Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) : Pengertian, Tujuan, Komponen dan Karakteristik


Pengertian Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school based management”. Istilah itni pertama kali muncul di Amerika Serikat ketik masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan Perkembangan masyarakat setempat. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pemerintah nasional.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan atau kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri da tidak tergantung. Dengan demikian, otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah dengan peraturan perundang-perundang pendidikan nasional yang berlaku. Salah satu ciri dari manajemen dakam konsep ini adalah adanya metode pengambilan keputusan partisipasi dalam menjalankan manajemennya. Pengambilan keputusan dpartisipasi itu sendiri adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melaui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik.

Baca juga : Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow  

Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesua dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Pada sistem Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan priortas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumbre-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebuh baik dan memadai bagi para peserta didik.

Sejalan dengan jiwa dan semangat desentralilisasi serta otonomi dalam bidang pendidikan kewenangan sekolah juga berperan dalam menampung konsensius umum yang meyakini bahwa sedapat mungkin keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang memiliki akses paling baik tehadap informasi setempat. 

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memilki tingkat efektifitas tinggi serta memebrikan beberapa keuntungan yaiu:

  1. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.
  2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya local.
  3. Efektif dlam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tinglat pengulngan, tingka putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah MBS


Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi antara lain, diperoleh melalui keleluasan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Melalaui partisipasi orang tua terhadap sekolah fleksibilitas pengeolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepla sekolah, berlakunya system insentif dan disentif. Peningkataan pemerataan antara lain diproleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsetrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikkan yang tinggi terhadap sekolah.

Manajemen berbasis sekolah juga bertujuan untuk mendirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluesan dan sumberdaya untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan diberikannya kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum, guru didorong untuk berinovasi, dengan mlakukan eksperimentasi-eksperimentasi dilingkungan sekolah.

Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Dr.E. Mulayasa, M. pd mengungkapkan sekurang-kurangnya ada tujuh komponen yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS.

1. Kurikulum dan Program Pembelajaran

Manajemen kurikulum dan program pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umunya telah dilakukan oleh departemen pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran.

2. Tenaga Kependidikan

Manajemen kependidikan mencakup:

a. Perencanaan pegawai

b. Pengadaan pegawai

c. Pembinaan dan pengembangan pegawai

d. Promosi dan mutasi

e. Pemberhentian pegawai

f. Kompensasi

g. Penilaian pegawai

3. Kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang oprasional MBS, yaitu peranan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah

4. Pembiayaan

Dalam rangka implementasi MBS, manajemen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dana sekolah benar-benar dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien, dan tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme.

5. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Manajemen sarana dan prasarana bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan konstribusi secara optimal pada jalannya proses pendidikan.

Baca juga : Teori Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget  

6. Pengelolaan Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Sekolah dan masyarakat memilki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.

7. Manajemen Pelayanan Khusus Lembaga Pendidikan

Manajemen khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah


Komponen-komponen Manajemen Sekolah dalam MBS


Setiap satuan pendidikan perlu memperhatikan komponen-komponen Manajemen Sekolah. Dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah beberapa komponen sekolah yang perlu dikelola yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kemuridan, sarana dan prasarana pendidikan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan orang tua/wali murid (Mulyasa, 2002:40).

1. Kurikulum dan Program Pengajaran

Kurikulum dan program pengajaran merupakan pijakan dalam proses pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah lembaga pendidikan, Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional telah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Akan tetapi sekolah juga bertugas dan berwenang mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat setempat. …dan sosial budaya yang mendukung pembangunan lokal sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungan (Mulyasa, 2002:40).

