Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan), Pengertian, Jenis, Sumber Hukum, Syarat dan Ketentuan
AKAD AL-HIWALAH/HAWALAH (PENGALIHAN)
Hawalah secara harfiyah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu di atas pundak. Jenis akad ini pada dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling tolong menolong untuk menggapai ridho allah swt.
Objek yang dialihkan dapat berupa yaitu:
a. Utang
Akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayar) utangnya. Transaksi ini dapat terjadi dengan adanya saling mempercayai antara pihak yang bertransaksi. Secara teknis, pihak yang berutang (muhil) meminta pihak lain (muhal’alaih) untuk membayarkan terlebih dahulu utangnya pada pihak lain (muhal). Setelah akad hawalah dilakukan pihak yang berutang (muhil) akan membayar kepada pihak yang telah menanggung utangnya (muhal”alaih) atau hak penagihan berpindah menjadi hak muhal”alaih.
Baca juga : Hukum Mencium Tangan dan Menunduk, Bolehkah?
b. Piutang
Akad pengalihan piutang dari satu pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang berkewajiban menagih piutangnya. Secara teknis, pihak yang berpiutang (muhil) meminta pihak lain untuk mengambil alih (muhal’alaih) piutang yang dimilikinya, dengan pengambil alihan ini pihak yang berpiutang akan menerima uang dari yang mengambilalih piutang, sementara pihak yang berutang (muhal) akan membayar pada pihak yang telah mengambil alih piutang.
Pihak yang menerima pengalihan utang atau piutang (muhal’alaih) dapat memperoleh imbalan/feel ujrah atas jasanya (berupa kesediannya dan komitmennya) dan besarnya ujrah harus ditetapkan pada saat akad secara jelas, tetap, dan pasti.
Dari segi objek akad, Hiwalah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hakmenagih piutang, mak perpindahan itu disebut hiwalah al-haqq (perpindahn hak) anjak piutang.
2. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban utuk membayar utang, maka perpindahan itu disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang)
Dari sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahn bersyarat) adalah hawaalah diman muhil adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.
2. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan) adalah hawalah dimana muhil adalah pihak yang berutang, tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
b. Piutang
Akad pengalihan piutang dari satu pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang berkewajiban menagih piutangnya. Secara teknis, pihak yang berpiutang (muhil) meminta pihak lain untuk mengambil alih (muhal’alaih) piutang yang dimilikinya, dengan pengambil alihan ini pihak yang berpiutang akan menerima uang dari yang mengambilalih piutang, sementara pihak yang berutang (muhal) akan membayar pada pihak yang telah mengambil alih piutang.
Pihak yang menerima pengalihan utang atau piutang (muhal’alaih) dapat memperoleh imbalan/feel ujrah atas jasanya (berupa kesediannya dan komitmennya) dan besarnya ujrah harus ditetapkan pada saat akad secara jelas, tetap, dan pasti.
Jenis akad hiwalah
Dari segi objek akad, Hiwalah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hakmenagih piutang, mak perpindahan itu disebut hiwalah al-haqq (perpindahn hak) anjak piutang.
2. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban utuk membayar utang, maka perpindahan itu disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang)
Dari sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahn bersyarat) adalah hawaalah diman muhil adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.
2. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan) adalah hawalah dimana muhil adalah pihak yang berutang, tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
Sumber hukum
Dasar hukum hiwalah adalah hadist Muhammad SAW
Dari abu Hurairah ra bahwa rasulullah saw bersabda: “penangguhan (pembayaran hutang) orang kaya itu suatu kesesatan. Apabila seseorang diantara kamu hutangnya dipindahkan kepada orang yang mampu hendaknya ia menerima”. (Mutafakun ilaih). Menurut suatu riwayat ahmad: “barang siapa (hutangnya) dipindahkan, hendaknya ia menerima”. Hadist No.899
Baca juga : Hukum Menerima Gaji sebagai Muadzin atau Imam Masjid, Bolehkah?
Rukun hiwalah ada 3 (tiga) yaitu:
1. Pelaku yang terdiri atas:
a. Pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil;
b. Pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal;
c. Pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhal”alaih;
2. Objek akad:
a. Adanya utang
b. Adanya piutang
3. Ijab Kabul / serah terima
Rukun dan ketentuan syari’ah
Rukun hiwalah ada 3 (tiga) yaitu:
1. Pelaku yang terdiri atas:
a. Pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil;
b. Pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal;
c. Pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhal”alaih;
2. Objek akad:
a. Adanya utang
b. Adanya piutang
3. Ijab Kabul / serah terima
Ketentuan syariah, yaitu:
1. Pelaku
a. Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (rida) dengan pengalihan utang piutang tersebut.
c. Diketahui identitasnya.
1. Pelaku
a. Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (rida) dengan pengalihan utang piutang tersebut.
c. Diketahui identitasnya.
Baca juga : Bagaimanakah Cara Merubah Kemungkaran dengan Benar?
2. Objek penjamin (makful bihi)
a. Bias dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atu piutang.
b. Harus merupakan utang atau piutang mengikat, yang tidak munkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.
c. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
d. Tidak bertentangan dengan syariah.
3. Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspesi saling ridha/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2. Objek penjamin (makful bihi)
a. Bias dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atu piutang.
b. Harus merupakan utang atau piutang mengikat, yang tidak munkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.
c. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
d. Tidak bertentangan dengan syariah.
3. Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspesi saling ridha/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Posting Komentar untuk "Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan), Pengertian, Jenis, Sumber Hukum, Syarat dan Ketentuan"