Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Jenis Penyakit Lambung, Gastritis, Sindroma Dispepsia (maag) dan Ulkus Peptikum



Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan kemudahan mendapatkan informasi menjadi suatu konsekuensi bagi perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat, terutama remaja. Masa-masa remaja adalah sebuah periode dimana mulai menetapkan pilihan. Seiring perkembangannya, remaja akan sering memilih jenis makanan dan minuman apa yang akan dikonsumsi. Remaja Indonesia, sekitar 15 – 20% biasa mengonsumsi ayam goreng dan burger produk luar negeri (Mujianto, 1994 dalam MRB Ginting, 2011). Selain itu, 87% remaja menyukai makan diluar, seperti es campur, bakso, dan jajanan lainnya (Gunawan, 1996 dalam MRB Ginting, 2011). Pola hidup pasif dan pola makanan yang tinggi lemak, rendah serat, seperti diatas dapat memicu banyaknya terjadi penyakit. Salah satu penyakit yang paling umum menyerang para remaja dengan pola makan tersebut adalah maag, yaitu meningkatnya asam lambung atau gastro-esophageal reflux akibat konsumsi makanan berat dengan kadar asam dan lemak tinggi.

Pola makan dan kebiasaan buruk yang menjadi pemicu munculnya penyakit sistem pencernaan pada remaja adalah memakan makanan yang tidak sehat, berlebihan, dan tidak memenuhi gizi seimbang. Kesibukan remaja yang produktif seperti melakukan kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi salah satu faktor penyebab munculnya gangguan pencernaan. Konsumsi makanan menjadi terburu-buru dan tidak memperhatikan kadar gizinya. Remaja yang sibuk pun seringkali melewatkan jam makannya. Terkadang, masalah lainnya muncul ketika seorang remaja yang tidak percaya diri terhadap berat badannya berniat melakukan diet sehat, tetapi “berbuka” sepuasnya di tengah-tengah program diet. Pemicu-pemicu tersebut merupakan kebiasaan remaja pada umumnya yang mana kerap kali menimbulkan masalah penyakit terutama penyakit lambung.

Baca juga : Buku Gambar Teknik Mesin SMK Kelas 12 Semester 1  

Sangat disayangkan apabila masalah ini terus dibiarkan terjadi pada remaja. Perlu adanya edukasi berupa upaya pencegahan yang tepat kepada remaja agar lebih memperhatikan pola makan mereka sehari-hari.

Penyakit Lambung Pada Remaja


Remaja menurut WHO adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun yang mempunyai ciri-ciri sedang mengalami transisi biologis (fisik), psikologis (jiwa), maupun sosial ekonomi (dalam keluarga dan masyarakat). Pada masa remaja kebutuhan akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, karena remaja lebih banyak melakukan aktivitas fisik. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Penyakit yang sering muncul pada remaja sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan makan dan gaya hidup sehari-hari. 

Beberapa penyakit yang sering kali diderita oleh remaja adalah penyakit-penyakit lambung seperti gastritis, sindroma dispepsia (maag), dan ulkus peptikum.

Gastritis


Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung (Herlan, 2003), atau peradangan pada lapisan lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya inflitrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akut dan kronis. Gastritis akut adalah suatu peradangan berat yang terjadi secara tiba-tiba pada lapisan lambung sedangkan gastritis kronis adalah peradangan yang berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup apabila dibiarkan tidak dirawat.

Gastritis akut merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebanya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Gastritis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal :

a. Iritasi yang disebabkan oleh obat-obatan, aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid

b. Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan

c. Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Unversitas Leeds, mengungkapkan stress dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat stres, orang cenderung makan lebih sedikit, stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, bahkan bisa luka

d. Waktu makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, atau sering makan berlebihan

e. Menurut penelitian yang dilakukan Herlan pada tahun 2001 sekitar 20% faktor etiologi dari gastritis akut yaitu terlalu banyak makanan yang berbumbu dan pada orang yang sering meminum alkohol dan bahan kimia lainya yang dapat menyebabkan peradangan dan perlukaan pada lambung

f. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar, sepsis

g. Makan terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit ini. Penyebab lain dari gastritis akut adalah mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi

Gastritis kronik bisa disebabkan oleh dua aspek, yaitu imunologi dan mikrobiologi. Pada aspek imunologi, terdapat antibody yang menyerang mukosa lambung. Pada aspek mikrobiologi, terdapat bakteri yang paling penting sebagai penyebab gastritis adalah Helicobacter Pylory. Gastritis yang ada hubungannya dengan Helicobacter Pylory lebih sering dijumpai dan biasanya merupakan gastritis tipe ini. Atropi mukosa lambung dapat terjadi pada banyak kasus setelah bertahun-tahun mendapat infeksi Helicobacter Pylory.

