Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jenis Vitamin yang Larut dalam Lemak

Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, tampaknya dibutuhkan oleh semua jenis ternak. Seperti dinyatakan dari namanya, vitamin yang larut dalam lemak adalah molekul-molekul apolar hidrofobik, yang kesemuanya merupakan derivat isopren.  Sifat-sifat umum vitamin yang larut dalam lemak adalah hanya terdapat di sebagian jaringan, terdiri atas unsur C, H dan O, mempunyai bentuk prekursor (provitamin), ikut menyusun struktur jaringan tubuh, diserap bersama lemak, disimpan bersama lemak dalam tubuh, diekskresi melalui feses dan kalau bercampur dengan vitamin B menjadi kurang stabil serta dipengaruhi oleh cahaya dan oksidasi.  Kecuali vitamin E yang mempunyai sifat spektrum luas, oksidan lemak, maka vitamin-vitamin A, D dan K mempunyai sifat aktivitas individual.  Kelompok vitamin ini mudah ditimbun kecuali vitamin E. 

Semua vitamin yang larut dalam lemak diperlakukan oleh sistem gastrointestinal dengan cara yang sama seperti lemak makanan.  Umumnya, vitamin yang larut dalam lemak memerlukan absorpsi lemak normal untuk ikut diserap.   Sekali diserap, vitamin yang larut dalam lemak ditransport ke hati dalam khilomikron dan disimpan dalam hati (vitamin A, D dan K) ataupun dalam jaringan adiposa (vitamin E) dalam berbagai jangka waktu.  Vitamin-vitamin ini diangkut dalam darah oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik, karena tidak langsung larut dalam air plasma, seperti halnya vitamin yang larut dalam air.   Karena itu vitamin yang larut dalam lemak tidak diekskresikan dalam urin tetapi lebih mungkin ditemukan dalam empedu dan dengan demikian diekskresikan dalam feses.  Karena mudah disimpan, terutama vitamin A dan D, maka ke dua vitamin ini relatif mudah mengalami toksisitas.   

Baca juga : Resiko dan Tantangan Bisnis Waralaba (Franchise)

a.  Vitamin A (antixeroptalmia)

            Penemu vitamin A adalah Strepp pada tahun 1909.  Vitamin A adalah nama generik yang menunjukkan semua senyawa selain karotenoid yang memperlihatkan aktivitas biologik retinol.  Vitamin A adalah suatu alkohol biokimia, suatu retinol, dan terdapat sebagai vitamin A1, di dalam hewan vertebrata tingkat tinggi dan ikan air asin (laut), sedangkan vitamin A2 terutama terdapat pada ikan-ikan air tawar. Pada produk hewan, vitamin A dalam makanan terdapat sebagai asam lemak berantai panjang atau ester retinol.  Beberapa pigmen tanaman (karoten alfa, beta dan gama serta kriptoxantin) merupakan prekursor bagi vitamin A.  Prekursor tersebut berwarna kuning, tetapi vitamin A karotenoid tidak berwarna, sehingga tidak ada korelasi yang dapat dibuat antara warna kuning pada air susu maupun krim dengan kandungan vitamin A yang sesungguhnya di dalam usus dan hati, dan vitamin A yang dihasilkan itu disimpan baik di dalam hati maupun dalam retina.   Tabel 2.6. berikut merupakan sumber-sumber alam dari retinol dan provitamin A.

Defisiensi vitamin A menyebabkan penyakit buta malam (night blindness nyctalopia), degenerasi epitel, kornifikasi yang berlebihan atas epitel squamous berstrata, serta peningkatan kepekaan terhadap infeksi karena fungsi yang abnormal dari adrenal korteks, kurus, lemah, penurunan produksi, penurunan daya tetas, peningkatan kematian embrio, xeropthalmia. Defisiensi vitamin A pada anak ayam akan mengakibatkan pertumbuhan lambat, mengantuk, kekurangan keseimbangan, kurus dan bulu kusut.  Dalam kondisi kronis terjadi pengeluaran air mata dan bahan seperti keju pada mata.  Bermacam-macam rabun pada ayam, yaitu kurang rodopsin, xerosis, pengeringan conjunctiva yang disebut xeropthalmia, bitot's spots (titik putih pada kornea, glaukoma (distorsi pada kornea) dan perforasi pada kornea (keratomalasia atau xerosis dan perforasi kornea).

