Pertumbuhan Mikroba, Faktor Abiotik dan Biotik Lingkungan Yang Mempengaruhi
Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Faktor lingkungan baik yang abiotik dan biotik merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba (Syariffauzi, 2006)
1. Faktor abiotik diantaranya :
a. Konsentrasi nutrien
Konsentarasi nutrien sangat menentukan kecepatan transport nutrient ke dalam sel. Pada konsentrasi rendah, transpor lebih sulit dilakukan sehingga mempengaruhi ketersediaan nutrient di dalam sel.
Baca juga : Asam Sulfat dan Cara Pembuatan Amil Asetat Serta Mekanisme Pembentukan
b. Temperatur
Temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperature minimum, optimum dan maksimum, mikroba dapat digolongkan menjadi tiga kelompok.
1. Mikroba termofilik (politermik) : batas temperatur minimum dan maksimum anatara 400C sampai dengan 800C sedangkan temperature optimumnya 550C – 650C
2. Mikroba mesofilik (mesotermik): batas temberatur antara 50C – 600C sedangkan temperatur optimumnya antara 250C – 400C.
3. Mikroba psikrofil (oligotermik): batas temperatur antara 00C - 300C sedangkan temperature optimumnya antara 100C – 200C
c. pH
Enzim, transpor elektron dan sistem transpor nutrient pada membran sel mikroba sangat peka terhadap pH, dimana mikroba pada umumnya menyukai pH netral (pH 7), kecuali jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah . Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikroba dapat digolongkan menjadi :
1. Mikroba asidofilik : pH antara 2,0 – 5,0
2. Mikroba mesofilik : pH antara 5,5 – 8,0
3. Mikroba alkalifilik : pH antara 8,4 – 9,5
b. Temperatur
Temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperature minimum, optimum dan maksimum, mikroba dapat digolongkan menjadi tiga kelompok.
1. Mikroba termofilik (politermik) : batas temperatur minimum dan maksimum anatara 400C sampai dengan 800C sedangkan temperature optimumnya 550C – 650C
2. Mikroba mesofilik (mesotermik): batas temberatur antara 50C – 600C sedangkan temperatur optimumnya antara 250C – 400C.
3. Mikroba psikrofil (oligotermik): batas temperatur antara 00C - 300C sedangkan temperature optimumnya antara 100C – 200C
c. pH
Enzim, transpor elektron dan sistem transpor nutrient pada membran sel mikroba sangat peka terhadap pH, dimana mikroba pada umumnya menyukai pH netral (pH 7), kecuali jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah . Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikroba dapat digolongkan menjadi :
1. Mikroba asidofilik : pH antara 2,0 – 5,0
2. Mikroba mesofilik : pH antara 5,5 – 8,0
3. Mikroba alkalifilik : pH antara 8,4 – 9,5
d. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air, dimana konsentrasi zat terlarut akan menetukan tekanan osmosis suatu larutan. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut semakin tinggi pula tekanan osmosis tersebut. Demikin pula sebaliknya, tekanan osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan dengan air bagi sel mikroba. Mikroba yang tahan pada tekanan osmosis tinggi disebut mikroba osmofilik, misalnya khamir yang tumbuh dalam sirup. Sedangkan mikroba yang tahan pada kadar garam tinggi disebut dengan halofilik. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
e. Oksigen
Meskipun banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh bila tidak tersedia oksigen tetapi ada pula mikroba yang tidak dapat tumbuh bila ada oksigen bebas. Berdasarkan keperluan oksigen ini maka mikroba ada yang bersifat aerob, anaerob anaerob fakultatif dan mikroaerofil.
