Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Teknologi Pengatur Cuaca dan Iklim


Semakin berkembangnya teknologi di zaman modern saat ini menjadikan segala hal tidak mustahil, namun banyak hal yang sepertinya manusia belum mampu lakukan. Para ahli teknologi pernah berupaya menciptakan alat untuk mengatur dan mengendalikan cuaca, namun bagaimana hasilnya? Berikut 3 teknologi yang pernah dibuat untuk mengatur cuaca dan iklim.

1. Cerobong


Berbeda dengan asap kemenyan / sesaji yang hanya berisi pesan-pesan abstrak untuk dikirimkan ke langit. Asap dari cerobong asap tersebut mengandung material berwujud yang dapat membuat awan tumbuh dan menghasilkan hujan. Cerobong asap ini mengeluarkan asap berupa serbuk partikel bibit Silver Iodium (AgI) dan dry ice (CO2) berukuran mikrometer yang terbawa angin.

Penempatan cerobong asap ini harus strategis di pegunungan atau perbukitan tempat berlangsungnya proses pembentukan awan orografis. Metode ini merupakan salah satu teknik penyemaian awan glasiogenik. Dengan membuat proses fisis awan dingin yang memiliki suhu super dingin hingga -40 ° C.


Di daerah subtropis, uap air di atmosfer tidak bisa begitu saja berubah fase menjadi tetesan air walaupun suhu lingkungan sudah mencapai titik beku. Uap air akan mengembun menjadi tetesan air ketika mengenai inti kondensasi berupa debu kecil atau organisme kecil yang mengapung di atmosfer.

Penambahan AgI yang memiliki struktur kristal mirip kristal es ke atmosfer. AgI bertindak sebagai inti kondensasi buatan yang akan mempercepat uap air menjadi tetesan air dan es. Es kering bertindak untuk menurunkan suhu lingkungan sementara molekul-molekul ini menguap. Sehingga awan semakin dingin dan semakin banyak kristal es yang terbentuk menjadi air hujan dan salju.

Menurut penelitian metode ini dapat meningkatkan curah hujan hingga 10%. Sayangnya, cara ini hanya bisa digunakan secara terbatas di satu area. Harus ada cukup ketersediaan uap air di atmosfer di wilayah tersebut dan sangat bergantung pada angin.

Pemerintah negara bagian Wyoming, Amerika Serikat telah melakukan aktivitas penyemaian awan dengan cerobong asap untuk mewujudkan misi ini. Dilakukan mulai November hingga April untuk meningkatkan intensitas curah hujan. Agar ketersediaan air di area tersebut selama musim panas yang kering dapat tercukupi.

2. Pesawat terbang


Efektivitas pengiriman bibit hujan melalui cerobong asap dan roket ke awan sasaran masih sangat rendah, sehingga pesawat akan langsung mengirimkannya ke atmosfer menuju awan. Meski biayanya lebih besar, pesawat sering digunakan karena lebih presisi. Proyek Stormfurry dan Cirrus oleh Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1970-an menggunakan pesawat untuk mengusir angin topan (siklon) dengan menyebarkan AgI di atas dinding mata angin. Namun, proyek ini dihentikan karena angin topan lebih sering terjadi.

Sejak tahun 1980-an Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Indonesia (BBTMC), Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) mulai menggunakan pesawat untuk menyebarkan material bibit menjadi awan potensial.


Bahan pembibitan yang digunakan di Indonesia menggunakan garam, karena karakteristik awan tropis yang memiliki temperatur relatif lebih tinggi dibandingkan awan di daerah subtropis. Teknik penyemaian awan secara higroskopis dengan garam berguna untuk mengikat tetesan air di awan untuk membentuk tetesan air yang lebih besar, sehingga dapat terjadi hujan.

Indonesia telah menggunakan teknologi ini untuk keperluan operasional sejak tahun 2000, seperti untuk meningkatkan intensitas hujan terhadap kebakaran hutan gambut, atau membuat awan sehingga hujan turun di tengah laut sebelum mencapai Jakarta agar tidak terjadi banjir, dan untuk meningkatkan pasokan air irigasi. Namun, banyak ilmuwan masih meragukan teknologi cloud seeding. Karena keefektifannya dalam menambah curah hujan yang relatif rendah dan sulit untuk memastikan apakah curah hujan bertambah karena pembibitan atau alasan lain karena banyak faktor yang mempengaruhi.

3. Roket dan Meriam


Layaknya roket yang digunakan dalam peperangan, roket ini berguna untuk menembak jatuh target dari langit. Tapi bukan pesawat atau drone, tapi air di awan jatuh menjadi hujan atau salju. Jika cerobong asap bergantung pada angin, namun alat tersebut bisa menerbangkan bibit hujan ke sasaran yang salah. Kemudian roket digunakan untuk mengirim bahan bibit hujan langsung ke awan sasaran.

Mirip dengan cerobong asap, roket membawa AgI dan es kering untuk disebarkan ke awan potensial yang dapat diperbesar oleh hasil curah hujannya. Penggunaan roket dan meriam untuk penyemaian awan telah diterapkan untuk tujuan rutin di China. Seperti pada Olimpiade Beijing 2008, mencegah hujan turun di tempat-tempat olahraga dan untuk menyuplai air untuk pertanian.

Posting Komentar untuk "3 Teknologi Pengatur Cuaca dan Iklim"