Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Obat Herbal untuk Diabetes Mellitus, Penggunaan Herbal pada Pasien dengan Perawatan Medis


Tinjauan tentang Herbal untuk Diabetes Mellitus


Obat diabetes mellitus oral yang digunakan pada saat ini adalah golongan sulfonilurea, biguanida dan acarbose. Saat ini beberapa tanaman di Indonesia telah digunakan sebagai obat diabetes mellitus dan telah diteliti secara ilmiah, antara lain sambiloto (Andrographis paniculata Ness.), johar (Cassia siamea Lamk), dandang gendis (Clinicanthus nutans Lindau), bawang putih (Allium sativum L.) dan cecendet (Physalis minima L.) Selain Physalis minima L. ada beberapa spesies Physalis yang terdapat di Indonesia yaitu Physalis peruviana dan Physalis angulata. Di daerah Jawa Barat Physalis angulata (ciplukan) telah digunakan sebagai obat diabetes mellitus. Physalis angulata L. (ciplukan) adalah tanaman semusim berupa herba dari famili Solanaceae. 

 Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga 1200m di atas permukaan laut, sebagai tumbuhan pengganggu di ladang, kebun, semak dan ditepi jalan.Kandungan senyawa kimia tumbuhan ini antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, fisalin A, fisalin B, witafisalin A, witafisalin B, terpen dan asam sitrat. Secara tradisional tumbuhan ini digunakan sebagai pencahar, obat bisul, gusi berdarah, mulas, jantung lemah, terkilir, perut nyeri, kencing nanah, kencing manis (daun dan buahnya), susah kencing, ayan, encok,kecacingan, radang saluran pernafasan, infeksi kerongkongan, radang testis, diuretik, dan sakit kuning dari buahnya yang telah masak (Sutjiatmo, dkk, 2011).

Baca juga : Penyakit Rematik Adalah : Pengertian, Gejala, Etiologi, Patofisiologi dan Klasifikasi  

Berbagai jenis obat antidiabetik oral banyak ditemukan di apotik dan biasanya tergolong obat yang mahal dan harus terus menerus digunakan, hingga bagi yang tidak mampu sulit memperolehnya. Di samping itu di daerah yang tidak mempunyai apotik, obat untuk penyakit ini sulit ditemukan. Untuk itu perlu dicarikan cara alternatif. Salah satunya adalah menggunakan obat yang ada di sekitarnya yaitu dan tanaman obat. Berbagai jamu-jamuan telah dipromosikan sebagai antidiabetes, dan khasiatnya tersebar dari mulut ke mulut, dengan bukti manfaatnya. Untuk lebih memberikan dasar bagi bukti manfaatnya, dipandang sangat perlu untuk melakukan penelitian, agar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Mekanisme kerjanya mungkin tidak diketahui secara pasti, namun dapat diperkirakan bahwa efeknya dalam menurunkan kadar gula darah mungkin sama seperti obat-obat hipoglikemia oral (Widowati, 1997).

Badan Pengawas Obat dan Makanan membagi pemanfaatan tanaman obat dalam tiga strata, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu dikembangkan dari warisan yang dimiliki masyarakat suku bangsaIndonesia. Strata di atas jamu adalah obat bahan alam atau obat herbal terstandar yang bahan bakunya sudah dalam bentuk ekstrak dan aspek keamanan serta khasiatnya telah teruji pada hewan percobaan yang dikenal sebagai uji praklinik. Strata teratas dalam dalam industri OT atau farmasi adalah produk fitofarmaka, dalam bentuk ramuan ekstrak, terutama untuk pelayanan kesehatan formal, dan telah melalui uji klinik di instalasi pelayanan kesehatan formal. Menurut keputusan Menkes RI No.761 tahun 1992, fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan merupakan satu-satunya alternatif pengobatan.


Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut sebagai Herbal Medicine atau Fitofarmaka perlu diteliti dan dikembangkan (Zein, 2005). Obat herbal adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk penambah rasa, pewarna, dan atau untuk penggunaan terapeutik. Penggunaan yang paling sering adalah untuk perawatan kesehatan. Tersedia dalam bentuk ekstrak kering atau dalam keadaan masih segar untuk langsung dikonsumsi.

Baca juga : Panti Sosial Sasana Tresna Werdha dan Jenis-jenis Pelayanan yang Diberikan  

Penggunaan herbal pada pasien dengan perawatan medis


Dokter mungkin menghadapi pasien yang menggunakan obat herbal, sehingga perlu menyadari diakuinya efek dari produk herbal tersebut. Dokter perlu menyadari dampak buruk dari kemungkinan buruk yang timbul dari interaksi antara obat medis dengan herbal yang digunakan (Yaheya & Ismail, 2009). Sebanyak 101 dari 657 sampel pasien rawat jalan di suatu rumah sakit adalah pengguna sediaan herbal. Herbal yang mereka gunakan termasuk didalamnya adalah Echinacea 21,8%, gingko biloba 13,9%, garlic 7,9%, ginseng 6,9%.

Obat herbal untuk diabetes


Banyak penelitian membuktikan adanya efek hipoglikemik dari suatu tanaman. Beberapa tanaman di antaranya seperti berikut:

1) Mahkota dewa

Berdasarkan penelitian Saragih (2001) terbukti bahwa rebusan daging buah segar mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) mampu menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna pada tikus yang menderita diabetes mellitus tergantung insulin meskipun efek yang dihasilkan lebih rendah daripada efek insulin. Perasan daging buah mahkuta dewa menghasilkan efek hipoglikemik yang setara dengan tolbutamid pada tikus yang menderita diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin. Dari kedua penelitian tersebut menggambarkan bahwa daging buah makutadewa mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus percobaan yang menderita diabetes mellitus baik tergantung atau tidak tergantung insulin.

2) Ceplukan

Baedowi (1998) telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara in vivo pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat mempengaruhi sel β-insulin pankreas.



3) Sambiloto

Seluruh tanaman sambiloto dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk mengatasi diabetes mellitus (Utami, 2003). Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) mengandung senyawa aktif andrografolida yang menurut Munawwara (2004) mempunyai aksi seperti insulin. Penggunaan tumbuhan obat tidak sesederhana yang dipikirkan orang selama ini. Semuanya harus dipelajari dan memerlukan pengalaman tersendiri. Salah mengenali tumbuhan obat yang dimaksud juga tidak akan menyembuhkan penyakit. Apalagi, salah menggabungkan beberapa tumbuhan obat yang khasiatnya berlawanan. Obat herbal seperti obat-obat lainnya, tidak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Buah mahkota dewa segar yang dikonsumsi secara langsung, bisa menyebabkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, kejang sampai pingsan. Penggunaan tanaman obat harus berdasarkan asas manfaat dan keamanan. Jika bermanfaat untuk penyembuhan penyakit, tetapi tidak aman karena beracun, harus dipikirkan kemungkinan timbulnya keracunan akut maupun keracunan kronis yang mungkin terjadi.

Posting Komentar untuk "Obat Herbal untuk Diabetes Mellitus, Penggunaan Herbal pada Pasien dengan Perawatan Medis"