Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyakit Kelainan Mikropenis, Definisi, Etiologi, Diagnosis dan Pengobatan


Kelainan Mikropenis

 
1. Definisi

Mikropenis adalah suatu kelainan pada pria berupa pertumbuhan penis lebih kecil daripada yang seharusnya. Seorang pria dikatakan memiliki mikropenis apabila panjang penisnya kurang dari 2,5 standar deviasi rata-rata ukuran penis pria normal pada usia tertentu. Acuan ukuran yang dapat dipakai adalah apabila ukuran penis kurang dari 2 cm saat kelahiran, 2,5 cm saat berusia satu tahun, 4 cm pada masa pubertas, dan 10 cm di akhir masa pubertas atau saat dewasa. Hal ini dapat disebabkan karena faktor hormonal sejak seorang anak masih dikandung, salah satunya adalah kekurangan hormon androgen pada kehamilan dini.

Baca juga : Khasiat Pacing (Costus Speciosus), Bermanfaat untuk Nyeri, Batuk dan Perut Busung  

Standar ukuran panjang penis dalam keadaan stretched.


 

2. Etiologi

Mikropenis dapat diakibatkan oleh zat kimia yang disebut endocrine disrupter chemicals (EDC) yang dapat mengganggu atau mengubah fungsi endokrin sehingga terjadi penghambatan kerja androgen, terutama menggangu substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ seksual dan perkembangan karakteristik sekunder laki-laki. Salah satu contoh EDC adalah zat yang terdapat dalam pestisida kimia seperti diklorodifenil-trikloroetan (DDT). Zat pengganggu tersebut dapat bereaksi dengan estrogen atau reseptor androgen serta sebagai senyawa antagonis yang melawan hormon endogen. Dalam dunia kedokteran mikropenis tidak dapat disamakan dengan penis tersembunyi (concealed penis) yang diakibatkan malposisi penis (salah letak) meskipun keduanya menunjukkan abnormalitas ukuran penis. Dalam kasus seperti ini concealed penis, penis tetap memiliki badan uretral, korporal, dan kelenjar yang normal namun letaknya terhalang oleh lemak suprapubis.

Secara umum, etiologi mikropenis adalah sebagai berikut :

1) Defisiensi sekresi testosterone

a. Hipogonadotropik hipogonadisme.

Keadaan ini disebut juga gangguan gonad sekunder, sehingga diperlukan terapi pengganti (replacement therapy) yang menetap (irreversible). Contoh gangguan gonad sekunder adalah sindrom Kallman, defisiensi hormon pituitari lain, sindrom Prader – Willi, sindrom Laurence – Moon, sindrom Bardet – Biedl, dan sindrom Rud.

b. Hipergonadotropik hipogonadisme.

Hipergonadotropik hipogonadisme disebut juga dengan gangguan gonad primer. Pada gangguan gonad primer terjadi produksi androgen yang tidak adekuat karena defisiensi salah satu enzim sintesis testosteron. Ditandai dengan peningkatan konsentrasi gonadotropin yang disebabkan tidak adanya umpan balik negatif dari steroid seks gonad. Penyebab terbanyak biasanya dihubungkan dengan kelainan kariotipe dan somatik, seperti anorchia, sindrom Klinefelter dan Poly X, disgenesis gonad, defek hormon luteinezing, defek genetik pada teroidogenesis testosteron, sindrom Noonan, Trisomi 21, sindrom Robinow, sindrom Bardet – Biedl, atau sindrom Laurence – Moon.

2) Defek pada aksis testosteron.

Kelainan yang termasuk defek aksis testeron adalah defisiensi growth hormone/insulin – like growth factor I, defek reseptor androgen, defisiensi 5a - reduktase, sindrom fetal hidantoin.

3) Anomali pertumbuhan

4) Idiopatik

Mikropenis idiopatik diagnosis ditegakkan jika fungsi jaras hipotalamus – gonad normal, penambahan panjang penis yang mendekati normal sebagai respons terhadap pemberian testosterone eksogen, dan adanya maskulinisasi normal pada masa pubertas.

 
3. Diagnosis

Diagnosis mikropenis ditegakkan jika hasil pengukuran penis di bawah rerata – 2.5 SD. Pengukuran penis sebaiknya dalam keadaan diregangkan (stretched). Pengukuran dalam keadaan lemas (flaccid) memberikan hasil yang sangat bervariasi. Cara mengukur penis dapat dilakukan dalam keadaan lemas (flaccid) dan diregang (stretched). Wessels, dkk mendapatkan bahwa hasil pengukuran stretched lebih mendekati ukuran sebenarnya sewaktu ereksi. Inspeksi keadaan genital secara umum harus dilakukan sebelum pengukuran dimulai. Biasakan meminta izin si anak jika hendak melakukan pemeriksaan. Pengukuran sebaiknya menggunakan rol yang tipis dan keras atau bisa juga menggunakan spatula kayu dan pinsil untuk menandai batas pengukuran. Pengukuran harus dilakukan dengan teliti, karena merupakan hal yang sangat esensial dalam tata laksana mikropenis. Penderita dibaringkan dalam keadaan terlentang. Glans penis dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, ditarik secara vertikal sejauh mungkin. Kemudian diukur panjang penis mulai dari basis penis (pubis) hingga glans penis, prepusium tidak ikut diukur. Pengukuran dilakukan tiga kali dan diambil reratanya. Pada anak gemuk, rol atau spatula yang dipakai harus ditekan sampai ke tulang pubis untuk menekan lemak pubis. Hasil pengukuran yang didapat dibandingkan dengan nilai standar.
 
