Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengidap Batu Saluran Kemih, Proses Pemeriksaan dan Pengobatan di RS


Pemeriksaan Penunjang Pasien Batu Saluran Kemih


Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih adalah

1.Urinalisa

Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).

Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

2.Laboratorium

a.Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

b.Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

3.Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)

Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu di sekitar saluran kemih.

4.Endoskopi ginjal

Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.

5.USG Ginjal

Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

6.EKG (Elektrokardiografi)

Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

7.Foto Rontgen

Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.

8.IVP (Intra Venous Pyelografi)

Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

9.Pielogram retrograd

Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkanuntuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.

Baca juga : Kecanduan Media Sosial Mengganggu Keharmonisan Hidup  

Penatalaksanaan


Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu

(Sja’bani, 2006). Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi terbuka.

a.Terapi konservatif

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari5 mm. Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan. Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa:

1.Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari

2.α - blocker

3.NSAID

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan pilihan.

Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.

b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )

ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih. Badlani (2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.

Al-Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat), perlu beberapa kali tindakan, dan sulit pada orang bertubuh gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.

c. Ureterorenoskopic(URS)

Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.

d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)

PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL menjadi pilihan pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang untuk dipecahkan dengan PCNL.

Baca juga : Kebutuhan Asam Amino Essensial dalam Pakan Ikan  

Menurut Al-Kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses ke kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut dimasukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter diambil secara utuh ataudipecah. Keuntungan dari PCNL adalah apabila letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat diambil atau dihancurkan dan fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Proses PCNLberlangsung cepat dan dapat diketahui keberhasilannya dengan segera. Kelemahan PCNL adalah PCNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.

e. OperasiTerbuka

Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saatini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.



Batu Saluran Kemih pada Masyarakat Perkotaan

Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik Dalam suatu kota diisi oleh suatu golongan spesialis non agraris dan yang berpendidikan, yang bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka (Prof. Drs. R. Bintarto). Keperawatan kesehatan masyrakat khususnya perkotaan mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif). Perkembangan era globalisasi yang meningkat dengan didukungnya teknologi serta informasi yang canggih, meningkatkan kebutuhan hidup dan merubah gaya hidup masyarakat perkotaan.

Nurlina (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor resiko kejadian batu saluran kemih” mengatakan bahwa faktor gaya hidup sangat mempengaruhi resiko batu saluran kemih. Nurlina mengadakan penelitian untuk membuktikan bahwa faktor resiko batu saluran kemih lebih banyak didapat dari faktor ekstrinsik (eksogen). Dalam penelitian tersebut, sampel yang digunakan berjumlah 44 kasus dan 44 kontrol. Hasil dari penelitian berupa data bahwa faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih yang terbukti signifikan adalah kurang minum, Kebiasaan menahan buang air kemih, diet tinggi protein, duduk lama saat bekerja. Kesimpulan dari penelitian adalah orang yang duduk lama saat bekerja, dengan kebiasaan menahan buang air kemih, kurang minum dan diet tinggi protein memiliki probabilitas untuk mengalami kejadian batu saluran kemih sebesar 97,05%. Dalam penelitian tersebut, Nurlina menyarankan adanya sebuah tindakan untuk memotivasi pasien minum 2-2,5 liter (±8-10 gelas) sehari dan penting untuk minum 250 ml air sebelum tidur, tidak membiasakan menahan Buang Air Kemih (BAK), tidak berlebihan mengkonsumsi protein hewani, dan tidak duduk terus menerus selama bekerja tetapi diselingi berdiri dan berjalan.Pekerjaan, aktivitas, dan kebiasaan menahan kemih mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih. Faktor pekerjaan yang monoton dan stagnan juga menjadi faktor resiko yang sangat erat mempengaruhi munculnya masalah-masalah kesehatan termasuk masalah batu saluran kemih. Pada penelitian diketahui orang-orang yang lebih banyak duduk dalam pekerjaannya dan kurang banyak bergerak lebih sering terkena batu saluran kemih dibandingkan orang yang pekerjaannya banyak gerak atau kerja fisik (Muslim, 2007). Pada penelitian lain ditemukan penderita batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh pegawai kantor dan manajer dibandingkan pekerja kasar (Menon, 2002 dan Trichieri, 2003). Kebiasaan menahan kemih akan meningkatkan stasis urine yang menimbulkan infeksi saluran kemih. Pada infeksi saluran kemih bakteri pemecah urea (urea splitting bacteria) sangat mudah menghasilkan jenis batu struvit. Selain itu, dengan adanya stasis urine maka dapat terjadi pengendapan kristal di saluran kemih (Menon, 2002 )

Stres, olahraga, dan kegemukan dapat menjadi faktor resiko yang mempengrauhi pembentukan batu saluran kemih. Penelitian yang dilakukan Najem pada 200 penderita

batu saluran kemih dengan 200 orang sebagai kontrol ternyata membuktikan batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh orang yang memiliki stress dibandingkan dengan yang tidak. Batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh orang yang jarang berolahraga dan lebih banyak duduk (Menon, 2002). Pada penelitian batu oksalat idiopatik didaptkan 59,2 % terkena kegemukan.

Pada penelitian lain, laki-laki yang mengalami kenaikan berat badan 15,9 kg dibandingkan berat badan usia 21 tahun maka resiko relatif terkena batu saluran kemih yaitu 1,39. Pada wanita yang berat badannya mengalami kenaikan 15,9 kg dari berat badan saat berusia 18 tahun maka resiko relatif terkena batu saluran kemih yaitu 1,70. Pada orang yang gemuk, pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat, dan kalsium dalam air kemih naik (Barclay, 2005 dan Siener, 2004).

Salah satu perubahan gaya hidup yaitu perubahan terhadap pola konsumsi makan dan minum masyarakat kota. Makanan dan minuman berpengaruh besar pada eksresi bahan pembentuk batu dalam air kemih. Makan banyak bahan yang mengandung asam urat, oksalat, kalsium, dan fosfat dapat meningkatkan kadar substansi tersebut dalam air kemih yang berakibat timbulnya batu saluran kemih (Muslim, 2003). Demikian juga dengan minuman, terdapat beberapa jenis minuman yang merangsang terjadinya batu saluran kemih dan ada pula yang mengurangi kemungkinan tersebut.

Baca juga : 3 Jenis Ikan Berdasarkan Tipe Reproduksi dan Seksualitas  

Muslim (2007) menyebutkan bahwa air sangat penting dalam proses pembentukan saluran kemih, sebab bila kekurang an air minum terjadi supersaturasi bahan pembentuk batu dalam air kemih yang terjadi akibat adanya kristalisasi. Dianjurkan minum air 2-2,5 liter perhari atau 250 ml air tiap 4 jam, dan 250 ml air tiap kali makan untuk mencegah terjadinya batu saluran kemih. Terdapat ahli yang mengatakan air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam ( Resnick, 1990 dan Parivar, 1996).

Posting Komentar untuk "Pengidap Batu Saluran Kemih, Proses Pemeriksaan dan Pengobatan di RS"