Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kurkumin Adalah : Pengertian, Manfaat, Khasiat, Cara Ekstraksi dan Isolasi



Kurkumin adalah komponen utama senyawa kurkuminoid hasil metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tanaman jenis Temulawak dan temulawak (suku Zingiberaceae). Senyawa kurkuminoid lainnya adalah bis‐demetoksi kurkumin dan demetoksi kurkumin. Dalam dunia farmasi, penggunaan kurkumin sebagai senyawa bahan obat telah dilakukan secara luas. diantaranya adalah sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiinfeksi, dan antiviral. Pada tingkat penelitian yang lebih lanjut, kurkumin diduga dapat bermanfaat sebagai antitumor, bahkan dapat melakukan penghambatan replikasi human immunodeficiency virus (HIV).

Kurkumin dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang dimilikinya, selain banyak kegunaan medis seperti :

  • melindungi saraf, mengurangi risiko radang otak vasospasma dan mengembalikan homeostasis energi pada sistem otak yang terganggu akibat terluka atau trauma.
  • menghambat dan mengurangi penumpukan plak amiloid-beta pada penderita Alzheimer
  • melindungi hati, antara lain dari hemangioendotelioma, hepatokarsinoma, Hepatitis B
  • melindungi pankreas dari akibat rasio sitokina yang berlebihan, bahkan setelah transplantasi, serta menurunkan resistansi terhadap insulin dan leptin.
  • melindungi sel Leydig dari pengaruh alkohol.
  • menurunkan peradangan pada jaringan adiposa selain itu kurkumin juga
  • menghambat indoleamina 2,3-dioksigenase, sebuah enzim yang berperan dalam degradasi triptofan pada sel dendritik yang distimulasi oleh LPS atau interferon, dan menghambat matangnya sel dendritik. Ekspresi siklo oksigenase-2 yang diinduksi oleh LPS dan produksi prostaglandin E2 akan meningkat, dan mengakibatkan de-ekspresi molekul CD80, CD86 dan MHC I dan menghambat produksi sitokinaIL-12 p70 dan TNF-α.
  • menghambat angiogenesis
  • menghambat lintasan COX dan LO pada metabolisme eikosanoid. Kurkumin sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, seperti kanker payudara, namun menunjukkan sifat toksik terhadap kultur sel punca. Defisiensi COX dapat mengakibatkan sindrom Leigh, SCO2 (hypertrophic cardiomyopathy), SCO1 (gagal hati, koma ketoasidosis), and COX10 (encephalopathy, tubulopathy).

Metode Ekstraksi


Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan cara ekstraksi.

Ekstraksi merupakan istilah yang digunakan untuk mengambil senyawa tertentu dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang akan diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda.

Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat dengan penambahan pelarut tertentu untuk mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solute dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan.

Baca juga : Katuk (Sauropus Androgynus), Memperlancar ASI, Obat Sembelit dan Frambusia  

Mengekstrak rimpang temulawak dengan menggunakan metode maserasi untuk melihat pengaruh jumlah pelarut, lama ekstraksi dan ukuran butir bahan terhadap rendeman dan mutu oleoresi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rendemen diperoleh berkisar antara 1,86-3,06 %, kadar kurkumin terbesar diperoleh pada saat perlakuan pelarut 400 ml, lama ekstraksi 1 jam dan ukuran partikel 40 mesh. Bambang S, dkk. Melakukan ekstraksi kurkumin dari temulawak secara maserasi dengan variabel waktu, perbandingan pelarut-bahan baku dan suhu serta pelarut aseton dan etanol. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut etanol lebih banyak mengekstraksi kurkumin dan ekstrak kasar dari bahan baku. Kadar kurkumin dalam ekstrak per bobot sampel tertinggi pada ekstraksi dengan pelarut aseton diperoleh pada waktu 12 jam dan perbandingan bahan baku pelarut 1:5,sedangkan pada ekstraksi dengan pelarut etanol terjadi pada waktu 18 jam dan perbandingan bahan baku-pelarut 1:8.

