Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Reaksi Tubuh Terhadap Stress, Indikator Fisiologik, Psikologis dan Kognitif


REAKSI TUBUH TERHADAP STRES


Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stres yang dilahirkan di Austria, Hans Selye (1974, 1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Berapapun kejadian dari lingkungan atau stimulus yang menghasilkan respon stres yang sama pada tubuh. Selye mengamati pasien yang memiliki masalah yang berbeda-beda: kematian seseorang yang dekat, kehilangan pekerjaan, ditangkap karena melakukan penggelapan. Tanpa memperhatikan masalah seperti apa yang dihadapi oleh seorang pasien, gejala yang serupa muncul: hilangnya nafsu makan, otot menjadi lemah, dan menurunnya minat terhadap dunia.

Baca juga : Waspada, Penyebab Kanker pada Anak yang harus Diketahui oleh Orang Tua  

Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) adalah konsep yang dikemukakan oleh Selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap: peringatan, perlawanan, dan kelelahan. Pertama, pada tahap peningkatan alarm, individu memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa di mana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga menurun. Kemudian tubuh mengalami apa yang disebut countershock, di mana pertahanan terhadap stres mulai muncul; korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormon meningkat. Tahap alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian, individu bergerak memasuki tahap perlawanan (resistence), di mana pertahanan terhadap stres menjadi semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres; tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernapasan semua meningkat. Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap ada, individu pun memasuki tahap kelelahan (exhausted), di mana kerusakan pada tubuh semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit pun meningkat.

Walupun demikian tidak semua stres itu buruk. Eustress adalah konsep Selye yang menggambarkan sisi positif dari stres. Berkompetisi di suatu kejuaraan atletik, menulis karangan, atau mengajar seseorang yang membuat tubuh menghabiskan energi. Selye tidak mengatakan bahwa kita harus menghindari semua pengalaman seperti ini dalam kehidupan kita, namun ia menekankan bahwa kita harus meminimalkan kerusakan pada tubuh kita.

Salah satu kritik utama terhadap pandangan Selye adalah bahwa manusia tidak selalu bereaksi terhadap stres dengan cara yang sama seperti yang ia kemukaka. Masih banyak lagi yang harus dipahami mengenai stres pada manusia daripada sekedar mengetahui reaksi fisik manusia terhadap stres. Kita juga perlu mengetahui kepribadian mereka, susunan fisik mereka, persepsi mereka, dan konteks di mana stresor, atau penyebab stres, muncul (Hobfoll, 1989).

INDIKATOR STRES


Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif

a. Indikator fisiologik

Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system simpatetik dan system neuroendokrin tubuh.

b. Indikator Psikologis

Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut dapat membantu; yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu mekanisme tersebut digunakan atau dialami.

  • 1) Ansietas

Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental, keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasikan terhadap diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar. Empat hal yang membedakan ansietas dengan takut adalah:

a) Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasi; sumber rasa takut dapat diidentifikasi

b) Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu, untuk kejadian yang diantisipasi. Rasa takt dikaitkan dengan kondisi saat ini.

c) Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.

d) Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi; rasa takut merupakan akibat entitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri tersendiri.


 
Ansietas dapat dimanifestasikan pada empat tingkat:

a) Ansietas ringan mencipttakan kondisi sedikit bergairah yang meningkatkan kemampuan persepsi, pembelajaran dan produktif. Sebagian besar individu yang sehat mengalami ansietas ringan, mungkin sebagai perasaan gelisah ringan yang mendorong seseorang untuk mencari informasi dan mengajukan pertanyaan.

b) Ansietas sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir. Kemampuan persepsi semakin sempit. Perhatian lebih difokuskan pada aspek tertentu situasi dibandingkan aktivitas perifer.

c) Ansietas berat menghabiskan sebagian besar energy individu dan membuuhkan intervensi. Persepsi mengalami penurunan lebih lanjut. Individu tidak mampu berfokus terhadap apa yang benar-benar terjadi dan hanya focus pada satu detail spesifik situasi yang menimbulkan ansietas.

d) Panic adalah tingkat kecemasan yang menakutkan dan sangat membebani sehingga membuat individu kehilangan kendali. Panic lebih jarang dialami dibandingkan dengan tingkat kecemasan lain.