Dalam manajemen berbasis sekolah di Indonesia untuk muatan lokal mengharuskan setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan dan memunculkan keunggulan program pendidikan tertentu sesuai dengan latar belakang tuntutan lingkungansosial masyarakat. Dengan otonomi sekolah dalam arti luas mempunyai fungsi untuk menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh kehidupan peserta didik dan kebutuhan lingkungan sehingga setelah siswa menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan mereka siap pakai sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2. Manajemen Tenaga Kependidikan

Peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan sumber daya manusia , Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan dengan cara mengikut sertakan pada kegiatan-kegiatan yang menunjang pada kinerja seluruh unsur sekolah. Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup beberapa hal yaitu: (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai (Mulyasa, 2002:42).

Hal ini menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada sebuah sekolah apabila Kepala Sekolah memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang melibatkan pada semua unsur pengelola sekolah.

3.Manajemen Kesiswaan

Salah satu tugas sekolah diawal tahun pelajaran baru adalah menata siswa. Manajemen kemuridan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik (murid), awal pendaftaran sampai mereka lulus, tetapi bukan sekedar pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan murid melalui proses pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2002:46).

Meskipun Pencatatan sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan manajemen kemuridan, buku presensi murid, buku raport, daftar kenaikan kelas, buku mutasi murid, dan sebagainya. Manajemen kemuridan dimaksudkan bertujuan mengatur berbagai kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan.dengan kondusif.

Menurut Sutisna dalam Mulyasa (2002) ada tiga yaitu:

(1) penerimaan murid baru, 

(2) kegiatan pelaporan kemajuan belajar murid, dan 

(3) bimbingan dan pembinaan disiplin murid. 

Sedangkan tanggung jawab Kepala sekolah dalam mengelola bidang kemuridan adalah:
  1. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah bidang kemuridan yang berhubungan dengan hal studi.
  2. Penerimaan, orientasi,klasifikasi, dan pembagian kelas murid dan pembagian program studi.
  3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar murid
  4. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti mengulang pengajaran (remid), perbaikan, dan pengajaran luar biasa
  5. Pengendalian kedisiplinan murid belajar di sekolah
  6. Program bimbingan dan penyuluhan bagi seluruh murid.
  7. Program kesehatan dan keamanan murid belajar, terutama ketenangan belajar murid di kelas.
  8. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional murid (Mulyasa, 2002:46).

4. Manajemen Keuangan

Keuangan merupakan sumber daya yang secara langsung dapat berpengaruh pada keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan yang diselaggarakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Manajerial kepala sekolah pada keuangan sangat dibutuhkan dalam penerapan Manajemen Beerbasis Sekolah. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menuntut kemampuan sekolah dalam merencanakan melaksanakan, dan mengevaluasi serta memepertanggungjawabkan penggunaan anggaran … pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2002:47).

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberi kewenangan pada sekolah untuk menggali dan menggunakan sumber dana sesuai keperluan sekolah. Sumber dana dalam proses pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (1) pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah, (2) orang tua/wali atau peserta didik, dan (3) masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua/wali murid dan masyarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau UU No. 2 tahun 1989 yaitu kemampuan pemerintah terbatas dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua/wali murid.

Meskipun dalam prakteknya menurut pendapat penulis implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terkadang sebagian sekolah menggunakan kesempatan ini terkesan secara berlebih lebihan seperti kasus tes mandiri berdampak pada kecemburuan sosial bagi mereka yang kurang mampu, dengan kata lain siswa yang diterima pada sebuah sekolah yang dianggap faforit oleh lapisan masyarakat tertentu maka dapat ditentukan oleh kesiapan orang tua dari berapa kesanggupan membayar yang disepakati oleh pihak sekolah, sementara keadaan sosial ekonomi orang tua, masyarakat belum tentu dapat menjakau kebijakan sekolah. Secara hukum praktek seleksi mandiri memang sah karena tidak bertentangan dengan karakter dan komponen-komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) hal ini banyak terjadi pada jenjang pendidikan SMP dan SMA.

Baca juga : Teori Perkembangan Anak Usia Dini

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor sarana dan prasarana yang dapat dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, proses belajar dan mengajar. Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru maupun murid untuk berada di sekolah. Demikian pula tersedianya media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan materi pelajaran sangat diperlukan manjerian pengelolala pendidikan di satuan pendidikan.

