Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tugas-tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir, 6 Tahapan dan Ciri-ciri yang Harus Diperhatikan


Tugas-Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir


Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa anak sekolah dasar. Pada masa ini, anak sudah banyak bergaul dengan orang-orang di luar rumah, baik dengan lingkungan sekitar rumah, teman sebaya, maupun lingkungan sekolah.

Sebelum mengetahui tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir, perlu diketahui dulu tujuan dari tugas perkembangan pada anak. Tujuan dari tugas perkembangan yaitu pertama, sebagai pedoman untuk membantu para orang tua dan guru guna mengetahui apa yang harus dipelajari anak pada usia tertentu, tapi yang akan dibahas hanya pada masa kanak-kanak akhir. Kedua, menimbulkan motivasi bagi anak untuk belajar hal-hal yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia tersebut. Ketiga, menunjukkan pada orang tua dan guru tentang apa yang diharapkan dari anak pada masa mendatang.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir adalah:

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain

2. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga

9. Mencapai kebebasan pribadi

Baca juga : Akibat dan Dampak Kenakalan Remaja bagi Diri Sendiri, Keluarga dan Masyarakat  

Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir


Masa kanak-kanak akhir terjadi pada anak usia sekitar 6-13 tahun. Lebih rincinya, Hurlock (1997: 38) menjelaskan bahwa anak perempuan mengalami perkembangan kanak-kanak akhir pada usia 6-13 tahun dan 6-14 tahun pada anak laki-laki. Hal itu berbeda karena perbedaan periode dimana terjadi kematangan seksual dan masa remaja anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Bahkan, pada usia dan jenis kelamin yang sama, belum tentu mempunyai masa perkembangan yang berbeda. Seperti yang dikatakan Hurlock (1997: 39), semua anak biasanya melalui periode perkembangan yang berbeda pada sekitar usia yang sama.Permulaan masa kanak-kanak akhir ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar. Masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi kehidupan setiap anak, sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku.

Dunia anak adalah dunia bermain. Pada masa ini, hampir semua waktunya digunakan untuk bermain untuk mendapatkan kebahagiaan. Sehingga, ada yang beranggapan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa bahagia. Dengan pengetahuan itu, akan menbantu orang tua dan guru untuk bisa mengonsep pendidikan yang menarik dan tidak membuat anak bosan, misalnya pelajaran yang disajikan dalam bentuk permainan. Itulah perlunya mempelajari perkembangan anak.

Secara umum, perkembangan manusia mencakup perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral, perkembangan emosi dan perkembangan sosial. Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak akhir, yaitu masa dimana anak menenpuh pendidikan di sekolah dasar.

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik yang terjadi pada masa kanak-kanak akhir cenderung lebih stabil atau tenang. Menurut Andre seorang psikolog, akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertras, kira-kira dua tahun sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat mana pertumbuhan dan perkembangan pesat. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan, sehingga, peran kesehatan dan gizi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Perubahan nyata yang terjadi pada masa kanak-kanak akhir terlihat pada sistem tulang, otot dan keterampilan gerak. Bahkan, pada masa ini, kemajuan keterampilan gerak sangat menonjol, misalnyaberlari, memanjat, melompat, berenang, naik sepeda, adalah kegiatan fisik dan keterampilan gerak yang banyak dilakukan oleh anak. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi anak. Menurut Rita, dkk (2008: 105), kegiatan fisik sangat perlu untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan.

Perbedaan seks dalam pertumbuhan fisik menonjol dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hampir tidak tampak.

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (Siti, 1995: 52-53), masa kanak-kanak akhir tergolong pada masa Operasi Konkret (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya yaitu pada usia 7-12 tahun. Konsep yang pada awal masa kanak-kanak samar-samar menjadi lebih konkret. Anak mampu berfikir logis walaupunmasih terbatas pada masa sekarang.

Proses-proses dalam tahapan operasional konkret antara lain:

1. Pengurutan: kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.

2. Klasifikasi: kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.

3. Decentering: anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.

4. Reversibility: anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

5. Konservasi: memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.

6. Penghilangan sifat Egosentrisme: kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).

Perkembangan kognitif anak meliputi perkembangan memori, perkembangan pemikiran kritis, dan perkembangan kreatifitas.

  • Perkembangan memori

Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu:

1. Rehearsal (Pengulangan): Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.

2. Organization (Organisasi): Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.

3. Imagery (Perbandingan): Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.

4. Retrieval (Pemunculan Kembali): Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka akan menggunakannya secara spontan.

Baca juga : Faktor Penyebab Kenakalan Remaja, Faktor Internal dan Eksternal Munculnya Kenakalan  

  • Perkembangan pemikiran kritis.

Pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.

  • Perkembangan kreativitas

Anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yangbaru.Daya kreativitasnya berkembang menjadi lebih baik dari masa sebelumnya.

Perkembangan kognitif menunjukan kemampuan berfikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak dan juga semakin berfungsi. Anak sudah lebih mampu berfikir, belajar, mengingat, memahami, berkomunikasi, dan memecahkan masalah.



3. Perkembangan Bahasa

Perbendaharaan kosakata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat. Pada masa ini perkembangan bahasa akan lebih terlihat pada perbendaharaan kata. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat, tidak lagi manggunakan banyak kata-kata tetapi juga memilih kata yang tepat. Untuk lebih menunjang peningkatan bahasa anak di perluakn belajar membaca dan menulis. Membaca dan menulis dapat meningkatkan kemampuan menganalisis kata sehingga membantunya untuk mengerti yang tidak secara lansung berhubungan dengan pengalaman pribadinya.

Demikian pula dalam peningkatan tata bahasa. Anak bisa membandingkan anta desa dan kota, saudara kandung dan sepupu atau hal- hal lainnya sehingga dapat mengunkapkan dengan lebih pendek. Anak dapat berbicara dengan lebih efektif, lebih dalam, dan sering bersifat subjektif. Selain itu juga anak lebih mengenal dan mengguanakan atura-aturan dalam tata bahasa.

1. Perkembangan Bicara

Salah satu alat komunuikasi yang terpenting adalah berbicara. Dan bahasa menjadi sangat penting karena ketika kita tidak bisa memaknai pembicaraan orang lain maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik. Dengan adanya peningkatan bahasa anak maka pembicaraan anak akan lebih terkendali dan terseleksi. Dengan adanya perbendaharaan kata dan tata bahasa yang baik akan menunjang bicara anak.

2. Minat Membaca

Pada usia 8 tahun minat membaca anak-anak semakin meningkat. Anak laki-laki menyukai hal yang lebih nyata sementara anak perempuan menyukain hal-hal yang lebih fiksi matau cerita. Perhatian membaca mencapai puncaknya pada usia 10-12. Dimana materi bacaan anak-anak semakin luas sehingga perbendaharaan kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi semakin baik.

4. Perkembangan Moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral meliputi perubahan perasaan, pikiran, dan tingkah laku. Perilaku moral seseorang dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya. Artinya, lingkungan juga mempengaruhi perkembangan moral seseorang. Ada dua dimensi dalam perkembangan moral, yaitu dimensi intrapersonal dan dimensi interpersonal.

1. Dimensi intrapersonal: mengatur aktifitas seseorang ketika dia tidak ikut serta dalam interaksi social.

2. Dimensi interpersonal: mengatur interaksi sosial seseorang dan konflik keadilan.

Bagaimana cara berfikir anak-anak mengenai persoalan moral mendorong Jean Piaget mengamati dan mewawancarai anak-anak dari usia 4 sampai 12 tahun. Menurut Piaget dalam Life Span Development(Santrock:2002) antara usia 5-12 tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Piaget menyimpulkan konsep berfikir anak mengenai keadilan dalam dua perbedaan berdasarkan perkembangan kedewasaannya, yaitu :

1. Moralitas heteronomous

Merupakan tingkatan pertama dari perkembangan moral yang terjadi pada anak usia 4 sampai 7 tahun. Keadilan dan peraturan dibayangkan sebagai sifat dari dunia yang tidak dapat berubah.

2. Moralitas autonomous

Merupakan tingkatan kedua dari perkembangan moral. Ditampakkan oleh anak yang lebih tua yaitu sekitar usia 10 tahun. Anak menjadi sadar bahwa peraturan dan hukuman dibuat oleh orang-orang dan dengan demikian dalam menilai sebuah tindakan, seseorang seharusnya mempertimbangkan maksud atau tujuan tindakan dan akibat dari tindakan tersebut.

Baca juga : Kenakalan Remaja, Pengertian dan Penyebab Kenakalan pada Remaja Menurut Para Ahli  

Anak-anak yang lebih tua yaitu sekitar usia 10 tahun, mereka percaya bahwa aturan adalah subjek untuk berubah, dan menyadari bahwa hukuman tidak selalu mengikuti perbuatan salah. Misalnya bagi anak usia 5 tahun berbohong adalah hal buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi berbohong adalah dibenarkan.

Kohlberg memperluas teori Piaget dan menyatakan adanya enam tahap perkembangan moral. Keenam tahapan tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional (Santrock, 2002:316).