  • 2) Takut

Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya, nyeri atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Rasa takut mungkin sebagai respons terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sebagai respons terhadap ancaman yang segera muncul atau sudah muncul, atau sebagai respons terhadap sesuatu yang diyakini sesorang akan terjadi. Objek rasa takut mungkin berdasarkan pada realitas, mungkin juga tidak. Sebagai contoh, mahasiswa kebidanan baru mungkin takut dalam mengantisipasi pengalaman pertama di tatanan perawatan pasien. Mahasiswa mungkin takut tidak mau dirawat oleh mahasiswa atau mahasiswa secara tidak sengaja membahayakan klien.

Baca juga : Asuhan Keperawatan (ASKEP) Leukemia pada Anak dan Diagnosa Medis Pasien  

  • 3) Marah

Marah adalah status ekonomi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa bermusuhan atau ketidak senangan yang kuat. Individu dapat merasa bersalah ketika meraka marah karena diajarkan bahwa merasa marah itu salah. Akan tetapi, marah dapat diekspresikan dalam cara verbal yang tidak membuat Si empunya marah dijauhi; dengan demikian, marah dipertimbangkan sebagai emosi positif dan sebagai tanda kedewasaan emosi karena pertumbuhan dan manfaat interaksi yang doitimbulkannya.

Ekspresi marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda terhadap orang lain atas ketidak nyamanan psikologis internal individu dan sebagai permintaan bantuan untuk menghadapi persepsi stress. Sebaliknya, permusuhan biasanya ditandai dengan antagonism dan perilaku merusak atau destruktif; agresi adalah serangan tanpa pemicu atau tindakan atau pandangan bermusuhan, mencederai, atau merusak; dan kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik untuk mencederai atau menganiaya. Kemarahan diekspresikan secara verbal, berbeda dari rasa bermusuhan, agresi, dan kekerasan, , tetapi dapat mengakibatkan kekerasan dan kerusakan apabila marah menetap dan tak jua reda.

Komunikasi verbal marah yang diekspresikan secara jelas, ketika orang yang marah mengatakan kepada orang lain mengenai kemarahannya dan dengan cermat mengidentifikasi sumbernya merupakan tindakan konstruktif. Kejelasan komunikasi ini membuat kemarahan “dikeluarkan” sehingga orang lain dapat memahami rasa marah tersebut dan membantu meredakannya. Orang yang marah “meluapkan” kemarahannya dan mencegah akumulasi emosi.

  • 4) Depresi

Depresi adalah reaksi umu terhadap kejadian yang tampak kacau atau negative. Depresi, perasaan sedih, putus asa, kekesalan, perasaan tak berharga, atau kekosongan ekstrem, terjadi pada jutaan orang Amerikasetiap tahun. Tanda dan gejala depresi dan tingkat keparahan masalah berbeda pada setiap klien dan bergantung pada makna kejadian pemicu. Gejala emosi mencakup perasaan kelelahan, kesedihan,kehampaan, atau mati rasa. Tanda perilaku depresi termasuk iritabilitas, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, kesulitan dalam membuat keputusan, kehilangan gairah seksual, menangis, gangguan tidur, dan menarik diri. Tanda fisik depresi mencakup kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, konstipasi, sakit kepala, dan limbung. Banyak orang menalami depresi periodesingkat sebagai respons terhadap kejadian pemicu stress yang sangat banyak, seperti kematian orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan; akan tetapi, depresi berkepanjangan, merupakan penyebab kekhawatiran dan dapat membutuhkan penanganan.

