Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peningkatan Nilai Tambah dan Penguatan Rantai Agribisnis-Agroindustri Hortikultura


Peningkatan nilai tambah dan penguatan rantai nilai agribisnis-agroindustri hortikultura


Walaupun seluruh titik pada rantai nilai industri hortikultura pada kegiatan budidaya di lahan (agribisnis) sampai ke pengolahan dan pemasarannya (off-farm) sama tingkat kepentingannya, tetapi pada dasarnya peningkatan nilai tambah komoditas atau hortikultura yang terbesar terdapat pada aspek pasca panennya, karena kegiatan pasca panen terutama pengolahan (agroindustri) dapat meningkatkan konsumsi dengan fungsi waktu yang lama, tempat yang jauh dan nilai jual produk yang lebih tinggi.

Dengan demikian, titik-titik rantai sepanjang rantai nilai industri hortikultura adalah pemanenan, pra-pendinginan, pendinginan, penyimpanan dingin, penanganan pada tempat tujuan, atau penanganan pada agroindustri pengolah hortikultra menjadi ragam produk yang dapat dipasarkan. Penggunaan rantai dingin pada industri hortikuktura sangat vital, karena dapat mengurangi kerusakan fisik, pembusukan oleh serangga, perubahan mutu (flavor, warna dan tekstur), kehilangan nilai nutrisi, kehilangan nilai pasar (penurunan harga) dan dapat menghindari permasalahan keamanan komoditas atau produk hortikultura yang dipasarkan. Kegiatan rantai pasok dan rantai nilai pada industri hortikultura sangat nyata terdapat di dalam klaster industri hortikultura, yang saat ini juga sedang digalakkan di Indonesia.

Baca juga : Begonia, Kandungan Kimia dan Khasiat bagi Kesehatan Tubuh  

Penguatan petani hortikultura


Peningkatan daya saing produk hortikultura Indonesia, sayur dan buah, harus terus dilakukan secara menyeluruh dengan memperbaiki kinerja petani, memperbaiki komitmen pemerintah, dan meningkatkan partisipasi perusahaan dan industry yanag bergeraak dalam pemasaran dan pengolahan sayur dan buah. Meskipun luas kepemilikan lahan petani tidak dapat ditingkatkan, namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar petani hortikulutra dapat menikmati hasil pertaniannya secara ekonomis, antara lain :

1. Meningkatkan akses petani produsen ke pasar dan industri pengolahan, baik berupa jalan, alat dan sarana transportasi. Secara hukum juga dapat dilakukan dengan menindak tegas keberadaan tengkulak, dan pelaku praktek ijon yang secara terselubung sering dilakukan oleh berbagai perusahaan yang bergerak dalam penyediaan bibit, pupuk dan sarana produksi lainnya.

2. Mendorong untuk terbentuknya wilayah-wilayah produksi untuk masing-masing komoditi, sehingga tidak terjadi penumpukan produk pada kawasan tertentu, tetapi langka di tempat lain.

3. Mengembangkan sistem participatory plant breeding berbasis komunitas untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap benih yang berkualitas dan harga yang terjangkau.

4. Mendorong terbentuknya asosiasi produsen setiap komoditas yang berfungsi untuk memperjuangkan posisi tawar mereka dalam mekanisme pasar yang ada. Asosiasi ini harus didorong untuk muncul tumbuh dari petani yang harus dijauhkan dari berbagai kepentingan politik transaksional.

5. Mengembangkan sistim penyimpanan produk yang tidak dikuasai oleh pengusaha, sehingga petani tetap mampu mensuplai produk pada saat produk tidak sedang panen.

6. Optimalisasi pemanfaatan terminal agribisnis atau sub-terminal agribisnis yang sudah banyak dikembangkan di sentra-sentra produksi tanaman hortikultura.