4. Pengobatan

Pasien mikropenis harus diperiksa secara cermat menyangkut masalah endokrinologi secara umum dan dievaluasi apakah terdapat kelainan pada susunan saraf pusat. Ritzen dan Hintz membuat algoritme tata laksana mikropenis berdasarkan kelompok umur, untuk bayi baru lahir dan anak di atas 1 tahun hingga pubertas. Dilakukan pemeriksaan terhadap faktor androgen dan di luar androgen. Tata laksana mikropenis dibagi dalam terapi hormonal dan pembedahan.


 
a) Terapi Hormonal

Tidak ada konsensus mengenai dosis, cara pemberian, waktu pemberian, dan lama pengobatan androgen pada pasien dengan mikropenis. Namun, beberapa penulis seperti Conte dkk, Bin Abbas, dkk, dan Sutherland, dkk merekomendasikan pemberian testosteron enanthate 25-50 mg intramuskular setiap bulan, selama 3 bulan. Diharapkan rerata penambahan panjang penis sekitar 2 cm.

Jika terjadi kegagalan penambahan panjang penis, Tietjen dkk. menganjurkan untuk mengulang terapi hormonal. Hal ini berdasarkan penemuan Tietjen dkk. bahwa protein reseptor androgen dan enzim 5a-reduktase secara signifikan melakukan down regulation pada penis selama periode pematangan normal. Sejak diketahui bahwa reseptor androgen dan enzim 5a-reduktase mempunyai hubungan integral terhadap perkembangan penis, timbul hipotesis bahwa pemberian androgen intermiten secara teratur selama masa bayi, kanak-kanak dan remaja sebelum masa down regulation dapat menghasilkan pertumbuhan penis yang optimal. Pendapat Tietjien dkk didukung oleh Hussman dan Cain yang mendapatkan kenyataan bahwa protein reseptor androgen dan enzim 5a-reduktase berkurang secara progresif pada jaringan korpus penis selama pertumbuhan penis normal. McAninch dan Aaronson menganjurkan pengobatan dimulai pada usia 1 tahun dan jika gagal diulang kembali. Pengukuran panjang penis dilakukan 2 minggu setelah suntikan terakhir. Testosteron dapat diberikan secara oral, topikal, transdermal tetapi hasilnya tidak memuaskan. Efek samping pemberian testosteron dapat dikurangi dengan cara pemberian yang benar dan dosis sesuai yang dianjurkan berdasarkan pengalaman penelitian. Batubara J.R mendapatkan bahwa testosteron 25 mg diberikan 4 kali setiap 3 minggu secara intramuskular tidak mempercepat usia tulang pasien mikropenis.

b) Terapi Bedah

Tindakan operasi untuk membesarkan penis memberikan hasil yang bervariasi. Kesulitan operasi terutama karena terbatasnya kemampuan untuk membentuk jaringan korpus penis untuk fungsi ereksi dipakai penis buatan. Sebenarnya operasi yang dilaporkan berhasil dilakukan bukanlah pada kasus mikropenis yang sebenarnya. Hal ini memang akibat kelemahan cara mendiagnosis mikropenis itu sendiri. Ada beberapa keadaan yang membuat penis menjadi atau kelihatan kecil, seperti inconspicuous penis (penis yang menghilang), yang diakibatkan oleh berbagai kondisi seperti buried penis, trapped penis, webbed penis, concealed penis, dan diminutive penis. Pada semua keadaan ini sirkumsisi merupakan kontraindikasi, tetapi justru banyak dilakukan oleh dokter termasuk ahli bedah. Mereka menganggap dengan melakukan sirkumsisi maka penis akan menjadi normal atau paling tidak membesar. Justru hal ini akan menyulitkan apabila akan dilakukan operasi rekonstruksi di kemudian hari, karena prepusium berguna untuk merekonstruksi bagian-bagian penis itu sendiri. Waktu yang tepat untuk melakukan operasi rekonstruksi masih belum jelas. Bergeson dkk. melakukan operasi rekonstruksi pada 13 kasus, Shenoy dkk. melakukan operasi pada 8 kasus buried penis dengan teknik sedot lemak (liposuction ).

Baca juga : Khasiat Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia), Obat Herbal Demam, Terkilir dan Kegemukan  

Selain operasi rekonstruksi, pada mikropenis yang gagal dengan terapi hormonal, dipertimbangkan operasi penggantian jenis kelamin. Mengenai waktu untuk melakukan penggantian kelamin masih belum ada kesepakatan, walaupun ada penulis menganjurkan operasi dilakukan atas kemauan si anak. Aaronson menganjurkan operasi penggantian jenis kelamin pada mikropenis di bawah ukuran panjang rerata-3SD. Woodhouse membuktikan bahwa penis kecil dengan fungsi ereksi alamiah menghasilkan fungsi seksual yang lebih baik dibanding penis yang diperbesar dengan operasi. Reilly dan Woodhouse menyatakan pada akhir penelitiannya, bahwa ukuran penis yang kecil tidak dapat menghalangi seseorang hidup seperti pria normal lainnya.

Posting Komentar untuk "Penyakit Kelainan Mikropenis, Definisi, Etiologi, Diagnosis dan Pengobatan"