Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membangun Peradaban Islam dan Ummat dengan Hati Bersih


Kalau ada diantara kita yang ditanya : berapa kali kamu membersihkan hatimu dalam sehari ?, pasti dia akan merasa heran dan kaget dengan pertanyaan ini. Dia akan tertegun sejenak dan tidak tahu harus menjawab dengan apa !!. Tapi kalau ditanya : berapa kali kamu mandi dalam sehari ?, maka dia akan segera menjawab tanpa berfikir panjang lagi, karena mandi dan memberisihkan anggota badan yang di luar adalah suatu hal yang biasa dalam hidup kita, tetapi membersihkan hati dari kotorannya adalah suatu hal yang masih jarang kita jumpai.

Saudara-saudaraku, kita bisa saja sangat perhatian dengan kebersihan badan kita, tetapi kita tidak terlalu memperhatikan wudhu’ kita !!. Apa kita bisa menyadari kenapa itu bisa terjadi ?. Ini disebabkan karena kita kurang memperhatikan kesucian bathin kita, hati yang ada di dalam badan kita, bagaimana keadaan dan kondisinya sekarang?, apakah hati itu masih hidup atau sudah hancur dan mati? Apakah dia dipenuhi dengan keimanan yang hakiki atau justru dipenuhi dengan berbagai macam penyakit yang merusak dan menghancurkannya?.

Baca juga : Hikmah Kenapa Nabi Muhammad Memiliki Banyak (9) Istri  

Sesungguhnya hati yang bersih, suci dan penuh taqwa adalah hati yang terbebas dari penyakit iri, benci, dendam, riya, hasad dan buruk sangka. Hati yang tidak disibukkan dengan pergolakan jiwa yang dipicu oleh kebencian terhadap teman-temannya hanya karena persoalan-persoalan dunia yang tiada nilainya, yang menyebabkan dia tidak bisa tidur malam untuk menenangkan fikirannya di siang hari, dia senantiasa memikirkan bagaimana caranya bisa membalas dendam.

Dari Abdullah bin ‘Amru dia berkata : Rasulullah pernah ditanya, Siapakah orang yang paling utama ? Beliau menjawab : “orang yang hatinya makhmum (suci), lidahnya jujur. Mereka (para sahabat) berkata : Kami mengerti tentang lidah yang jujur, tapi apakah yang dimaksud dengan hati yang makhmum ? Beliau menjawab : yaitu hati yang bertaqwa lagi suci, tidak ada dosanya, tidak zhalim, tidak curang dan tidak hasad ( dengki )”.

Bagaimanakah dengan hati anda ? Kalau dia telah mati maka bersahabatlah dengan orang yang hatinya masih hidup. Alangkah jauh bedanya antara orang sudah mati tapi ketika mengingat mereka hati ( kita )menjadi hidup, dengan orang yang masih hidup tetapi bergaul dengan mereka hati ( kita ) menjadi mati.

Luqman pernah menasehati anaknya: wahai anakku, bergaullah dengan para ulama, dekatilah mereka, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan tanah dengan air hujan.

Wahai saudaraku, hati adalah sumber kekuatan di tubuh, dia ibarat kunci kontak (untuk tubuh), kalau seandainya dia bersih maka anggota tubuh yang lain akan berfungsi dengan baik, tapi kalau seandainya dia rusak maka kemampuan menerima dan bekerja pada anggota tubuh yang lain akan kacau dan tidak normal. Hati – sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam – merupakan sekumpulan darah yang apabila dia baik maka seluruh anggota badan akan baik, dan apabila dia rusak maka akan rusak juga seluruh anggota tubuh. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Sesungguhnya di dalam diri anak adam ada segumpal darah, apabila dia baik maka baik pulalah semua anggota badan, dan apabila dia rusak, maka rusaklah semua anggota badan, ketahuilah bahwa dia adalah hati”. Sebuah penjelasan yang sangat sempurna (dari Rasulullah), bagaimana tidak, karena beliau sudah diberi jawami’ kalim.


Ada suatu hal penting yang harus mendapat perhatian serius dari kita, yaitu kita sering mendengarkan Al-Qur’an, menghadiri majlis ilmu ( halaqah ), mendengarkan ceramah agama, membaca buku dan sebagainya, tetapi di mana manfaat semua itu....? Kenapa tidak ada bekasnya ? Kenapa akhlak kita tidak menjadi lebih baik...? Kenapa perilaku kita tidak berubah ? Dimana letak kesalahannya ? Apa penyebabnya ?. Sebabnya tak lain adalah karena kita tidak membiasakan diri dalam pendidikan keimanan, hati kita tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Sesungguhnya hati itu butuh untuk dibersihkan secara terus menerus, perlu disucikan dari berbagai penyakit yang sudah kita sebutkan di atas tadi, sehingga dia bisa berfungsi dengan baik untuk menerima dan memberikan perintah ( kepada anggota tubuh yang lain) .