Isolasi


Isolasi kurkumin adalah menggunakan menggunakan metode dan pelarut yang berbeda. Berdasarkan hasil yang diperoleh, sistem dengan sokletasi menggunakan etanol menghasilkan kurkuminoid yang lebih banyak daripada sistem yang lain. mengekstrak rimpang temulawak dengan

Meskipun telah lama digunakan sebagai bahan baku di dalam industri obat alami, masih banyak dijumpai perusahaan obat alami di Indonesia yang hanya melakukan ekstraksi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses. Di samping itu, kualitas ekstrak yang di-hasilkan belum seragam kandungan senyawanya untuk setiap batch yang berbeda. Perbedaan ini ke-mungkinan diakibatkan belum diterapkannya sistem produksi yang baik pada tahap budidaya, pasca panen dan proses ekstraksinya.



Serbuk yang berukuran -18/+40 mesh disimpan dalam plastik untuk dijadikan sebagai bahan baku ekstraksi. Serbuk temulawak yang diperoleh dianalisis kandungan air, abu, lemak, minyak atsiri,protein dan pati berdasarkan metoda yang dikembangkan AOAC dan WH0.Analisis kadar kurkuminoid menggunakan spektrofotometerUV-Visibel pada panjang gelombang 420 nm.

Ekstraksi kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan alat perkolator dengan diameter 4 cm dan tinggi kolom 88 cm yang dilengkapi pemanas dan kontrol suhu serta pengatur kecepatan alirpelarut. Sejumlah 100 gram sampel temulawak di-masukkan dalam alat perkolator, kemudian pelarut dialirkan dari atas menuju ke bawah dengan kondisi komposisi pelarut, suhu dan kecepatan alir diatursesuai dengan variabel penelitian. Ekstraksi dilakukan selama 3 jam dan dilakukan dua kali pengulangan. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotavapour pada suhu 40°C dan 175 mmBar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu, kecepatan alir pelarut dan komposisi pelarut etanol- air pada proses ekstraksi kurkuminoid dari temulawak secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol. Peralatan yang digunakan antara lain kolom perkolasi dengan dilengkapi kontrol suhu dan pemanas, Spektrofotometer UV-Visibel Hexios, dan peralatan analisis lainnya. Sampel temulawak basah dari Balitro dipotong dengan ketebalan rerata 5 mm,kemudian dikeringkan pada oven pada suhu 60°Chingga tercapai kadar air maksimal 10%. Sampel yang telah kering kemudian digiling dan diayak. dalam pelarut, maka kadar kurkuminoid yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini dikarenakan kurkuminoid dapat terlarut dengan baik pada pelarut etanol dan tidak dapat larut dalam air. Suhu pelarut tidak memberikan pengaruh yang nyata pada ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak secara perkolasi diduga karena suhu pelarut yang digunakan mengalami penurunan pada saat kontak dengan bahan baku. Kecepatan alir pelarut yang tidak memberikan pengaruh yang nyata pada ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak secara perkolasi diduga karena kecepatan yang digunakan terlalu besar sehingga waktu kontak dengan bahan baku relatif singkat.

Baca juga : Khasiat Tapak Dara (Catharanthus Soseus), Obat Leukimia, Asma dan Anemia  

Dari hasil analisis proksimat diketahui kandungan kurkuminoid yang terdapat dalam rimpang sebesar 2,82 %. Perbedaan nilai kandungan komposisi kimia yang diperoleh dengan hasil penelitian yang pemah dilakukan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur rimpang, tempat tumbuh, dan metode analisis yang digunakan. Hasil analisis proksimat rimpang temulawak seperti pada Tabel di bawah. Hasil penelitian ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) secara perkolasi dengan berbagai variabel suhu, kecepatan alir pelarut dan komposisi pelarut etanol- ir dapat dilihat pada. Dari gambar terse but terlihat bahwa di antara ketiga variabel yang digunakan, komposisi pelarut etanol 96%-air memberikan perbedaan nyata terhadap perolehan kadar kurkuminoid di dalam ekstrak, sedangkan suhu pelarut dan kecepatan alir pelarut tidak memberikan perbedaan yang nyata. Semakin tinggi kadar etanol dalam pelarut, maka kadar kurkuminoid yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini dikarenakan kurkuminoid dapat terlarut dengan baik pada pelarut etanol dan tidak dapat larut dalam air. Suhu pelarut tidak memberikan pengaruh yang nyata pada ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak secara perkolasi diduga karena suhu pelarut yang digunakan mengalami penurunan pada saat kontak dengan bahan baku. Kecepatan alir pelarut yang tidak memberikan pengaruh yang nyata pada ekstraksi kurkuminoid dari rimpang temulawak secara perkolasi diduga karena kecepatan yang digunakan terlalu besar sehingga waktu kontak dengan bahan baku relatif singkat.

