Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terapi Antibiotik Pasien Demam Tifoid dan Cara Pengobatan yang Tepat


Manajemen Terapi Antibiotik Thypoid Fever


Pemberian antibiotik empiris yang tepat pada pasien demam tifoid sangat penting, karena dapat mencegah komplikasi dan mengurangi angka kematian. Kloramfenikol, ampisilin, dan kotrimoksazol merupakan antibiotik lini pertama yang telah dipakai selama puluhan tahun sampai akhirnya timbul resistensi yang disebut multidrug resistant Salmonella typhi (MDRST). Beberapa penelitian menunjukkan keunggulan seftriakson sebagai antibiotik terpilih. Faktor biaya, ketersediaan obat, efikasi, kekambuhan, dan MDRST merupakan masalah dalam terapi antibiotik pada demam tifoid, terutama di negara berkembang (WHO, 2003)

Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin) merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari 2% (Bhan, et al, 2005). Namun, fluoroquinolone tidak diberikan pada anak-anak karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kerusakan sendi (Bhan, 2005; Bhutta, 2006; Nelwan, 2006). Watson KC dkk (1954) melaporkan tentang efikasi kloramfenikol yang diberikan selama 10-12 hari pada 110 pasien demam tifoid. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan derajat penyakit (ringan, sedang, dan berat). 

Baca juga : Penyebab Penyakit Lambung, Kebiasaan Buruk dalam Pola Makan

Pada kelompok berat kloramfenikol diberikan dengan dosis 500 mg tiap 4 jam selama 2-3 hari, dilanjutkan tiap 6 jam sampai demam turun, kemudian 250 mg tiap 6 jam. Pada kelompok ringan dan sedang, diberikan kloramfenikol dosis 250 mg tiap 6 jam sampai demam turun dan dilanjutkan tiap 8 jam. Lama demam turun berkisar 4,1 hari. Efek samping berupa mual dan muntah terjadi pada 5% pasien. Kekambuhan yang timbul 9-12 hari setelah obat dihentikan terjadi pada 6% kasus, dan hal ini berhubungan dengan lama terapi yang kurang dari 14 hari (level of evidence 2b)

Seftriakson merupakan antibiotik beta-lactamase dengan spektrum luas, memiliki waktu paruh yang panjang sehingga dapat diberikan 1-2 kali sehari. Efek samping yang mungkin ditemukan adalah reaksi alergi, peningkatan fungsi hati, trombositosis, dan leukopenia (Harrison, 2008). Acharya G dkk (1998) melaporkan bahwa pasien demam tifoid menunjukkan respons klinis yang baik dengan pemberian seftriakson sekali sehari. Lama demam turun rata-rata empat hari, semua hasil biakan menjadi negatif pada hari keempat, dan tidak ditemukan kekambuhan. Hasil laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin dan hitung leukosit normal, serta tidak ditemukan gangguan fungsi hati dan ginjal (level of evidence 2b). Seftriakson dianggap sebagai obat yang poten dan efektif untuk pengobatan demam tifoid jangka pendek. Sifat yang menguntungkan dari obat ini adalah secara selektif dapat merusak struktur kuman dan tidak mengganggu sel tubuh manusia, mempunyai spektrum luas, penetrasi jaringan cukup baik, dan resistensi kuman masih terbatas (Hadisaputro, 1990; Bhutta, 1995). 


Menurut Lim Hu Yoe peneliti Malaysia, pengobatan dengan seftriakson hanya membutuhkan 10 hari lama rawat inap di rumah sakit dibandingkan dengan kloramfenikol yaitu selama 21 hari (Hadisaputro, 1990). Selain itu hasil uji komparatif antara seftriakson dan sefiksim terlihat bahwa seftriakson dengan dosis 65 mg/kg BB sekali sehari selama 5 hari tidak ditemukan kegagalan baik klinis maupun bakteriologis (2%), angka relaps hampir mendekati 2%. Sementara itu sefiksim dengan dosis 25 mg/kgBB sekali sehari selama 8 hari masih didapatkan kegagalan klinis maupun bakteriologis 3% meskipun angka relap dapat ditekan mendekati 1% (Hadinegoro, 1999; Girgis, 1995). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di India bahwa pengobatan dengan seftriakson memberikan keberhasilan 98% dalam mengobati demam tifoid anak dengan angka relaps rata-rata 2% (Bhutta, 1995).

Baca juga : Cara Mencegah Penyakit Lambung, Biasakan Makan dengan Pola yang Baik  

Sementara itu obat antibiotika lain seperti kotrimoksazol (4,39%), ampisilin (2,19%), amoksisilin (1,65%) dan tiamfenikol (1,65%) jarang diberikan pada pasien demam tifoid anak walaupun ke empat obat tersebut efektif digunakan untuk pengobatan demam tifoid. Namun dalam hal kemampuan untuk menurunkan demam, efektivitas amoksisilin, ampisilin dan tiamfenikol lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Sedangkan kotrimoksazol efektivitasnya tidak jauh berbeda dengan kloramfenikol (Noer, 1996)

Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid tanpa komplikasi menurut WHO

Posting Komentar untuk "Terapi Antibiotik Pasien Demam Tifoid dan Cara Pengobatan yang Tepat"