Baca juga : Buku Animasi 2D SMK Kelas 12 Semester 1  

Sindrom Dispepsia


Maag biasanya diderita orang dewasa, tapi kini remaja pun banyak yang mengalaminya. Biasanya sakit maag muncul pada remaja karena pola makan dan waktu makan yang salah. Remaja juga bisa terkena maag karena aktivitas yang padat dan juga karena stres. Menurut dr. Vidhia Umami, biasanya remaja mengalami sakit pada lambung saat menjelang ujian. Tekanan dan stres yang muncul memicu pergerakan asam lambung. Untuk pengobatan, biasanya diberi obat jenis prokinetik (domperidon, metaklopramid) untuk mempercepat kontraksi lambung supaya asam lambung cepat turun dan mempercepat gerakan lambung.


Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, heartburn, kembung, sendawa, anoreksia, mual, muntah. Berdasarkan ada tidaknya penyebab dan kelompok gejala maka dispepsia dibagi atas dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia organik merupakan dispepsia yang diketahui penyebabnya, misalnya ada ulkus peptikum, karsinoma lambung, atau kholelithiasis. Sedangkan dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak diketahui penyebabnya atau tidak didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional, atau tidak ditemukannya adanya kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik.

Dispepsia dapat disebabkan oleh banyak hal, penyebab timbulnya dispepsia diantaranya karena faktor diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi viseral lambung, psikologi dan infeksi Helicobacter Pylory. Banyak penelitian yang dilakukan terkait dispepsia. Penelitian yang dilakukan Annisa (2009) pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan menjelaskan bahwa ada hubungan antara ketidakteraturan makan dengan sindroma dispepsia. Besarnya angka kejadian sindroma dispepsia pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan pola makannya yang sebagian besar tidak teratur. Dalam ilmu gizi, tidak dianjurkan diet ketat dengan mengurangi frekuensi makan. Frekuensi makan tetap 3 kali sehari dengan diselingi makanan ringan diantaranya. jadwal makan yang ideal dijalankan agar mempunyai pola makan yang baik adalah 5 sampai 6 kali sehari, yaitu sarapan pagi, snack, makan siang, snack sore, makan malam, dan bilamana perlu boleh ditambah dengan snack malam.

Sindroma dispepsia juga dipengaruhi oleh tingkat stres. Semakin tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi risiko untuk mengalami dispepsia. Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari. Adanya rangsangan emosional kuat dapat meningkatkan pengeluaran asam basal melalui saraf parasimpatis (vagus) dan diduga merupakan salah satu penyebab ulkus peptikum.

Ulkus Peptikum


Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi. Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan usus dua belas jari. Nama dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan dimana ulkus terbentuk.

Ulkus yang terjadi dibawah tekanan karena penyakit berat, luka bakar atau cedera disebut ulkus karena stres. Penyebab ulkus terjadi jika mekanisme pertahanan yang melindungi duodenum atau lambung dari asam lambung menurun, misalnya jika terjadi perubahan dalam jumlah lendir yang dihasilkan. Penyebab dari menurunnya mekanisme pertahanan ini tidak diketahui.

Baca juga : Buku Agroforestry SMK Kelas 12 Semester 5  

Gejala yang biasa dialami yaitu nyeri lambung, perih, panas, sakit, rasa perut kosong dan lapar. Nyeri cenderung dirasakan pada saat perut kosong. Nyeri sering muncul satu kali atau lebih dalam satu hari, selama satu sampai beberapa minggu dan kemudian bisa menghilang tanpa pengobatan. Tetapi nyeri biasanya akan kambuh kembali, dalam 2 tahun pertama dan kadang setelah beberapa tahun. Penderita biasanya memiliki pola tertentu dan mereka mengetahui kapan kekambuhan akan terjadi (biasanya selama mengalami stres).

Posting Komentar untuk "3 Jenis Penyakit Lambung, Gastritis, Sindroma Dispepsia (maag) dan Ulkus Peptikum"