Pada tahap prakonvensional , anak peka terhadap peraturan-peraturan yang berlatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik buruk, benar salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan. Tahap ini ada dua tingkatan :

1. Heteronomous: moral berfikir sering dikaitkan dengan hukuman. Missal anak-anak mematuhi orang dewasa karena orang dewasa memberi tahu mereka untuk mematuhi.

2. Individualism, instrumental purpose and exchange: individu mengikuti kepentingan mereka sendiri tetapi juga mengajak yang lainnya mengerjakan hal yang sama. Jika orang di sekitarnya merasa senang dengan mereka maka mereka juga akan merasa senang dengan orang di sekitarnya.

Tahap konvensional merupakan suatu tahapan dimana memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak peduli apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi. Ada dua tingkatan dalan tahap ini :

1. Mutual Interpersonal expectation, relationship, and interpersonal conformity: individu menilai kepercayaan, kepedulian dan kesetiaan dengan lainnya sebagai dasar dari pertimbangan moral. Anak sering mengikuti moral baku orang tua mereka dan mencoba untuk menjadi anak baik.

2. Social systems morality: pertimbangan moral berdasarkan pada pemahaman permintaan social, hukum, keadilan dan kewajiban.

Tahap pasca konvensional ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.

Beberapa ciri perkembangan moral anak pada masa anak-anak akhir yaitu:

1. Berkurangnya rasa ego

2. Peningkatan dalam hal pemeliharaan, misalnya:

1. Mau memelihara alat permainannya

2. Mengelompokan benda sesuai jenisnya masing-masing.

3. Mulai memperhatikan dan menerima pandangan orag lain.

4. Perkembangan pengertian tentang perhitungan seperti jumlah, panjang, luas dan besar.

5. Pemahaman tentang konsep ruangan, kausalitas, ketegorisasi, konversi dan penjumahan lebih baik. Mereka sudah dapat menemukan jalan dari rumah ke sekolah pada usia 6 sampai 7 tahun. Juga mempunyai ide yang lebih baik tentang jarak dari suatu tempat ke tempat lain, lama waktu tempuh, rute dan tanda-tanda jalan.

6. Keputusan anak akan sebab akibat akan meningkat. Juga kemampuan anak dalam memecahkan masalah misalnya dalam perhitungan matematika anak-anak mengguanakan jari atau benda lain.

7. Anak-anak pada masa operasi konkret berfikir induktif. Maksudnya adalah berdasarkan observasi tentang segala sesuatu yang terjadi di masayarakat dan lingkungan.

5. Perkembangan Emosi

Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan anak.Akibat dari emosi ini juga sering dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang. Seorang anak dengan kondisi keluarga yang kurang atau tidak bahagia, rasa rendah diri, memungkinkan terjadinya tekanan perasaan atau emosi. Emosi yang nyata misalnya : takut, amarah, cemburu, irihati kerapkali disebut sebagai emosi yang tidak menyenangkan atau “unpleasant emotion” yang merugikan perkembangan anak. Sebaliknya emosi yang menyenangkan atau “pleasant emotion’’ seperti : kasih sayang, kebahagiaan, rasa ingin tahu, suka cita, tidak saja membantu perkembangan anak tetapi sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan anak.

Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat diterima di masyarakat. Maka dari itu mereka belajar mengontrol dan mengendalikan emosi (Syamsu Yusuf, 2007:97). Cara mereka mengendalojan emosi biasanya dengan meniru perilaku orang-orang disekitarnya kemudian melatihnya sehingga mereka dapat mengontrol emosi dengan sendirinya. Hurlock (1997,116) menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan masa sebelumnya, seperti: amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.

Ciri-ciri emosi masa kanak-kanak akhir adalah:

1. Emosi anak berlangsung relatif singkat, hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan yang nampak, sehingga menghasilkan emosi yang pendek, tidak seperti pada orang dewasa yang dapat berlangsung lama.

2. Emosi anak kuat atau hebat, hal ini terlihat bila anak : takut, marah atau sedang bersenda gurau. Mereka akan tampak marah sekali, takut sekali meskipun kemudian cepat hilang. Lain halnya dengan orang dewasa, meskipun takut namun ketakutannya tidak begitu tampak.

Baca juga : Teknik Pembacaan Puisi, Interpretasi (Penafsiran/Pemahaman Makna Puisi)  

3. Emosi anak mudah berubah. Emosi anak sering berubah, saling berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan sebaliknya dalam waktu yang singkat.

4. Emosi anak nampak berulang-ulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses perkembangan ke arah kedewasaan yang harus menyesuaikan terhadap situasi di luar, dan hal ini dilakukan secara berulang-ulang.

5. Respon emosi anak berbeda-beda. Pengamatan terhadap anak dengan berbagai tingkat usia menunjukkan bervariasinya respon emosi. Pengalam belajar dari lingkunannya membentuk tingkah laku dengan perbedaan emosi secara individual.

6. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Meskipun anak kadang-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang nampak dan langsung, namun emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya.

7. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi itu begitu kuat, kemudian berkurang, emosi yang lain mula-mula lemah berubah menjadi kuat.

8. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Anak-anak memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan. Ia tidak mempertimbangkan bahwa keinginan itu merugikan baik untuk dirinya maupun orang lain.

Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku individu termasuk perilaku belajar. Jika emosi anak sedang tidak baik, seperti perasaan tidak senang, kecewa, marah dan sebagainya maka proses belajar akan mengalami hambatan. Maka dari itu perlu bagi pendidik untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.



6. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sosialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Ketiga proses tersebut adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial.

Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah ciri sosialnya. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial, orang-orang disekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.

Dunia sosio-emosional anak menjadi semakin kompleks dan berbeda pada masa ini. Interaksi dengan keluarga dan teman sebaya memiliki peran yang penting.sekolah dan hubungan dengan guru menjadi hal yang penting dalam hidup anak. Pemahaman tentang diri dan perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir.

1. Kegiatan Bermain

Dibanding dengan masa sebelumnya, pada masa ini anak sudah mulai masuk sekolah sehingga anak mau tidak mau akan mengurangi waktu bermainnya. Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan banyak memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran untuk anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama teman.

Permainan yang disukai cenderung permainan yang berkelompok, kecuali bagi anak yang kurang diterima di kelompok. Bermain yang sifatnya menjelajah, sangat mengasyikan bagi anak. Permainan konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk permainan yang juga disukai anak dan dapat mengembangkan kreativitas anak. Bernyanyi juga merupakan bentuk kegiatan kreatif lainnya. Permainan berkelompok lainnya, misalnya olah raga seperti sepak bola dan volley, permainan ini mambantu perkembangan otot dan pembentukan tubuh.

2. Teman Sebaya

Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah dan atau teman bermain di luar sekolah. Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi arah perkembangan anak baik yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh positif terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Hanya ditengah-tengah teman sebaya anak bisa merasakan dan menyadari bagaimana dan dimana kedudukan atau posisi dirinya. Teman sebaya memberikan cara bagaimana bergaul di masyarakat. Sebaliknya, teman sebaya juga memiliki kemungkinan memberikan pengaruh negatif, seperti merokok,mencuri, membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya. Minat terhadap kegiatan kelompok mulai timbul. Mereka memiliki teman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Kegiatan dengan teman sebaya ini meliputi belajar bersama, melihat pertunjukkan, bermain, masak memasak dan sebagainya. Mereka sering melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa.

Baca juga : Teknik Pembuatan Puisi, 5 Tahapan yang Harus Dipahami dalam Membuat Puisi  

Keinginan untuk diterima dalam kelompok sangat besar. Anak berusaha agar teman-teman dikelompoknya menyukai dirinya. Anak yang populer cenderung sebagai anak yang terbaik dan jarang atau tidak pernah tidak disukai oleh teman-temannya. Para peneliti menemukan bahwa anak yang populer pada umumnya memberikan semangat, mendengarkan dengan baik, memelihara komunikasi dengan teman, bahagia, menunjukkan entusiame dan peduli pada orang lain, percaya diri tanpa harus sombong.

Wentztal dan Asher menyatakan para pakar perkembangna membedakan 3 tipe anak yang tidak populer yaitu:

1. Anak yang diabaikan(neglected children): yaitu anak yang jarang dinominasikan sebagai teman terbaik tetapi bukan tidak disukai oleh teman-teman dikelompoknya. Anak ini biasanya tidak memiliki teman bermain yang akrab, tetapi mereka tidak dibenci atau ditolak oleh teman sebayanya.

2. Anak yang ditolak (rejected children): yaitu anak yang jarang dinominasikan oleh seseorang sebagai anak yang terbaik dan tidak disukai oleh kelompoknya, karena biasanya anak yang ditolak adalah anak yang agresif, sok kuasa dan suka mengganggu. Anak ini biasanya mengalami problem penyesuaian diri yang serius dimasa dewasa.

3. Anak yang kontroversi (controversial children) adalah anak yang sering dinominasikan keduanya yaitu baik sebagai teman terbaik dan sebagai teman yang tidak disukai(Santrock, 2007:325)

Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:

1. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar.Ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar adalah:

1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.

2. Suka memuji diri sendiri

3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.

4. Suka membandingkan dirinya dangan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.

5. Suka meremehkan orang lain.

2. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar adalah:

1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari

2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah

5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Posting Komentar untuk "Tugas-tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir, 6 Tahapan dan Ciri-ciri yang Harus Diperhatikan"