Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Keteladanan Abu Bakar As-Siddiq RA


Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Segala puji bagi Allah dengan pujian sebenarnya, Yang telah mencukupi segala nikmatNya dan memberikan balasan dengan balasan yang berlimpah, Dia telah menolak segala bencana dan petaka dari kita. Ya Allah, Tuhanku segala puji bagiMu dengan pujian yang sesuai dengan Kemahabesaran, Kemuliaan wajahMu dan Keagungan kekuasaanMu dan kemuliaanMu. 

Dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dengan kesaksian yang menyelamatkan kita dari segala siksa pada hari kiamat. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusanNya, yaitu kesaksian yang dengannya kita mengharap agar Allah memperkenankan kita bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam di tempat yang tertinggi.

Baca juga : Adab-adab ketika Menuntut Ilmu Agama

Wahai sekalian hamba Allah takutlah kepada Allah dan taatilah segala apa yang telah diperintahkanNya dan jauhilah apa-apa yang telah dilarang dan tidak diperbolehkanNya.

Saudara sekalian …pada saat kita merenung dan bertanya kepada diri kita masing-masing apakah yang menyebabkan banyak orang tenggelam dalam keseseatan dan apakah yang menyebabkan seseorang lalai mentaati Allah Tuhan mereka?. Apakah sebab dan solusi problematika ini dan bagaimankah kita bisa terhindar dari penyakit ini?.

Di antara sebab yang paling besar dan penting adalah hilangnya tauladan yang baik di dalam kehidupan kaum muslimin. Sebagian orang menjadikan orang tertentu yang tidak pantas menjadi tauladan mereka, di mengikuti orang yang ditauladaninya dalam perbuatan, perkataan, gerak-gerik dan prilakunya. Padahal bisa jadi orang yang ditauladani tersebut tidak pantas menempati posisi sebagai tauladan, karena keadaan pribadinya yang jauh dari Allah karena kefasikannya, dosa-dosa dan kotor…oleh karenanya siapakah tauladan yang semestinya diikuti oleh seorang muslim?.Siapakah orang yang pantas untuk dipelajari sejarah hidupnya dan kehidupannya dijadikan tauladan dan petunjuk dalam perkara-perakara yang kecil atau besar?.

Jawaban atas pertanyaan ini sangat jelas terpampang di dalam kitab Allah Ta’ala:


قال الله تعالي: ﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ ﴾  الأحزاب: 21

" Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". QS. Al-Ahzab: 21

Benar bahwa tauladan utama bagi seorang muslim baik laki-laki atau wanita adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kemudian para shahabat beliau terutama empat orang shabat beliau radhiallahu anhum.

Allah Subhanhu Wa Ta’ala memuji mereka karena ketinggian kedudukan dan besarnya keutamaan mereka. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالي: ﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ 100 ﴾  التوبة: 100

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". QS. Al-Taubah: 100.

قال الله تعالي: ﴿ مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا .... 29 ﴾  الفتح : 29

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud..”. QS. Al-fath: 29.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian mencela shahabat Muhamad shallallahu alaihi wa sallam sebab kedudukan mereka dalam satu saat saja bersama Nabi shallallahu aliaihi wa sallam lebih baik dari ibadah kalian sepanjang umur yang kalian miliki”.

Ketahuilah bahwa di antara shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang pertama dan paling dicintai oleh beliau adalah Abu Bakr al –Shiddiq.

Namanya adalah Abdullah bin Utsman. Marilah kita sama-sama mengkaji sejarah hidup sahabat Rasulullah yang mulia, agar kita bisa mengambil pelajaran dan tauladan dari perjalanan hidupnya. Demi Allah, tidaklah matahari terbit dan terbenam pada setiap harinya pada seseorang yang lebih mulia setelah para Nabi alaihimus salam selain Abu Bakr.

