Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ilmu Bahasa Semantik dan Pragmatik, Pengertian, Penjelasan dan Contohnya


Ilmu Bahasa Semantik


Semantik adalah cabang dari ilmu bahasa yang membahas arti atau makna (verhaar, 1966 : 13). Semantik dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada leksem dalam kata, contoh: rumah maknanya adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia. Sedangkan semantik gramatikal adalah makna baru yang muncul akibat terjadinya proses gramatikal, contoh: berumah memiliki makna mempunyai rumah. Berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial. Referensial adalah kata-kata yang memiliki referen, sedangkan non-referensial adalah kata-kata yang tidak memiliki referen. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif.

Denotatif adalah kata yang memiliki makna yang sebenarnya, sedangkan konotatif adalah kata yang memiliki makna rasa, baik positif maupun negatif. Lalu berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, kias dan sebagainya. Selanjutnya relasi makna juga bermacam-macam wujudnya, seperti sinonimi (kata yang memiliki persamaan dua makna atau lebih, contoh: bisa dengan dapat), antonimi (kata yang memiliki makna berlawanan konsep, contoh: baik dengan buruk), homonimi (dua kata atau lebih yang memiliki bentuk sama tetapi berbeda makna, contoh: bisa dalam arti dapat dengan bisa dalam arti racun), homofoni (kata yang memiliki kesamaan bunyi tetapi berbeda makna, contoh: bank dengan bang), homografi (kata yang memiliki ejaan sama tetapi ucapan dan maknanya berbeda, contoh: apel dalam arti buah dan apel dalam arti rapat/pertemuan), hiponimi dan hipernimi (gabungan dua kata yang umum dan khusus, contoh: hijau merupakan hiponimi dari warna dan ikan yang berhipernimi dengan tongkol, lele, gabus dll), dan polisemi (suatu kata yang memiliki lebih dari satu arti, serta memiliki konsep yang sama, contoh: kepala bagian tubuh dengan kepala sebagai kedudukan tertinggi).

Baca juga : Administrasi Pendidikan, Pengertian dan Unsur Pokok Administrasi Sekolah  

Kemudian di dalam cakupannya, ada bidang yang khas dalam semantik yang dikenal sebagai deiksis. Deiksis adalah sifat semantik sedemikian rupa sehingga dimensi referensial kata tertentu tergantung dari identitas penutur, misal siapa yang diacu oleh pronomina seperti aku dan kamu tergantung dari siapa yang menjadi penutur. Jadi makna dalam bahasa itu bermacam-macam wujudnya dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena bahasa digunakan dalam berbagai kegiatan dan keperluan manusia dalam melakukan interaksi sosial. Sehingga melahirkan berbagai konsep tentang jenis-jenis makna.


Ilmu Bahasa Pragmatik


Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar dan sebagaimana pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan (verhaar, 1966 : 14). Pragmantik dan semantik keduanya membicarakan makna, akan tetapi yang membedakan adalah terletak pada penggunaan makna dalam situasi maupun kondisinya. Beberapa dasar dari pragmatik antara lain adalah teks, konteks, koteks, deiksis (gejala semantik yang terdapat pada kata yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks pembicaraan), tindak tutur, implikatur percakapan, prinsip kerjasama, kesantunan, postulat, analisis wacana, dan praanggapan. Yang dimaksud teks adalah bahasa yang memiliki fungsi, maksudnya yaitu bahasa yang sedang melakukan tugas tertentu dalam konteks, sedangkan konteks sendiri memiliki arti sebagai sesuatu yang menyertai teks. Sehubungan dengan adanya istilah kata teks dalam konteks, maka lahirlah dasar baru yang disebut dengan istilah koteks, yaitu teks yang bersifat sejajar dan memiliki hubungan antara teks yang satu dengan teks yang lain.

Selanjutnya deiksis atau gejala semantik yang terdapat pada kata yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks pembicaraan. Berikut setelah deiksis adalah tindak tutur, yang merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara dipahami oleh pendengar. Tindak tutur diklasifikasikan menjadi tiga macam yakni lokusi (pengucapan kata yang sesuai dengan maknanya, contoh: saya mungkin terlambat), ilokusi (tindak melakukan sesuatu, contoh: ruangan ini pengap, saya sangat haus,dll), dan perlokusi (efek dari tindak tutur terhadap mitra tutur, contoh: dengan ini saya menghina anda bahwa anda memang bodoh). Akan tetapi untuk tindak ilokusi masih diklasifikasikan lagi kedalam lima bentuk yakni deklarasi (mengubah dunia melalui tuturan), representatif (tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur), ekspresif (menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur), direktif (memiliki tujuan agar penutur melakukan sesuatu tetapi dengan tidak secara langsung), dan komisif (mengikat penutur dengan tindakan dimasa yang akan datang), jadi tindak tutur ada yang secara langsung dan ada yang tidak secara langsung.

Baca juga : Teknik Pembacaan Puisi, Interpretasi (Penafsiran/Pemahaman Makna Puisi)  

Dasar yang selanjutnya setelah tindak tutur adalah implikatur percakapan, yaitu merupakan penyimpangan dari muatan semantik suatu kalimat. Istilah implikatur ini dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan , disarankan , yang dimaksud oleh penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur tersebut atau dapat dikatakan sebagai makna yang tersurat. Pemahaman terhadap implikatur ini tidak lepas dari azas kerja sama yang dikemukakan oleh Grice. Selanjutnya yang digunakan sebagai patokan mengenai tata bahasa dalam pragmatik adalah postulat. Kemudian dasar selanjutnya adalah analisis wacana. Dalam analisis wacana terdapat tiga pendekatan yakni pendekatan formal, sosiologis empiris, dan kritis. Dan dasar pragmatik yang terakhir adalah praanggapan, yaitu apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan. Jadi dengan kata lain pragmatik juga dapat dikatakan sebagai kaidah dalam penggunaan bahasa.

Posting Komentar untuk "Ilmu Bahasa Semantik dan Pragmatik, Pengertian, Penjelasan dan Contohnya"