Sebanyak 100 gram serbuk halus temulawak dibungkus kertas saring, dimasukkan ke dalam alat soklet dengan labu alas bulat 1000 mL yang terisi kira-kira 350 mL (1/3 bagian volume ) n – heksana dan eberapa butir batu didih. Ekstraksi dilakukan pada suhu 70 oC selama 24 jam atau sampai warna pelarut yang terkondensasi berwarna kuning pucat. Residu diuapkan dengan tekanan rendah, kemudian diekstraksi kembali dengan pelarut etanol pada suhu 80 oC selama 24 jam. Ekstrak etanol diuapkan dengan “rotary evaporator” sampai terbentuk kristal. Kristal yang diperoleh direkristalisasi dengan pelarut metanol, selanjutnya dikromatografi kolom dengan eluen benzena : kloroform (1 : 4) dan fasa diam silika gel 60. Fraksi kurkumin dianalisa dengan alat UV,

IR, GC-MS dan uji titik leleh. Uji aktifitas antioksidan senyawa kurkumin, asam askorbat dan asam sitrat diawali dengan cara membuat variasi konsentrasinya masing-masing yaitu 50, 100, 200 dan 400 ppm.

Masing-masing larutan (3,7 mL) ditambah 4 mL etanol 99,5%, 4,1 mL asam linoleat 2,51% dalam etanol 99,5% dan 8 mL buffer fosfat (pH 7). Campuran dimasukkan ke dalam botol gelap tertutup rapat dan diinkubasi pada suhu 40 oC. Setiap interval waktu 24 jam masing-masing cuplikan diambil 0,1 mL dan ditambah 9,7 mL etanol 75%; 0,1 mL ammonium tiosianat 30%, 3,9 mL H2O dan 0,1 mL FeCl2 0,02 M dalam HCl 3,5%. Campuran dimasukkan dalam kuvet, setelah 3 menit diukur absorbansinya pada = 500 nm dan hasilnya dibandingkan dengan larutan kontrol (tanpa antioksidan) Uji sinergisme dilakukan dengan menambahkan 3,7 mL kurkumin 200 ppm ke dalam 0,1 mL asam askorbat 200 ppm. Campuran tersebut ditambah 4 mL etanol 99,5%; 4,1 mL asam linoleat 2,51% dalam etanol 99,5% dan 8 mL buffer fosfat (pH 7). Campuran itu dimasukkan dalam botol gelap tertutup dan diinkubasi pada suhu 40 oC untuk setiap interval waktu 24 jam . Sampel diambil 0,1 mL dan ditambah 9,7 mL etanol 75%; 0,1 mL ammonium tiosianat 30%; 3,9 mL H2O dan 0,1 mL FeCl2 0,002 M dalam HCl 3,5%. Setelah 3 menit larutan diukur absorbansinya pada=500 nm. Pekerjaan yang sama dilakukan terhadap campuran asam askorbat dan asam sitrat. Kedua hasil masing-masing dibandingkan dengan larutan kontrol (tanpa antioksidan).



Baca juga : Tanaman Tasbih (Canna Lily), Obat Antipiretik, Diuretik dan Hipotensif  

Ekstraksi serbuk temulawak dengan pelarut n-heksana dimaksudkan untuk mengambil fraksi-fraksi non polar yang mengandung kemungkinan besar minyak atsiri dan lipid. Residunya diekstrak kembali dengan pelarut etanol untuk mengambil kurkuminoid. Ekstraksi terhadap 3 x 100 gram serbuk temulawak diperoleh 5 gram ekstrak kurkuminoid murni. Hasil kromatografi kolom ekstrak kurkuminoid diperoleh 0,25 gram kurkumin yang mempunyai titik leleh 174 oC, sedang kurkumin standart mempunyai titik leleh 175 oC. Identifikasi dengan spektroskopi UV, kurkumin hasil menunjukkan ë = 422 nm dan kurkumin standart = 420nm. Dari dua hasil uji menunjukkan ada kesesuaian antara kurkumin hasil ekstraksi dengan kurkumin standart. Analisa dengan spektroskopi infra merah (IR) menunjukkan pita serapan spesifik yang serupa antara kurkumin hasil ekstraksi engan kurkumin standart.

Posting Komentar untuk "Kurkumin Adalah : Pengertian, Manfaat, Khasiat, Cara Ekstraksi dan Isolasi"