Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyakit Osteoarthritis, Pengertian, Faktor Resiko, Tanda dan Gejala Klinis



Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis dan dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau disebut penyakit degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National Centers for Health Statistics, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 35 – 74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkah kaparahan osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005).

Menurut World Health Organization (who) tahun 2004, diketahui bahwa osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa diseluruh dunia dan mencapai 24 jiwa di kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetaapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat (Murray, 1996). Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga menggaggu aktivitas sehari-hari.

Baca juga : Emulsi Obat Adalah : Pengertian, Komponen dan Sifat Emulsi  

Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis sementara di Amerika Serikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis. Osteoarthritis menempati tempat urutan kedua setelah penyakit kardiovasikuler sebagai akhibat dari ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 sampai 15 % orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita osteoarthritis (Reginster, 2002). Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari osteoarthritis sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan (Wibowo, 2003).

Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia diatas 70 tahun penderita osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena prevalens yang cukup tinggi. Oleh karena sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, bagi negara maju maupun dinegara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis (Soeroso, 2006). Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.

Dari aspek karakteristik umum pasien yang didiagnosis penyakit sendi osteoarthritis, menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa usia, jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai kolerasi terhadap terjadinya osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis meningkat secara dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga karena pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang rawan (Lozada, 2013).

Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding pria karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada lutut mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang dilakukan seharian juga mempengaruhi timbulnya osteoarthritis, terutama pada atlet dan orang-orang yang pekerjaannya memerlukan gerakan berulang (pekerja landskap, mengetik atau mengoperasikan mesin), memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoarthritis. Hal ini adalah karena terjadinya cidera dan meningkatkan tekanan pada sendi tertentu (Anonim, 2013).

Gaya hidup juga mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita penyakit osteoarthritis. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang dilakukan dapat membantu mengurangi keluhan osteoarthritis. Perubahan berat badan dapat meningkatkan tekanan pada bagian sendi, terutamanya pada bagian lutut dan pinggul. Diet yang sehat diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola makan yang sehat berserta olahraga dapat menurunkan terjadinya osteoarthritis (Anonim, 2013). Menurut The American Geriatrics Society (2001), kurang aktifitas fisik dikenal sebagai faktor risiko untuk banyak penyakit pada populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik pada pasien osteoarthritis akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Pada osteoarthritis primer/generalisata yang pada umumnya bersifat familiar, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan interfalang proksimal (PIP) (Elin dkk, 2008). Sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan osteoarthritis. Pengobatan yang ada hingga saat ini hanya berfungsi untuk mengurangi nyeri dan mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena. Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis, yaitu untuk mengontrol nyeri dan gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari, dan untuk menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan dapat berupa olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-obatan. Bila semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pada sendi yang terkena (Anonim, 2006).

Prosedur pembedahan (misal osteotomi, pengangkatan sendi, penghilangan osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan untuk pasien dengan rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mampu mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008).

Baca juga : Infus Adalah : Pengertian, Indikasi, Pemasangan, Kontradiksi danTujuan  

PENGERTIAN OSTEOARTHRITIS


1. Definisi

Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa mempengaruhi sendi diartrodial perofer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikukar yang berakhibat pada pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi (Elin dkk, 2008).

2. Epidemiologi

Insiden dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masing-masing negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan bahwa athritis jenis ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa dan lanjut usia. Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia (Bethesda, 2013).

Prevalensi meningkat dengan meningkatnya usia dan pada data radiografi menunjukkan bahwa osteoarthritis terjadi pada sebagian besar usia lebih dari 65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75 tahun (Hansen & Elliot, 2005). Osteoarthritis ditandai dengan terjadinya nyeri pada sendi, terutamanya pada saat bergerak (Priyanto, 2008).



3. Patogenesis

Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osetoarthritis primer atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memilik penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik maupun proses perubahan lokal sendi. Osteoarthritis sekunder terjadi disebebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolit, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai pada praktek sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder ( Soeroso dkk, 2006).

Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa osteoarthritis merupakan gangguan keseimbangan dari metabolise kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui (Soeroso dkk, 2006). Kerusakan tersebut dapat diawali oleh kegagalan mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera (Felson, 2008).

Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (range of motion) sendi (Felson, 2008).

Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antara kertilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubrican merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cidera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008).

Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak (Felson, 2008).

Baca juga : Suppositoria Adalah : Pengertian, Sifat, Jenis, Pembuatan dan Penggunaan  

Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan tekanan yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2008).

Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat 10 dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya osteoarthritis dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).

Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu kolagen tipe dua dan aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul-molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008).

Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan vaskular, mensintesis seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks, yaitu sitokin [Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)], dan juga faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan (Felson, 2008).

Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks (MPM) untuk memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun pada fase awal osteoarthritis, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan dari kartilago (Felson, 2008).

Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya osteoarthritis (Felson, 2008).

Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun ada fase awal perkembangan osteoarthritis, kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif (Felson, 2008).

Pada proses timbulnya osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kejadian osteoarthritis pada daerah sendi (Felson, 2008).

4. Faktor Resiko

Resiko terkena osteoarthritis juga dapat berubah dari waktu ke waktu tergantung pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat dilihat pada pasien osteoarthritis secara umum seperti berikut : (Anonim, 2006) :

1). Usia

Prevalensi dan keparahan osteoarthritis meningkat sering dengan bertambahnya usia seseorang. Semakin meningkat usia seseorang, semakin bertambah rasa nyeri dan keluhan pada sendi.

2). Berat badan

Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan seseorang untuk menderita osteoarthritis. Hal ini adalah disebabkan karena seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang akan diterima oleh sendi pada tubuh makin besar. Beban yang diterima oleh sendi akan memberikan tekanan pada bagian sendi yang berpengaruh, contohnya pada bagian lutut dan pinggul.

3). Trauma

Trauma pada sendi atau penggunaan sendi secara berlebihan. Atlet dan orang-orang yang memiliki pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoarthritis karena mengalami cidera dan peningkatan tekanan pada sendi tertentu. Selain itu, terjadi juga pada sendi dimana tulang telah retak dan telah dilakukan pembedahan.

4). Genetika

Genetika memainkan peranan dalam perkembangan osteoarthritis. Kelainan warisan tulang mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi dapat menyebabkan osteoarthritis. Nodus Herberden adalah 10 kali lebih banyak terjadi pada wanita dibanding laki-laki, dengan risiko dua kali lipat jika ibu kepada wanita itu mengalami osteoarthritis (Hansen & Elliot, 2005). Nodus Herberden dan Nodus Bouchard terjadi pada bagian sendi pada tangan.

5). Kelemahan pada otot

Kelemahan pada otot-otot sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya osteoarthritis. Kelemahan otot dapat berkurang disebabkan oleh faktor usia, inaktivasi akibat nyeri atau karena adanya peradangan pada sendi.

6). Nutrisi

Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang untuk merespons secara optimal proses terjadinya osteoarthritis dan akan mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan vitamin D mempunyai efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami osteoarthritis, yang terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.




5. Tanda – tanda dan gejala klinis

Gejala pada penyakit osteoarthritis bervariasi, tergantung pada sendi yang terkena dan seberapa parah sendinya berpengaruh. Namun, gejala yang paling umum adalah kekakuan, terutamanya terjadi pada pagi hari atau setelah istirahat, dan nyeri. Sendi yang sering terkena adalah punggung bawah, pinggul, lutut, dan kaki. Ketika terkena di daerah sendi tersebut akan mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan seperti berjalan, menaiki tangga, dan mengangkat suatu beban. Bagian lain yang sering terkena juga adalah leher dan jari, termasuk pangkal ibu jari. Ketika bagian jari dan sendi tangan terkena osteoarthritis dapat membuat keadaam bertambah sulit terutama untuk memegang suatu objek untuk melakukan pekerjaan (Anonim, 2006).

Pada umumnya, pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakan telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan. Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoarthtitis :

1) Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan yang tertentu terkdang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski osteoarthritis masih tergolong dini (secara radiologis) (Soeroso dkk, 2006).

Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan nyeri yang timbul pada osteoarthritis berasal dari luar kartilago (Felson, 2008). Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (Felson, 2008). Osteofit merupakan salah satu penyebab dari timbulnya rasa nyeri. Ketika osteofit tumbuh, terjadi proses inervasi neurovascular yang menembusi bagian dasar tulang hingga ke bagian kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. Hal ini yang menyebabkan timbulnya nyeri (Felson, 2008).

Nyeri juga dapat timbul dari bagian luar sendi, termasuk pada bagian bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibal band (Felson, 2008).

2) Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertumbuhan rasa nyeri (Soeroso dll, 2006)

3) Kaku pagi

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau setelah tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau duduk di mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setiap bangun tidur pada pagi hari (Soeroso dkk, 2006).

4) Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso dkk, 2006).

5) Pembesaran sendi (deformitas)

Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso dkk, 2006).

6) Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso dkk,2006).

7) Tanda – tanda peradangan

Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada osteoarthritis lutut (Soeroso dkk, 2006).

Baca juga : Kosmetika Alami Adalah : Pengertian dan Bahan Pembuatan  

8) Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang membebankan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien osteoarthritis, terutama pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan tertentu pasa osteoarthritis lutut ( Soeroso dkk, 2006)

Posting Komentar untuk "Penyakit Osteoarthritis, Pengertian, Faktor Resiko, Tanda dan Gejala Klinis"