Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyebab Penyakit Hiperurisemia, Peningkatan Konsentrasi AU Darah pada Tubuh


Tinjauan Umum tentang Hiperurisemia


Asam urat (AU) telah diidentifikasi lebih dari 2 abad yang lalu, namun beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Selama beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap sama dengan gout, namun sekarang AU telah diidentifikasi sebagai marker untuk sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleutida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekskresikan AU. 

Apabila terjadi kelebihan pembentukan atau hambatan pengeluaran atau keduanya maka akan terjadi peningkatan konsentrasi AU darah yang disebut dengan hiperurisemia. Angka kejadian hiperurisemia di masyarakat dan berbagai kepustakaan barat sangat bervariasi, diperkirakan antara 2,3 - 17,6%, sedangkan kejadian gout bervariasi antara 0,16 - 1,36% (Wisesa dan Suastika, 2009).

Baca juga : Tips dan Cara Memilih Kosmetik yang Aman dan Tepat untuk Kesehatan  

Gout adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi asam urat dalam cairan tubuh (hiperurisemia) dan adanya gangguan metabolisme protein. Gangguan asam urat ini diperkirakan terjadi pada 840 dari setiap 100.000 orang, dan mewakili sekitar 5% dari total penyakit radang sendi. Sekitar 90% kasus diperkirakan terjadi akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh (gout primer) dan umum diderita oleh laki-laki berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan 10% lagi umumnya diderita oleh wanita dan disebabkan oleh gangguan hormon. Peningkatan produksi asam urat dapat terjadi karena tingginya konsumsibahan pangan yang mengandung purin, atau meningkatnya sintesa purin dalam tubuh, misalnya karena adanya penyakit inborn errors of metabolism purine pada tumor. Penurunan pengeluaran asam urat biasanya disebabkan oleh adanya gangguan ginjal, pengaruh pemberian obat, atau pengaruh beberapa jenis zat gizi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat (Uripi et al 2002). 

Kondisi kelaparan juga dapat meningkatkan kadar asam urat darah dan urin. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari mobilisasi cadangan protein dalam tubuh dan hambatan ekskresi asam urat oleh asam laktat dan produk asam lainnya yang dihasilkan pada kondisi kelaparan. Terdapat dua macam gout, yaitu gout primer dan gout sekunder. Gout primer disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Gout sekunder disebabkan oleh adanya komplikasi dengan penyakit lain, seperti hipertensi dan artherosklerosis. 

Pada kasus gout primer, selain ketiadaan enzim hiposantin-guanin fosforibosil transferase yang menyebabkan bertambahnya sintesa purin, ada juga pengaruh faktor genetik yang dapat menyebabkan gangguan pada penyimpanan glikogen atau defisiensi enzim pencernaan. Hal ini menyebabkan tubuh lebih banyak menghasilkan senyawa laktat atau trigliserida yang berkompetisi dengan asam urat untuk dibuang oleh ginjal. Faktor lingkungan yang memicu terjadinya gout primer adalah konsumsi makanan, alkohol, dan obat-obatan. Konsumsi makanan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar asam urat dalam urin antara 0,5-0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang tinggi kadar lemaknya dapat mengganggu pengeluaran asam urat dari ginjal, begitu juga dengan konsumsi alkohol. 


Gout juga dapat terjadi akibat efek samping dari mengkonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidiuretika, diuretika (furosemida dan hidroklorotiazida), salisilat, etambutol, pirazinamit, dan akibat penyalahgunaan obat pencahar (Vitahealth 2006). Asam laktat yang diproduksi sebagai hasil dari aktivitas olahraga atau gerakan fisik juga dapat menurunkan pengeluaran asam urat. Namun, kenaikantersebut akan kembali normal dalam beberapa jam kemudian. Pada gout sekunder, penderita hipertensi dan hiperkolesterolemia cenderung mengalami hiperurisemia. Hal ini disebabkan karena obat antihipertensi yang dikonsumsi (terutama thiazide) diduga secara tidak langsung mempengaruhi metabolisme lemak. 


Pengaruh ini menyebabkan pengeluaran asam urat menjadi berkurang. Gout juga dipicu oleh penyakit anemia kronis yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Penyakit lain yang juga merupakan faktor risiko bagi penyakit gout adalah diabetes mellitus dan gangguan ginjal. Resistensi insulin pada sindrom metabolik dan diabetes mellitus tipe 2 dapat meningkatkan kadar leptin dalam tubuh. Leptin merupakan regulator konsentrasi asam urat dalam darah. Peningkatan kadar leptin ini memicu terjadinya hiperurisemia (Budianti, 2008)

Posting Komentar untuk "Penyebab Penyakit Hiperurisemia, Peningkatan Konsentrasi AU Darah pada Tubuh"