Baca juga : Penyakit Pneumonia Adalah : Pengertian, Epidemiologi, Etiologi, Patofisiologi dan Klasifikasi
f. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Zn, Li, dan Pb walaupun pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroba karena ion-ion logam berat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya oligodinamik.
g. Radiasi
Umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Jika energi radiasi diabsorpsi oleh mikroba akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Energi radiasi sinar x, sinar γ dan terutama sinar ultra violet banyak digunakan untuk sterilisasi, pengawetan bahan makanan dan untuk mendapatkan muatan.
f. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Zn, Li, dan Pb walaupun pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroba karena ion-ion logam berat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya oligodinamik.
g. Radiasi
Umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Jika energi radiasi diabsorpsi oleh mikroba akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Energi radiasi sinar x, sinar γ dan terutama sinar ultra violet banyak digunakan untuk sterilisasi, pengawetan bahan makanan dan untuk mendapatkan muatan.
2. Faktor biotik di antaranya
1. Hubungan antara spesies
Di alam, mikroba tidak tumbuh dalam kultur murni. melainkan tumbuh bersama mikroba bahkan organism lainnya. Oleh karena itu, dapat terjadi saling mempengaruhi antar mikroba satu dengan yang lainnya.
a. Mutualisme
Mutualisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana masinmasing spesies mendapat keuntungan. Contoh : bakteri Rhizobium dengan Leguminosae
b. Komensalisme atau metabiosis
Komensalisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana satu spesies mendapat keuntungan sedang yang lain tidak diuntungkan. Contoh : Saccharomyces dengan Acetobacter
c. Parasitisme
Parasitisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana satu pihak diuntungkan sedangkan yang lainnya dirugikan. Contoh : bakteriofage dengan bakteri
d. Antagonisme/Antibiosis/Amensalisme
Antagonisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana salah satu akan terhambat atau terbunuh pertumbuhannya karena senyawa yang dihasilkan oleh spesies yang lain. Contoh : pigmen biru Psedomonas deruginosa
e. Sinergisme
Sinergisme merupakan hubungan antara spesies dimana kegiatan masing-masing berupa suatu urut-urutan yang saling menguntungkan.
contoh : pembuatan tape yang mengandung Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula dan Acetobacter.
f. Kompetisi
Kompetisi merupakan bentuk hubungan antar spesies dimana terjadi persaingan karena adanya keperluan akan zat makanan yang sama. spesies yang dapat bertahan yang akan mengalami pertumbuhan paling subur. Misalnya bila persediaan oksigen dalam suatu medium berkurang, maka bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri aerob fakultatif. Jika persediaan oksigen habis, maka pertumbuhan bakteri anaerob fakultatif akan berhenti sedang bakteri anaerob akan tumbuh subur.
Baca juga : Penyebab Penyakit Pneumonia, Bakteri, Virus, Jamur dan Predileksi Infeksi
2. Bebas Hama
Hewan percobaan yang bebas mikroba disebut mengalami kehidupan aksenik atau tanpa benda-benda asing. Hewan aksenik yang telah diinfeksi dengan suatu jasad disebut gnotobiosis. Misalnya marmut gnotobiosis yang diinfeksi dengan Entamoeba histolytica tidak menderita penyakit disentri karena di dalam usus marmot gnotobiosis tidak terdapat bakteri yang berfungsi sebagai makanan Entamoeba histolytica. Bakteri tersebut tidak mampu berkembang biak sehingga tidak mampu menyebabkan penyakit.
2. Bebas Hama
Hewan percobaan yang bebas mikroba disebut mengalami kehidupan aksenik atau tanpa benda-benda asing. Hewan aksenik yang telah diinfeksi dengan suatu jasad disebut gnotobiosis. Misalnya marmut gnotobiosis yang diinfeksi dengan Entamoeba histolytica tidak menderita penyakit disentri karena di dalam usus marmot gnotobiosis tidak terdapat bakteri yang berfungsi sebagai makanan Entamoeba histolytica. Bakteri tersebut tidak mampu berkembang biak sehingga tidak mampu menyebabkan penyakit.
Posting Komentar untuk "Pertumbuhan Mikroba, Faktor Abiotik dan Biotik Lingkungan Yang Mempengaruhi"