Baca juga : Hal yang Wajib Dilakukan ketika Puasa Ramadhan  

Penyakit-penyakit hati yang kita sebutkan tadi punya hubungan yang sangat erat dengan kondisi ummat kita sekarang ini, musuh kita belomba-lomba untuk menghancurkan kita seperti berlomba-lombanya hewan berebut makanan, kita tak ubahnya seperti buih yang banyak, kita telah menjadi santapan yang empuk, menjadi buruan yang gampang diambil oleh para musuh. Kemudian kita berkata : Kenapa semua ini bisa terjadi?. Ketahuilah semua itu karena kita juga.

Kelemahan yang kita rasakan, kekalahan, kehinaan kita dalam pandangan bangsa lain adalah karena penyakit yang kita derita, sehingga terjadilah perpecahan dalam barisan kita, kesatuan yang terkoyak dan kita saling menyalahkan, padahal seharusnya kita tegas menghadapi musuh, saling membantu diantara sesama kita. Tapi kita justru sebaliknya membalik ayat tersebut, betapa banyak keadaan yang kita putar balikkan, kenapa kita justru berburuk sangka kepada saudara kita...?. Carilah alasan yang baik (terhadap kesalahan saudara kita), kalau kamu tidak mendapatkan alasan yang wajar ( masuk akal ) maka katakanlah : barang kali dia punya alasan ( melakukan itu ) yang tidak saya ketahui, atau paling tidak salahkan hatimu sendiri dan katakan : wahai hati, betap kasarnya perasaanmu ini !!.

Kenapa sebagian kita iri dan dengki kepada yang lain ?, bukankah cita-cita kita satu? Bukankah masing-masing kita berjuang disalah satu medan juang Islam?. Kamu – wahai saudara – adalah salah satu benteng Islam, maka jangan sampai musuh masuk melewati daerah yang kamu jaga, kalau seandainya kamu tergelincir ( dalam menjaga Islam) maka akupun akan ikut tergelincir dan semua kita akan tergelincir, karena kita semua bergandengan tangan dalam satu barisan untuk memperjuangkan sebuah bangunan, kalau ada salah seorang diantara kita terjatuh, maka semua (bertanggung jawab) membangunkannya dan menutupi kelemahannya untuk menjaga keutuhan bangunan dari keruntuhan yang akan datang saling menyusul. Kalau ada diantara kita yang tergelincir maka kita sama-sama menolongnya untuk bangun lagi, jangan sampai kita justru menjadi penolong syaitan dalam hal ini.

Demi kemashlahatan kita bersama maka kita harus saling membantu sehingga kita tetap kuat, cita-cita tetap terjaga dan terus berkembang dengan baik. Suatu hari Umar bin Khattab Radiyallahu 'anhu bertanya tentang orang lain yang dikenalnya, maka dikatakan kepadanya : orang tersebut sedang di luar Madinah meminum minuman keras, maka Umar menulis surat kepadanya yang isinya : Sungguh segala puji bagi Allah, tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Dia maha Pengampun segala dosa, Penerima taubat dan sangat keras hukuman-Nya. Maka laki-laki itu senantiasa mengulang-ngulangi membaca surat Umar tersebut dan dia menangis... sampai akhirnya dia pun taubat. Tatkala beritanya sampai kepada Umar, dia pun berkata : Itulah seharusnya yang kalian lakukan, kalau ada saudara kalian yang tergelincir maka luruskan dan bantulah dia serta berdoalah semoga Allah mengampuninya dan menerima taubatnya, janganlah kalian menjadi pembantu syetan dalam hal ini.

Akhirnya saya berani mengatakan : Bangkitlah wahai (para pengganti) Shalahuddin, selamatkanlah ummat dari kondisi sekarang ini ?!. Apakah para ibu sudah tidak sanggup lagi atau sudah menjadi mandul untuk melahirkan Shalahuddin pada masa sekarang ini ?. Kenapa kita tidak membuat strategi dan perencanaan yang bagus sebagaimana yang dilakukan oleh Shalahuddin ketika membebaskan AL-Aqsha ?. Sesungguhnya Sunnatullah berlaku di muka bumi ini sebagaimana Sunnah-Nya juga berlaku kepada hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mau berusaha untuk mengubah diri mereka sendiri.


Baca juga : Sunah yang Dianjurkan Dilakukan setelah Sholat Witir  

Permasalahan yang kita hadapi sangat riskan dan sulit, maka kita harus menghidupkan hati kita masing-masing, memperbaiki hubungan diantara kita untuk kembali menyatukan barisan menuju kebangkitan ummat kembali.

Posting Komentar untuk "Membangun Peradaban Islam dan Ummat dengan Hati Bersih"