Dalam kondisi kelebihan vitamin A, tidak akan teracuni apabila - dosis 1 - 1,5 juta IU/kg pakan, tetapi apabila sampai pada 50 -100 kali kebutuhan minimum akan beracun.  Gejala keracunan vitamin A adalah kehilangan bobot badan, konsumsi pakan menurun, pelupuk mata mengeras, luka pada mulut dan kulit kaki, penurunan kualitas tulang dan akhirnya kematian.

b.  Vitamin D (anti rakhitis)

            Penemu vitamin D adalah Sir Edward Melanby pada tahun 1919.  Vitamin D merupakan prohormon jenis sterol yang sah.  Vitamin D adalah istilah umum untuk derivat-derivat sterol yang larut dalam lemak dan aktif dalam mencegah rakhitis.  Sifat umum dari vitamin D adalah larut dalam lemak dan lebih tahan terhadap oksidasi daripada vitamin A.  Vitamin D terdiri atas vitamin D2 dan D3.  Vitamin D2 (ergokalsiferol) merupakan produk tanaman yang terbentuk melalui radiasi ultra violet terhadap ergosterol.  

Ergosterol berubah bentuk menjadi lumisterol setelah terjadi isomerasi pada karbon nomor 10.  Lumisterol berubah menjadi takhisterol setelah cincin b membuka.  Takhisterol mengalami perpindahan ikatan rangkap dari C5 = C10 menjadi C10 = C18 dan menjadi ergokalsiferol. 

Kebutuhan vitamin D pada ayam bergantung pada sumber fosfor dalam pakan, banyaknya dalam imbangan kalsium dengan fosfor, dan besarnya kesempatan hewan untuk terkena sinar matahari langsung.   Kebutuhan vitamin D pada ayam meningkat apabila pakan mempunyai kandungan fosfor availabel (tersedia) yang rendah, seperti pada fosfor pitat atau bentuk fosfor lain yang ketersediaannya rendah.

Defisiensi vitamin D menyebabkan timbulnya riketsia pada tulang karena kekurangan kalsium.  Keadaan ini dapat menimbulkan pembengkakan sendi, kaki yang melengkung dan sebagainya.  Seperti halnya vitamin A, vitamin D diekskresikan dari tubuh secara amat perlahan, melalui empedu, eleh karena itu apabila terlalu banyak dimakan dapat menimbulkan keracunan.  Kadar vitamin D yang tinggi di dalam darah mempengaruhi metabolisme kalsium, hingga dapat terjadi problem neurologik, serta kejadian deposisi kalsium pada jaringan-jaringan lunak.  Hal ini dapat terjadi apabila keadaan berlangsung lama.  Defisiensi ayam dewasa menyebabkan kulit telur tipis dan lembek, penurunan produksi telur, penurunan daya tetas dan paruh serta kuku mudah bengkak.  Sementara defisiensi pada ayam muda menyebabkan kelemahan pada kaki, paruh lunak, sukar berjalan dan pertumbuhan bulu tidak normal.   Apabila defisiensi kronis akan terjadi distorsi kerangka.

c.  Vitamin E (tokoferol)

Penemu vitamin E adalah Evans dari USA pada tahun 1936.  Vitamin E (tokoferol) adalah minyak yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, khususnya benih gandum, beras dan biji kapas.  Susunan kimia vitamin E terdiri atas nukleus khroman dan rantai samping isoprenoid.  Sifat umum vitamin E adalah tahan panas, mudah dioksidasikan dan rusak apabila terdapat dalam lemak tengik.  Terdapat tiga jenis vitamin E, yaitu   a, b dan g-tokoferol.  Perbedaannya terletak pada gugus R1, R2 dan R3a-tokoferol adalah bentuk vitamin E yang paling aktif atau paling efektif. Derivat yang lain adalah delta, zeta, epsilon dan eta.    