6. Manajemen Pengelolaan Hubungan Masyarakat

Hubungan antara sekolah dengan orang tua/wali murid serta masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi murid di sekolah. Sekolah dan orang tua/wali murid memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Gaffar dalam Mulyasa menyatakan, bahwa hubungan sekolah dengan orang tua/wali murid bertujuan antara lain: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan murid; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah (Mulyasa, 2002:50).

Pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , manajemen hubungan sekolah dengan orang tua wali murid diharapkan berjalan dengan baik. Hubungan yang harmonis membuat masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Penciptaan hubungan dan kerja sama yang harmonis, apabila masyarakat mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah. Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua wali murid, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan dari staf sekolah, dan laporan tahunan sekolah.

Melalui hubungan yang harmonis diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu proses pendidikan terlaksana secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkulitas. Lulusan yang berkualitas akan terlihat dari penguasaan/kompetensi murid tentang ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat dijadikan bekal ketika terjun di tengah-tengah masyarakat (out come).

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mempunyai karakteristik dasar, yaitu pemberian otonomi yang luas kepada sekolah, partisipasi masyarakat, dan orangtua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional, serta adanya teamwork yang tinggi dan profesional.

Karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MBS merupakan wadah/kerangka, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik MBS memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif yang dikatagorikan menjadi input – proses – output.

Rohiat (2010: 58-64) akan memulai pembahasannya dari output terlebih dahulu karena memiliki tingkat kepentingan tertinggi, selanjutnya proses, dan yang terakhir adalah input.

1. Output yang diharapkan

Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan mannajemen di sekolah. Output diklasifikasikan menjadi 2, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement), seperti nilai UN/US, lomba karya ilmiyah remaja, olypiade, cerdas-cermat, story telling, dan sebagainya. Output nonakademik (nonacademic achievement), seperti akhlaq/budi pekerti, perilaku sosial yang baik (jujur, kerjasama, kasih sayang, solidaritas toleransi, disiplin, prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan.

2. Proses pendidikan

Sekolah yang efektif umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut:

a. Proses Belajar Mengajar dengan Efektifitas yang Tinggi

b. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat

c. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib

d. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif

e. Sekolah Memiliki Budaya Mutu

f. Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis

g. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)

h. Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat

i. Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi Manajemen)

j. Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Fisik)

k. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan

l. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan

m. Memiliki Komunikasi yang Baik (antar warga sekolah dan masyarakat)

n. Sekolah Memiliki Akuntabilitas (Bertanggung Jawab atas program yang telah dilaksanakan)

o. Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah yang Baik (memiliki perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengoordinasian, dan pengevaluasian pendidikan). Sekolah melakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran warga sekolah tentang nilai lingkungan hidup yang sehat

p. Sekolah Memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas (kemampuan untuk menjaga kelangsunagn hidupnya, baik dalam program maupun pendanaan)

3. Input pendidikan

a. Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang jelas (kepala sekolah mensosialisasikan program, tujuan, visi, dan misi sekolah kepada seluruh warga sekolah: guru, siswa, tata usaha, petugas kebersihan, petugas keamanan, dan orangtua, supaya mereka memiliki pengetahuan dan pemikiran yang sama sehingga diharapkan dapat menciptakan sebuah iklim atau budaya yang seirama)

b. Sumberdaya Tersedia dan Siap (sumberdaya manusia dan benda (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan lain-lain)

c. Staf yang kompeten dan Berdedikasi Tinggi

d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi

e. Fokus pada Pelanggan (khususnya siswa)

f. Input manajemen (tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung rencana, aturan main yang jelas, dan adanya system pengendalian mutu yang efektif dan efisien)

Posting Komentar untuk "Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) : Pengertian, Tujuan, Komponen dan Karakteristik"