Abu Bakr termasuk pemuka dan tokoh bangsa Quraisy dan termasuk salah seorang yang kaya dan berakal. Dan pada saat Nabi shallallahu alaihi wa sallam diutus maka dia segera beriman dan membenarkannya. Dan Abu Bakr adalah seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebelum diangkat menjadi Nabi dan pada saat turunnya wahyu. Pada saat beliau diangkat menajdi Nabi maka dialah orang yang pertama membenarkan dan beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam sebuah khutbahnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang Abu Bakr: Sesungguhnya orang yang paling aku percayai dalam persahabatan dengan diriku dan paling banyak berkorban dengan harta adalah Abu Bakr. Seandainya aku boleh mengangkat seorang kekasih selain Tuhanku maka aku akan menjadikan Abu Bakr sebagai kekasih. Akan tetapi keterikatanku adalah persaudaraan karena keimanan dan kecintaan…”. 

Baca juga : Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut Madzhab Syafii

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Setiap orang yang aku seru kepada Islam memunculkan penolakan pada dirinya kecuali Abu Bakr.

Beliau mengalami banayak penyiksaan dan intimidasi dari para tokoh-tokoh Quraisy setelah diketahui masuk Islam. Suatu ketika, Utbah bin Rabi’ah mendekati Abu Bakr lalu memukuli wajahnya dengan dua sandal yang di jahit sampai orang-orang tidak bisa membedakan antara hidung dan wajahnya, lalu kaumnya datang untuk menjaganya dan menghalangi kaum musyirikin dari serangan mereka, baru kemudian membawanya pulang dengan cara memasukkannya pada sebuah sarung, mereka tidak ragu lagi dengan kematian Abu Bakr. Maka kabilahnya berkumpul dan mereka bersepakat: Demi Allah, jika Abu Bakr mati maka kita akan membunuh Utbah. Merekapun kembali menemui Abu Bakr sahabat Rasulullah semoga dia tersdar dan bisa berbicara, dan Abu Bakr siuman di akhir siang dan bertanya: Apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?. Allahu Akabr. Itulah cinta sejati, iman yang kuat, dan beliau selalu mengualang-ulangi kalimat ini agar dia tenang dengan keadaan yang dialami oleh sahabat dan kekasihnya. Ibunya keluar menemuinya untuk memberitahukan tentang berita Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan selamat. “Di manakah dia?. Tanyanya kembali. “Di rumah Al Arqam”. Jawabnya. Dia berkata: Demi Allah aku tidak akan makan dan minum kecuali setelah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Pada saat masyarakat sudah melupakan peristiwa tersebut dan memasuki rumah mereka masing-masing keluarganya membawanya menemui Rasulullah dan bertemu dengannya. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memeluk dan menciumnya dan kaum mislimnpun ikut memeluk dan menciumnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat prihatin terhadap dirinya. Dalam rintihan rasa sakit dan luka Abu Bakr bakr: Bapak dan ibuku sebagai tebusan bagimu wahai Rasulullah, tidak ada yang aku rasakan kecuali rasa sakit yang telah ditimpakan oleh si fasiq (Utba bin Rabi’ah) pada wajahku, dan ini adalah ibuku yang sangat berbudi baik dengan kedua orang tuanya, maka serulah dia kepada Islam semoga Allah menyalamatkannya dari api neraka. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyerunya kepada Islam dan diapun masuk Islam. 


Aisyah, putrinya radhiallahu anha berkata: Abu Bakr mengharamkan khamar untuk dirinya pada masa jahiliyah maka dia tidak pernah meminumnya baik pada masa jahilliyah atau pada masa Islam datang, hal itu karena suatu peristiwa di mana dia melewati seorang lelaki yang sedang mabuk, sedang meletakkan tangannya pada kotoran lalu mengambilnya. Dia pernah berkata: Aku sama sekali tidak pernah bersujud pada patung. Pada suatu hari, setelah saya menginjak usia dewasa, Abu Quhafah memegang tanganku lalu menggiringku menuju sebuah tempat yang dipenuhi patung-patung. Dia berkata kepadaku: Ini adalah para tuhan-tuhanmu.....lalu dia pergi meninggalkan saya. Akupun mendekati sebuah patung dan berkata kepadanya: Aku lapar, berilah aku makan”, namun patung tersebut terdiam dan tidak menjawab perkataanku. “Aku tidak memiliki pakian, berilah aku pakaian”. Pintanya kembali. Namun lagi-lagi patung itu tidak memberikan jawaban apapun kepadaku. Lalu aku melemparnya dengan sebuah batu besar sehingga hancur lebur”.

