Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Patofisiologi Penyakit Demensia, Multi Infark, Tahapan, Komplikasi dan Pencegahan


Patofisiologi Penyakit Demensia


a. Penyakit Alzheimer

Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit alzheimer, antara lain serabut neuron yang kusut dan plak senil atau neuritis. Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Perubahan serupa juga dijumpai pada tonjolan kecil jaringan otak normal lansia. Sel utama yang terkena penyakit ini adalah yang menggunakan neurotransmiter asetil kolin. Secara biokimia, produksi asetil kolin yang dipengaruhi aktifitas enzim menurun. Asetil kolin terutama terlibat dalam proses ingatan.

b. Demensia multi infark

Kerusakan serebri terjadi bila pasokan darah ke otak terganggu. Infark, kematian jaringan otak, terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Infark serebri kecil-kecil multipel yang secara klinis bermanifestasi sebagai stroke kecil mengakibatkan demensia multi infark.

c. Tahap-tahap demensia

1. Tahap awal

a) Perubahan alam perasaan atau kepribadian

b) Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah

c) Konfusi tentang tempat (tersesat pada saat akan ke toko)

d) Konfusi tentang waktu

e) Kesuliatan dengan angka,uang dan tagihan

f) Anomia ringan (kesulitan dalam menyebut nama benda )

g) Menarik diri/depresi

2. Tahap pertengahan

a) Gangguan memori saat ini dan masa lalu

b) Anomia,agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali objek yang umum),apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan yang bertujuan meskipun sistem sensoris dan motoriknya utuh ),afasia (kesulitan dengan bahasa)

c) Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah.

d) Konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk.

e) Gangguan persepsi

f) Kehilangan pengendalian impuls.

g) Anxietas,gelisah,mengeluyur dan berkeras (gerakan atau vokalisasi berulang)

h) Hiperoralitas (ingin memasukan makanan atau benda-benda lain ke dalam mulutnya).

i) Kemungkinan kecurigaan,delusi atau halusinasi

j) Konfabulasi (tidak mampu menemukan kata yang tepat,dapat menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak logis untuk mengisi kekosongan).

k) Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar

l) Mulai terjadi inkontinensia

m) Gangguan siklus tidur bangun

Baca juga : Khasiat Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus), Obat Radang Ginjal, Batu Ginjal dan Kencing Manis  

3. Tahap akhir

a) Gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif.

b) Ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman

c) Gangguan komunikasi yang parah (dapat menggerutu,mengeluh,)

d) Sedikitnya kapasitas perawatan diri.

e) Inkontinensia kandung kemih dan usus

f) Kemungkinan menjadi hiperoralitas dan memiliki tangan yang aktif.

g) Penurunan nafsu makan,disfasia dan resiko aspirasi

h) Depresi sitem imun yang menyebabkan meningkatnya risiko infeksi.

i) Gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan,kaku otot,dan paratonia.

j) Reflex menghisap dan menggenggam

k) Menarik diri

l) Gangguan siklus tidur bangun,dengan peningkatan waktu tidur


Komplikasi Dan Prognosis


1. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :

· Ulkus Dekubitus

· Infeksi saluran kencing

· Pneumonia

2. Thromboemboli, infark miokardium.

3. Kejang

4. Kontraktur sendi

5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan peralatan

7. Kehilangan kemampuan berinteraksi

8. Harapan hidup berkurang

Perkembangan demensia pada setiap orang berbeda. Pada sebagian besar demensia stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi otak yang hampir menyeluruh. Penderita menjadi lebih menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan perilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang berjalan-jalan (berkelana). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara.

Penatalaksanaan


Walaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk demensia biasanya tidak mungkin, dengan penatalaksaan yang optimal dapat dicapai perbaikan hidup sehari-hari dari penderita. Prinsip utama penatalaksanaan penderita demensia adalah sebagai berikut

a. Optimalkan fungsi dari penderita

- Obati penyakit yang mendasarinya (hipertensi, penyakit parkinson)

- Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP

- Akses keadaan lingkungan, kalau perlu buat perubahan

- Upayakan aktivitas mental dan fisik

- Hindari situasi yang menekan kemampuan mental, gunakan alat bantu memori bila memungkinkan

- Persiapkan penderita bila akan berpindah tempat

- Tekankan perbaikan gizi

b. Kenali dan obati komplikasi

- Mengembara dan berbagai perilaku merusak

- Gangguan perilaku lain

- Depresi

- Agitasi atau agresivitas

- Inkontinensia

Baca juga : Manfaat Lobak Putih (Raphanus Sativus), Obat Batu Ginjal, Liver dan Jerawat   

c. Upayakan perumatan berkesinambungan

- Re-akses keadaan kognitif dan fisik

- Pengobatan gangguan medik

d. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarganya

- Berbagai hal tentang penyakitnya

- Kemungkinan gangguan/kelainan yang bisa terjadi

- Prognosis

e. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada penderita dan keluarganya

- Berbagai pelayanan kesehatan masyarakat

- Nasihat hukum dan/keuangan

f. Upayakan nasihat keluarga untuk :

- Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga

- Penanganan rasa marah atau rasa bersalah

- Pengambilan keputusan

- Kepentingan-kepentingan hukum/masalah etik

g. Peran keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian lansia, sehingga lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami lansia penderita demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka.

Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat lansia dengan demensia.


Pada suatu waktu lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.

Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas. Seperti layaknya anak kecil terkadang lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat lansia dengan demensia di rumahnya.

Baca juga : Khasiat Lada Hitam (Piper Nigrum), Obat Sakit Kepala, Kanker dan Ketombe

Pencegahaan


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.

3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

4. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

5. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi

6. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

Posting Komentar untuk "Patofisiologi Penyakit Demensia, Multi Infark, Tahapan, Komplikasi dan Pencegahan"