semakin banyak peminatnya, bahkan sampai ke luar daerah Papua. Semakin tersedianya sarana transportasi antar pulau semakin memudahkan distribusi buah matoa ke luar Papua. Memperhatikan berbagai hal tersebut buah matoa dinilai cukup potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan sebagai buah unggulan lokal Papua. Selain menyediakan alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat, budidaya juga akan menunjang kelestarian pohon matoa.

Baca juga : Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-sinsis), Khasiat Obat Batuk, Gondongan dan Bisul  

Meskipun matoa penyebarannya di Indonesia cukup luas namun yang paling terkenal adalah matoa yang berasal dari Irian Jaya, karena mempunyai rasa buah yang manis dan harum. Penduduk lokal mengenal adanya 3 varietas lokal, yaitu matoa”papeda”, “kenari” dan matoa “kelapa”. Matoa “kelapa” dan “kenari” mempunyai kualitas buah yang lebih baik dari pada matoa “papeda”. Ketiga matoa varietas lokal ini termasuk dalam Pometia pinnata f. glabra (Kuswara dan Sumiasri, 1997). Pemerintah daerah propinsi Papua juga telah memilih dan menetapkan matoa sebagai flora identitas daerahnya (Winarno, 2000).

Kandungan dan Manfaat

Kulit kayu dipakai masyarakat priangan untuk mengobati luka. Penduduk Papua menggunakan daun yang besar sebagai mulsa pada penanaman gembili atau gadung. Di Malaysia rebusan daun dan kulit kayu dipakai mandi untuk mengatasi demam. Kayunya cukup kuat untuk tiang bangunan, lantai, kusen, dan perahu.

Masyarakat Fiji menggunakan ekstrak daun matoa untuk menghitamkan rambut. Rendam daun di air panas baik untuk mengobati disentri. Sedangkan influenza dan nyeri tulang sendi diobati dengan cairan yang diperas dari kulit kayu bagian dalam. Konon kayu itu juga bersifat kontraseptif.

Kulit dan bentuk dari buah ini sekilas seperti buah kedondong, dengan warna kulit hijau kecoklatan dengan bentuk oval. Cangkangnya tidak terlalu keras sehingga memudahkan untuk dibuka dan memiliki selaput tipis sebagai pembungkus di dalamnya, tekstur dari buah ini seperti buah kelengkeng yang sedikit kenyal. Buah ini memiliki kandungan yang kaya akan vitamin C dan E namun memiliki kandungan glukosa yang jenuh. Dikatakan jika mengkonsumsi buah ini terlalu berlebihan dapat membuat mabuk atau teler.

Di papua, buah ini memiliki dua jenis matoa, yaitu matoa kelapa dan matoa papeda. Perbedaannya terdapat pada tekstur buah, jenis matoa kelapa memiliki tekstur yang kenyal dan dapat mengelupas mudah dari bijinya, sedangkna jenis matoa papeda memiliki tekstur daging yang agak lembek dan lengket. Buah ini akan tumbuh baik dengan iklim curah hujan yang tinggi.

Selain dengan keunikan rasa dan aromanya, buah matoa ini memiliki khasiat, seperti kandungan vitamin C yang terdapat didalam buah ini berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sedangkan kandungan vitamin E yang terdapat di dalam buah ini berguna untuk membantu meringankan stress, memberikan nutrisi kepada kulit, dan dapat menangkal resiko penyakit kanker dan penyakit jantung koroner.

Teknik Budidaya

Dalam teknik budidayanya, pohon matoa dapat dikembangkan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Cara generatif yaitu dengan cara menanam biji, sedangkan cara vegetatif yaitu dengan pencangkokan.

Pemindahan bibit dari persemaian harus diperhatikan dan dilakukan secara hati-hati. Bibit matoa sangat peka apabila ada perubahan lingkungan. Terutama pada bagian akar matoa. Sebaiknya perpindahan bibit tidak dilakukan dengan cara mencabut. Hal ini dapat merusak laju perkembangan bibit.

Baca juga : Khasiat Ketumbar (Coriandrum Sativum), Obat Osteoporosis dan Kembung  

Menggunakan polibag sangatlah dianjurkan dalam cara menanam tanaman matoa tersebut. Dengan menggunakan polibag, akan jauh lebih memudahkan untuk proses pemindahan bibit. Buatlah persemaian yang teratur didalam pembibitan buah tersebut.

Cara tanam matoa tersebut sebaiknya menggunakan pupuk organik, pupuk SP, pupuk urea dan kapur yang sangat baik untuk pertumbuhan bibit matoa. Semua pupuk tdan tanaman galian tersebut dapat dicampur menjadi satu.

Posting Komentar untuk "Buah Matoa (Pommetia Pinnata) dari Papua, Buah Unggul Penuh Citarasa Tak Ternilai"