Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Inflasi dalam Perspektif Islam, Sejarah, Penyebab dan Kebijakan Ekonomi Islam


Teori Inflasi dalam perspektif Islam


1. Pengertian dan konsep dasar Inflasi

Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi oleh Negara. Inflasi memiliki tingkatan yang digunakan sebagai ukuran untuk menunjuk sampai dimana buruknya permasalahan yang dihadapi oleh suatu Negara. Dalam perekonomian yang sedang tumbuh, Inflasi yang tingkatannya rendah dinamakan Inflasi merayap. Yaitu sekitar 2-4 persen, biasannya tidak dapat dielakkan. Namun tungkat Inflasi yang mencapai 10 persen atau lebih akan menjadi suatu permasalahan yang serius. Bahkan pada kondisi peperangan atau ketidakstabilan politik, Inflasi dapat mencapai beberapa ratus bahkan beberapa ribu persen. Kenaikan seperti ini sinamakan hiper Inflasi. Hal inilah yang pernah dialami oleh Negara Indonesia yang tingkat Inflasinya mencapai 600 persen.

Baca juga : Asuransi Syariah Menurut Pendapat dan Pandangan Ulama, Antara Halal dan Haram

Menurut Rahardja dan Manurung Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlansung secara terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno, Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah lagi besar dibandingkan penawaran barang dipasar. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga suatu barang dan jasa.

Dari pengertian diatas dapat dianalisis bahwa Inflasi dapat terjadi jika:

a. Terjadi kenaikan harga

Inflasi ditandai dengan terjadinya kenaikan harga barang atau jasa dari periode sebelumnya. Misalnya pada bulan lalu satu kilogram gula Rp. 10.000 dan bulan ini terjadi kenaikan menjadi 12.000 perkilo gula. Dari contoh tersebut dapat diartikan bahwa satu kilogram gula mengalami kenaikan sebesar Rp.2000 perkilonya.

b. Bersifat umum

Belum dapat dikatakan Inflasi jika kenaikan harga dialami oleh suatu komoditas saja dan kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.

Namun akan berbeda jika yang naik adalah harga bahan bakar minyak (BBM). Untuk kasus di Indonesia, setiap terjadi kenaikan pada harga BBm, maka akan berdampak pada harga komuditas lain yang turut naik. Karena BBM merupakan komoditas strategis sebab memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan kenaikan harga pada komoditas lain.

c. Berlangsung terus menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum tentu berakibatkan Inflasi jika kejadian tersebut hanya sesaat. Karena biasanya Inflasi dapat dihitung dalam rentang waktu minimal satu bulanan. Sebab dalam kurun saktu sebulan akan terlihat kenaikan harga bersifat umum dan terus menerus .

Sedangkan didalam Islam sendiri tidak mengenal istilah Inflasi, karena mata uang yang digunakan adalah dinar dan dirham. Yang mana dinar dan dirham lebih memiliki nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam.

Penurunan nilai dinar dan dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan seperti ini sangat kecil kmungkinannya untuk terjadi.

Baca juga : Pengertian Reasuransi Syariah (Retakaful), Bentuk Akad dan Jenis-jenis Reasuransi  

Kondisi deficit pernah terjadi pada zaman Rosul dan hal ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang Hunain. Walaupun demikian, Al-Maqrizi membagi Inflasi menjadi dua macam, yaitu Inflasi yang terjadi akibat berkurangnya persediaan barang dan Inflasi akibat kesaahan manusia. Inflasi yang terjadi akibat ulah manusia disebabkan oleh tiga hal, yaitu korupsi, dan administrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, serta sejumlah uang yang berlebihan. Kenaikan –kenaikan harga yang terjadi adalah dalam bentuk jumlah uangnya, bila dalam dinar jarang terjadi kenaikan. Al-Maqarizi mengatakan untuk penggunaan uang dibatasi hanya pada tingkat menimal yang dibutuhkan untuk transaksi pecahan yang terkecil saja .

2. Sejarah Inflasi


Emas memberikan “nilai” pada suatu mata uang dan juga dalam askepbilitas (tingkat penerimaan masyarakat) ditempat lain. Pada sejarah kerajaan Byzantium, mereka sangat berusaha keras untuk mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin kenegara-negara lain dan mencegah impor dari Negara-negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi kebijakan tersebut, justru menimbulkan kenaikan tingkat harga komoditasnya sendiri.

