Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Individual, Perkembangan dan Masalah
Orientasi layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling hendaknya menekankan pada : (a) ORIENTASI individual, (b) orientasi perkemangan siswa, dan (3) orientasi permasalahan yang dihadapi siswa.
Baca juga : Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani di Sekolah dan Ruang Lingkupnya
1. Orientasi individual
Pada hakikatnya setiap individu mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki dan sebagainya. Menurut Willerman (1979) anak kembar satu telor pun mempunyai perbedaan, apalagi kalau dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan andil terjadinya perbedaan individu. Tylor (1956) juga menyatakan bahwa kelas sosial keluarga dapat menimbulkan terjadinya perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu dapat mempengaruhinya dalam cara berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah. Dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2. Orientasi perkembangan
Dalam setiap tahap usia perkembangan individu hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangannya. Setiap tahap atau periode perkembangan mempunyai tuas-tugas perkembangan sendiri-sendiri yang sudah harus dicapai pada akhir tahap masa perkembangannya itu. Pencapaian tugas perkembangan di suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi perkembangan berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988). Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain:
a. Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b. Dapat berperan sosial yang sesuai, baik perannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.
c. Menerima keadaan fisik serta dapat memenfaatkan kondisi fisiknya dengan baik.
d. Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
e. Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
f. Menyiapkan diri terhadap karir dan ekonomi.
g. Menyiapkan diri terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
h. Memperoleh nilai-nilai sistem etis sebagai pedoman dalam bertingkah laku serta dapat mengembangkan suatu ideologi.
1. Orientasi individual
Pada hakikatnya setiap individu mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki dan sebagainya. Menurut Willerman (1979) anak kembar satu telor pun mempunyai perbedaan, apalagi kalau dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan andil terjadinya perbedaan individu. Tylor (1956) juga menyatakan bahwa kelas sosial keluarga dapat menimbulkan terjadinya perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu dapat mempengaruhinya dalam cara berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah. Dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2. Orientasi perkembangan
Dalam setiap tahap usia perkembangan individu hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangannya. Setiap tahap atau periode perkembangan mempunyai tuas-tugas perkembangan sendiri-sendiri yang sudah harus dicapai pada akhir tahap masa perkembangannya itu. Pencapaian tugas perkembangan di suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi perkembangan berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988). Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain:
a. Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b. Dapat berperan sosial yang sesuai, baik perannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.
c. Menerima keadaan fisik serta dapat memenfaatkan kondisi fisiknya dengan baik.
d. Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
e. Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
f. Menyiapkan diri terhadap karir dan ekonomi.
g. Menyiapkan diri terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
h. Memperoleh nilai-nilai sistem etis sebagai pedoman dalam bertingkah laku serta dapat mengembangkan suatu ideologi.
Baca juga : Elemen-Elemen Dasar Pendidikan Jasmani dan Olahraga beserta Pengertiannya
3. Orientasi masalah
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak belakang dari masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hai ini disebut dengan asas kekinian (Prayitno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien. Kadang-kadang konselor terperangkap dalam hal-hal yang sebenarnya tidak dirasakan sebagai masalah oleh klien yang bersangkutan. Akibatnya, masalah yang sebenarnya justru tidak teratasi atau bahkan timbul masalah baru. Konselor dapat saja membahas hal-hal lain asal masih ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi klien.
3. Orientasi masalah
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak belakang dari masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hai ini disebut dengan asas kekinian (Prayitno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien. Kadang-kadang konselor terperangkap dalam hal-hal yang sebenarnya tidak dirasakan sebagai masalah oleh klien yang bersangkutan. Akibatnya, masalah yang sebenarnya justru tidak teratasi atau bahkan timbul masalah baru. Konselor dapat saja membahas hal-hal lain asal masih ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi klien.
Posting Komentar untuk "Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Individual, Perkembangan dan Masalah"