7. Meningkatkan peran penyuluh pertanian menjadi fasilitator pemasaran. Penyuluh pertanian tidak boleh hanya berpengetahuan dalam bidang produksi tanaman saja, tetapi juga harus mampu menjadi perpanjangan tangan petani untuk mendapatkan akses sarana produksi yang murah dan berkualitas. Penyuluh pertanian bukannya malah menjadi salesmen perusahaan-perusahan benih, pestisida, pupuk atau alat dan mesin pertanian. Penyuluh pertanian harus mampu memberikan bimbingan secara integral kepada petani dalam sistem agribinis, dari hulu hingga hilir, termasuk pendampingan untuk memastikan hak-hak petani tidak terabaikan.

Baca juga : Urang Aring (Ecliptara Prostrata), Khasiat dan Manfaat menurut Medis   

8. Meningkatkan kemampuan petani untuk mampu bersaing dengan produk-produk impor. Konsekwensi dari berbagai kesepakatan dagang internasional, pemerintah Indonesia sudah tidak boleh melarang ekspor negara lain ke Indonesia. Yang dapat dilakukan adalah meningkatkan daya saing produk domesstik terhadap produk impor, menekan jumlah importir, menekan kuota impor berbagai produk hortikultura.

9. Mendorong tumbuhnya industri pengolahan produk-produk hortikultura, sehingga tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk dan mampu menampung produksi yang ada, tetapi juga mampu menyerap lapangan kerja baru dan bahkan dapat menggerakkan kegiatan peneleitian dan pengembangan produk di Indonesia.

10. Menghukum berat dan tegas para penyelundup dan semua pihak yang terlibat dalam proses tersebut

11. Mendorong peningkatan konsumsi sayuran dan buah masyarakat Indonesia per kapita per tahun, sehingga produk hortikultura yang dihasilkan petani dapat terserap pasar yang dapat memberikan keuntungan ekonomis kepada petani. Hal ini juga dapat meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat dan sekaligus menekan konsumsi beras masyarakat Indonesia yang sudah mencapai 139 kg/kapita/tahun.

12. Pemerintah harus memfasilitasi dan melindungi petani dalam kegiatan ekspor produk sayuran dan buah. Jangan biarkan petani menjadi objek tengkulak atau pengusaha eksportir yang tidak mau berbagi resiko dengan petani.

13. Meningkatkan pemerataan pembangunan antar wilayah. Pembangunan Indonesia yang menjadikan Pulau Jawa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia harus dirubah. Munculnya kawasan ekonomi baru akan meningkatkan jumlah penduduk di kawasan ekonomi baru tersebut. Hal ini akan mempersingkat rantai pemasaran sayur dan buah, sehingga nilai ekonomis yang dapat dinikmati petani meningkat.

14. Meningkatkan subsidi secara tidak langsung kepada petani melalui penyediaan benih dan pupuk yang murah, memperbaiki infrastruktur dan sistem transportasi yang mampu mempercepat sampainya sayuran dan buah dari petani ke konsumen. Subsidi BBM yang mencapai Rp. 240 trilliun pertahun harus dicabut dan dialihkan untuk program peningkatan daya saing petani Indonesia umumnya, termasuk petani hortikultura. Subsidi pemerintah terhadap BBM ini sangat tinggi. Sebagai gambaran, untuk membangun jalan trans Sumatera sepanjang 2.700 km ‘hanya’ membutuhkan Rp. 99,88 trilliun, untuk perbaikan dan peningkatan enam pelabuhan utama dan pelabuhan pedukung lainnya di Indonesia ‘hanya’ membutuhkan dana sebesar Rp. 14,87 triulliun.

Baca juga : Lidah Buaya, Manfaat, Khasiat dan Kandungan Zat Gizi  

15. Mari kita bersama-sama memberantas korupsi di Indonesia. Mulai dari diri sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tolak semua bentuk korupsi. Lakukan di semua lini kehidupan, baik sebagai anggota masyarakat, pengusaha, politisi, maupun sebagai aparatur pemerintahan. Korupsi itu tidak hanya dosa yang harus dipertanggungjawabkan, tetapi juga dapat menyengsarakan banyak orang, dan bahkan dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan peradaban manausia itu sendiri.

Posting Komentar untuk "Peningkatan Nilai Tambah dan Penguatan Rantai Agribisnis-Agroindustri Hortikultura"