Selenium mengurangi kebutuhan vitamin E dengan tiga cara.  Pertama, selenium diperlukan untuk fungsi normal pankreas dan dengan demikian pencernaan dan penyerapan lemak, termasuk vitamin E.  Ke dua, sebagai komponen glutation peroksidase, selenium membantu menghancurkan peroksida dan oleh karena itu mengurangi peroksidasi asam-asam lemak tidak jenuh membran lemak.  Peroksidasi yang   berkurang   ini   banyak   menurunkan   kebutuhan   akan vitamin   E   untuk pemeliharaan integritas (keutuhan) membran.

Ke tiga, dalam satu cara yang tidak diketahui, selenium membantu retensi vitamin E dalam lipoprotein plasma darah.

Sebaliknya, vitamin E nampak mengurangi kebutuhan akan selenium, dengan mencegah kehilangan selenium dari tubuh atau mempertahankannya dalam bentuk aktif.  Dengan mencegah oto oksidasi lemak membran dari dalam, vitamin E mengurangi jumlah glutation peroksidase yang dibutuhkan untuk merusak peroksida yang dibentuk dalam sel.

Defisiensi vitamin E dapat menyebabkan degenerasi epitel germinal pada hewan jantan serta resorpsi embrio pada hewan betina (pada mamalia) yang bergantung pada vitamin E.  Defisiensi pada ayam dewasa menyebabkan daya tetas menurun, embrio mati dan degenerasi testis.  Sementara defisiensi pada ayam muda menyebabkan ensefalomalasia, diatesis eksudatif dan distrofi otot. 

d.  Vitamin K

            Penemu vitamin K adalah Henry Dam dari Denmark pada tahun 1929.   Vitamin K disintesis oleh tanaman dan mikroorganisme.  Dalam tanaman, sintesis tersebut terjadi pada daun hijau dan proses tersebut terjadi dengan pertolongan sinar matahari.   Vitamin K adalah substitusi poliisoprenoid naftokuinon.  Vitamin K adalah vitamin untuk pembekuan darah.  Vitamin K penting untuk pembentukan protrombin (faktor II), serta thromboplastin jaringan (faktor VII), thromboplastin plasma (faktor IX) dan faktor Stuart (faktor XX) yang bersifat esensial untuk pembekuan darah.  Vitamin K penting untuk sintesis empat macam protein darah yang  ada hubungannya dengan pembekuan darah yaitu prothrombin, thromboplastin plasma, prokovertin dan faktor Stuart.  

Pada proses pembekuan darah fungsi vitamin K adalah menstimulir protrombin menjadi thrombin.  Langkah berikutnya adalah thrombin menstimulir konversi fibrinogen dalam plasma darah menjadi fibrin.  Fibrin inilah yang berperan dalam pembekuan darah.  

Vitamin K terdiri atas vitamin K1 (filloquinon) yang berasal dari nabati., vitamin K2 (menaquinon) yang berasal dari hewani.  Vitamin K3 (menadion) adalah bentuk aktif vitamin K dalam tubuh.  Vitamin K dalam bentuk "farnoquinon" dibuat oleh mikroorganisme di dalam saluran cerna. Sifat dari vitamin K adalah sedikit larut dalam air, tahan panas, tahan oksidasi dan tidak tahan radiasi matahari. Bentuk-bentuk vitamin K dan sumber alamnya dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Posting Komentar untuk "Jenis Vitamin yang Larut dalam Lemak"