Awal terjadinya Inflasi pada mata uang Dinar dimulai bahkan pada saat Irak sedang berada dalam masa puncak kejayaannya. Coinage debasement dan Inflasi ikut mendahului perkembangan yang cepat dari peminjaman uang (pertumbuhan kredit) serta perbankan, khususnya di Italia yang merupakan motor pertumbuhan lebih lanjut dari perekonomian. Inflasi sering kali berbentuk kenaikan tingkat harga secara gradual dari pada ledakan kekacauan ekonomi. Resolusi harga di Eropa terjadi sepanjang abad, pola kenaikan tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan Jerman pada tahun 1470 (mengikuti wabah black death pada tahun 1349). Kemudian, Inflasi menyerang Eropa dengan beberapa tahapan, yaitu dimulai dari Inggris dan Prancis pada tahun 1480-an, meluas kesemenanjung Iberia pada decade selanjutnya dan menyerang Eropa timur pada tahun 1500-an. Kenaikan tingkat harga sangat cepat pada bahan-bahan mentah terutama makanan. Di Inggris harga kayu, ternak, dan biji-bijian meningkat 5 sampai 7 kali lipat pada tahun 1480 smpai tahun 1650, sementara itu barang manufaktur harganya meningkat 3 kali lipat. Kenaikan sebesar 700% selama 170 tahun itu jika dihitunh secara compound hanya sebesar 1,2% pertaruhannya, akan tetapi di sisi lain gaji hanya meningkat kurang dari ½ nya sehingga masyarakat sangat mengalami goncangan akibat tekanan Inflasi. Daya beli uang dan gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap sangat mencemaskan.

Kejadian-kejadian diatas, disebabkan akibat gabungan penurunan produksi pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi, manupulasi pasar, high labor cost, pengagguran, kemewahan yang berlebihan, dan sebab=sebab lainnya seperti perang yang berkepanjangan, embargo dan pemojokan kerja.

Inflasi bias terjadi disebabkan karena pada saat tingkat harga secara umum naik, pembeli harus mengeluarkan kebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama. Dengan kata lain, Inflasi tidak akan berlanjut jika tidak dibiayai dengan berbagai cara. Jika konsumen tidak menemukan uang lebih untuk membeli barang demi mempertahankan tingkat pembelanjaannya, maka mereka akan membatasi pembelian dengan membeli lebih sedikit yang kemudian pada akhirnya akan membatasi kemampuan penjual untuk menaikan harga.


3. Penyebab Inflasi


Berdasarkan penyebab atas kenaikan harga-harga yang brlaku, inflasi biasanya dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:

a. Natural inflation dan human eror inflation

Natural inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab ilmiah dan manusia tidak memiliki kekuasaan untuk mencegahnya. Misalkan terjadinya paceklik. Sementara human eror inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

b. Actual/anticipated/expected inflation dan unanticipated/unexpected inflation. Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nasional dikurangi inflasi. Sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.

Baca juga : Pengertian Asuransi dan Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah  

c. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)

Yaitu inflasi yang terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas.inflasi ini biasanya terjadi pada Negara yang perekonomiannya berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan yang tinggi dan selanjutnya akan menimbulkan peengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dann jasa. Pengeluaran yang berlebihan dapat memicu terjadinya inflasi, disebabkan banyaknya uang yang beredar.

d. Inflasi desakan biaya (cost push inflation)

Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya keniakan biaya produksi. Pada saat krisis ekonomi tahun 1997, ketika banyak industry di Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi.

e. Spiraling inflation

Yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya itu terjadi akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.

f. Inflasi diimpor

Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi diluar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran diperusahaan-perusahaan.

Adapun penyebab lain terjadinya inflasi antara lain banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan jumlah barang yang beredar, sehingga permintaan akan barang mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya produsen akan menaikan harga barang.

4. Kebijakan ekonomi islam dalam inflasi


a. Dalam pemikiran Islam, pemerintah merupakan lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan pelayanan terbaik kepada rakyatnya. Sedangkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, pemerintah Islam menggunakan dua kebijakan, yaitu kebijakan fiscal dan moneter. Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerintahan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung didalam aturan Islam.

Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrument yang bias digunakan:

1) Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengopti,alan pemanfaatan zakat

2) Mengenakan baya atas dana yang menganggur, hal ini agar mendorong masyarakat untuk menginvestasikan danannya tidak hanya melalui tabungan dan deposito tetapi diarahkan pada penciptaan pertumbuhan sector riil.

3) Menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha yang menghasilkan bunga.

b. Kebijakan moneter

Pada zaman Rosululloh dan Khulafaur rasyidin kebijakan moneter silaksanakan tanpa menggunakan instrument bunga. Dalam kebijakan moneter variabel harus diformulasikan, bukan tingkat suku bunga bank. Dalam system ekonomi Islam, bank sentral harus mengarahkan kebijakan moneternya untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka mencegah dan jangka panjang demi mencapai harga yang stabil.

Baca juga : Faktor Pendukung dan Pendorong Meningkatknya Peranan Lembaga Keuangan  

Dalam perekonomian Islam, untuk menjaga kestabilitas tingkat harga ada beberapa yang dilarang:
  • Permintaan yang tidak riil
  • Penimbunan mata uang
  • Trnsaksi tallaqi rubban, yaitu menghalangi penjual dari kampong kepusat kota untuk dijual kembali kepusat kota untuk mendaatkan keuntungan dari ketidakpastian harga.
  • Transaksi kali bin kali, yaitu transaksi tidak tunai.
  • Segala bentuk riba

Posting Komentar untuk "Teori Inflasi dalam Perspektif Islam, Sejarah, Penyebab dan Kebijakan Ekonomi Islam"