Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyakit Delirium Fungsi Otak pada Lansia, Pengertian dan Sebab Terjadinya



Delirium merupakan gangguan fungsi otak dengan gangguan kognitif dan perilaku, penyakit ini merupakan penyakit yang sering terjadi dan sudah dijelaskan selama berabad-abad, namun sering tidak terdiagnosis atau salah diagnosis dan berpotensi untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas.

Delirium adalah gangguan kesadaran dan gangguan kognitif akut yang umumnya terjadi pada usia lanjut. Telah dilaporkan prevalensi delirium di USA pada pasien berusia lanjut di ruang Intensive Care Unit (ICU) berkisar 78-87%. Di Indonesia, prevalensi delirium bervariasi yaitu 14-56%, dengan angka kematian di rumah sakit sekitar 25-30%. Kejadian delirium di rumah sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) berkisar 17- 47,3%.

Sindrom delirium mencerminkan disfungsi otak yang diakibatkan oleh penyakit sistemik, penyakit serebral, putus zat atau intoksikasi obat-obatan/ zat psikoaktif. Delirium yang disebabkan oleh obat-obatan diperkirakan berkisar 12-39% dari seluruh kasus delirium.

Baca juga : Bahan Pakan Sumber Mineral dan Vitamin  

Gangguan penggunaan zat psikoaktif merupakan masalah yang menjadi keprihatinan dunia internasional di samping masalah HIV/AIDS, kekerasan (violence), kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemanasan global dan kelangkaan pangan. WHO memperkirakan bahwa jumlah pengguna tembakau sebanyak 1,1 milyar orang, pengguna alkohol sebanyak 250 juta orang, dan pengguna zat psikoaktif lain sebanyak 15 juta orang di seluruh dunia. Global Burden of Diseases (GBD) yang diakibatkan dan yang terkait dengan pengunaan zat psikoaktif adalah sebesar 8,9% sedangkan Global Mortality Rate akibat penggunaan zat psikoaktif sebesar 12.4% dan Disable Adjusted Life Years (DALYs) sebesar 8.9 %.

Pengertian Lansia dan Delirium


Istilah lansia (lanjut usia) umumnya digunakan untuk pria dan wanita yang telah berusia lanjut. Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia apabila usianya 65 tahun ke atas. Terdapat batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur orang yang masuk dalam kategori lansia, diantaranya adalah 60 tahun menurut UU No. 13 Tahun 1998 dan 60-74 tahun menurut WHO. Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh gagalnya seorang dalam mempertahankan kesetimbangan terhadap kesehatan dan kondisi stresfisiologis. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.

Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu: Usia lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

Lalu ada pengertian dari delirium. Istilah delirium berasal dari bahasa Latin de, yang berarti “dari” atau “di luar” dan lira, yang berarti “celah” atau “jalur”. Istilah tersebut merujuk pada kondisi keluar jalur atau menyimpang dari kondisi normal (Wells & Duncan). Delirium umumnya digambarkan sebagai kondisi kaburnya kesadaran. Pasien kadang secara cukup mendadak, mengalami kesulitan besar untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian serta tidak mampu memertahankan alur pemikiran yang runtun dan terarah.

Pada tahap awal delirium, orang yang bersangkutan sering gelisah, terutama di malam. Siklus tidur dan terjaga mengalami gangguan sehingga orang tersebut mengantuk di siang hari dan terjaga, gelisah dan cemas di malam hari ketika ia tidak dapat tidur dan di dalam gelap. Mimpi yang tampak nyata dan mimpi buruk umum terjadi.

Terdapat beberapa kriteria delirium dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-IV-TR, yaitu:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan dan sulit memusatkan perhatian).

2. Suatu perubahan dalam kognisi, seperti gangguan bicara atau gangguan perceptual yang tidak dapat dijelaskan dengan demensia.

3. Berkembang dengan cepat, seperti dalam beberapa jam atau hari dan terjadi fluktuasi (ketidaktetapan atau guncangan) dalam satu hari.

4. Bukti adanya kondisi medis yang menyebabkannya, seperti malnutrisi.

Delirium merupakan suatu keadaan mental yang abnormal, bukan suatu penyakit; dengan sejumlah gejala yang menunjukkan penurunan fungsi mental. Berbagai keadaan atau penyakit (mulai dari dehidrasi ringan sampai keracunan obat atau infeksi yang bisa berakibat fatal), bisa menyebabkan delirium. Keadaan ini paling sering terjadi pada usia lanjut dan penderita yang otaknya telah mengalami gangguan, termasuk orang yang sakit berat, orang yang mengkonsumsi obat yang menyebabkan perubahan fikiran atau perilaku dan orang yang mengalami demensia.

Baca juga : Jenis Tanaman sebagai Bahan Pakan Sumber Protein  

Penyebab Terjadinya Delirium Pada Lansia


Delirium terjadi ketika pengiriman dan penerimaan sinyal normal di otak menjadi terganggu. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi faktor yang membuat otak rentan dan memicu kerusakan dalam aktivitas otak.


Delirium juga dapat terjadi setelah menjalani operasi besar, yang paling sering adalah operasi tulang pinggul (Zarit & Zarit, 1998) selama masa putus zat-zat psikoaktif; dan setelah terjadi trauma kepala atau kejang-kejang. Penyakit fisik umum yang menyebabkan delirium dalam kelompok umur ini mencakup gagal jantung karena penyumbatan, pneumonia, infeksi saluran urin, kanker, gagal ginjal atau hati, malnutrisi, dan kecelakaan serebrovaskular atau stroke. Delirium biasanya memiliki lebih dari satu penyebab.

Setiap kondisi yang menyebabkan seseorang harus tinggal di rumah sakit, terutama di ruang perawatan intensif, meningkatkan resiko delirium. Penyebab umum termasuk dehidrasi dan infeksi, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, dan infeksi kulit dan perut. Contoh kondisi lain yang meningkatkan risiko delirium meliputi:

1. Demensia

2. Usia yang lebih tua

3. Demam dan infeksi akut, terutama pada anak-anak

4. Episode delirium sebelumnya

5. Gangguan visual atau pendengaran

6. Kurang gizi atau dehidrasi

7. Penyakit parah, kronis atau terminal

8. Beberapa masalah atau prosedur medis

9. Pengobatan dengan beberapa obat

10. Penyalahgunaan obat atau alkohol atau penarikan

Sejumlah obat atau kombinasi obat dapat memicu delirium, termasuk:

1. Obat nyeri

2. Obat tidur

3. Obat alergi (antihistamin)

4. Obat untuk gangguan mood, seperti kecemasan dan depresi

5. Obat penyakit Parkinson

6. Obat untuk mengobati kejang atau kejang-kejang

Posting Komentar untuk "Penyakit Delirium Fungsi Otak pada Lansia, Pengertian dan Sebab Terjadinya"