  • 5) Mekanisme Pertahanan Ego Yang Tak Disadari

Mekanisme pertahanan ego yang tak disadari adalah mekanisme adaptif psikologik, atau dalam pernyataan Sigmund Freud (1946), mekanisme mental yang brkembang saat personalitas berupaya mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap impuls, yang bertentangan, dan meredakan ketegangan di dalam diri. Mekanisme pertahanan adalah pikiran yang tidak disadari yang bekerja untuk melindungi individu dari ansietas. Mekanisme pertahanan dapat dipertimbangkan sebagai precursor mekanisme koping kognitif yang disadari yang akhirnya memecahkan masalah. Seperti beberapa respons verbal dan motoric, mekanisme pertahanan melepaskan ketegangan. Deskripsi mekanisme ini dan contoh penggunaannya yang adaptif dan mal adaptif.


 
c. Indikator Kognitif

Indicator kognitif stress adalah respons berpikir yang mencakup pemecahan masalah, penstrukturan, control diri atau disiplin diri, supresi dan fantasi. Pemecahan masalah mencakup berpikir melalui situasi yang mengancam , menggunakan langkah spesifik atau mencapai solusi. Individu mengkaji situasi yang mengancam, menggunakan langkah yang spesifik untuk mencapai solusi. Individu mengkaji situasi atau masalah, menganalisis atau mendefinisikannya, memilih alternative, melaksanakan alternative yang dipiih, dan mengevaluasi apakah solusinya berhasil.

Penstrukturan adalah perencanaan atau menipulasi situasi sehingga kejadian yang mengancam tidak tejadi. Sebagai contoh seorang perawat dapat menstruktur atau mengontrol wawancara dengan klien dengan mengajukan hanya pertanyaan lansung dan tertutup. Penstrukturan dapat menjadi produktif pada situasi tertentu. Individu menjadwalkan pemeriksaan gigi enam bulan sekali untuk mencegah penyakit gigi yang parah menggunakan penstrukturan yang produktif.

Kontrol diri (disiplin) adalah menunjukan perilaku dan ekspresi wajah yang menggambarkan rasa dapat mengontrol atau berwenang. Ketika control diri mencegah panic dan tindakan membahayakan atau tindakan non produkif dalam situasi yang mengancam, control diri merupakan respons bermanfaat yang menunjukkan kekuatan. Akan tetapi, control diri terlalu ekstrem dapat menunda pemecahan masalah dan mencegah individu menerima dukngan dari orang lain, yang mungkin menganggapnya mampu menangani situasi dengan baik, tenang, atau tidak khawatir.

Supresi adalah menempatkan pikiran atau perasaan di luar ingatannya secara disadari dan disengaja. “saya tidak mau menghadapi hal itu hari ini. Saya akan melakukannya besok.” Respons ini menurunkan stres sementara, tetapi tidak memecahkan masalah. Seorang pria yang tetap mengabaikan sakit gigi, dengan menekannya diluar ingatan karena ia takut merasa sakit,tidak akan meredakan gejala yang dialaminya.

Baca juga : ASKEP Efusi Pleura dan Diagnosa Keperawatan Tenaga Medis Klinik dan Rumah Sakit  

Fantasi atau bermimpi sama dengan berkhayal. Keinginan dan harapan yang tidak terpenuhi dibayangkan terpenuhi, atau pengalaman yang mengancam dikerjakan kembali atau diulang kembali sehingga akhirnya dapat berbeda dari kenyataan. Pengalaman dapat dibangkitkan kembali, setiap hari masalah diselesaikan, dan rencana masa depan disusun. Hasil masalah yang sedang dihadapi juga dapat difantasikan. Sebagai contoh seorang klien yang menunggu hasil biopsy payudara dapat memfantasikan bahwa dokter bedah mengatakan. “Anda tidak mengidap kanker.” Respons fantasi dapat membantu apabila menimbulkan pemecahan masalah. Sebagai contoh, klien yang menunggu hasi biopsy payudara dapat berkata pada dirinya sendiri, “meskipun dokter mengatakan, ‘Anda mengidap kanker’, asalkan ia juga mengatakan bahwa kanker tersebut dapat disembuhkan, saya dapat menerimanya.” Fantasi dapat destruktif dan non produktif apabila indivdu menggunakannya secara berlebihan dan melarikan diri dari kenyataan.

Posting Komentar untuk "Reaksi Tubuh Terhadap Stress, Indikator Fisiologik, Psikologis dan Kognitif"