Imam Muslim menyebutkan sebuah riwayat dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapakah yang pagi hari ini berpuasa?. Abu Bakar berkata: “Saya”. Rasulullah bertanya kembali: Siapakah dia antara kalian yang hari berpartisifasi menyelenggarakan janazah?”. “Saya”. Jawab Abu Bakar. “Siapakah yang pada hari ini telah memberikan makan kepada orang miskin?”. Tanya Rasulullah. “Saya”. Jawab Abu Bakr. Rasulullah bertanya kemabli: Siapakah di antara kalian yang telah menjenguk orang yang sakit pada hari ini”. “Saya”. Jawab Abu Bakr menambahkan. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah terkumpul kebaikan tersebut pada seseorang kecuali dia pasti masuk surga”.

Umar radhiallahu anhu berkata: “Tidaklah aku berkeinginan mendahului Abu Bakr dalam amal kebajikan kecuali dia telah mendahuluiku dalam kebajikan tersebut”. Ali bin Abi Thalib berakta: Abu Bakr adalah orang yang selalu terkemuka dalam berbuat kebajikan. Demi jiwaku yang berada di tanganNya tidaklah kami berlomba-lomba saling mendahului dalam kebaikan kecuali Abu Bakr mendahului kami”.

Abu Bakr adalah orang yang selalu khusyu’ dan tunduk kepada Allah, banyak menangis karena takut kepada Allah, dialah orang yang mengimami para shahabat pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak ada atau sakit. Aisyah radhiallahu anha berkata kepada para shahabat: Sesungguhnya Abu Bakr adalah orang yang hatinya lembut pada saat mengiamami para shahabat suaranya hampir tidak terdengar karena menangis’.

Bersamaan dengan kekhusyu’an dan ketundukan kepada Allah, beliau juga termasuk sosok pemberani dan terdepan dalam peperangan, pribadi yang mampu menorehkan sejarah kepahlawanan. Pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia seluruh masyarakat terkejut sampai Umar bi Al –Khattab mengingkari kematian beliau shallallahu alaihi wa sallam. Abu Bakr datang mendekati Rasulullah lalu membuka penutup wajah beliau kemudian menciumnya dan berkata: Demi bapak dan ibuku sebagai tebusan bagimu wahai Rasulullah,sungguh engkau hidup dan mati dengan mulia. Setelahnya, dia keluar menghadapi masyarakat dan menaiki mimbar lalu berkata: Ketahuilah bahwa barangsiapa yang menyembah Muhamad maka sungguh Muhamad telah mati. Dan barangsiapa yang menyembah Allah sesungghnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati, sembari membaca firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ إِنَّكَ مَيِّتٞ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ ٣٠ ﴾ الزمر : 30 

“Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula). QS. Al-Zumar: 30.

Di antara bukti sikap kepahlawanan dan keberaniannya adalah pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia dan mu’sibah tersebut menjadi besar. Aisyah radhiallahu anha bercerita: Suku-suku Arab banyak yang murtad, kaum Yahudi dan Nasrani berani menampakkan taring kejahatannya, kemunafikan bermunculan, kaum muslimin bagai kambing-kambing yang kehujanan pada malam yang penuh dengan kedinginan karena meninggalnya Nabi mereka lalu mengumpulkan mereka kembali dengan Abu Bakr.

Pada saat sebagaian suku-suku Arab menentang mengeluarkan zakat setelah meninggalnya Rasulullah shallallahu alihi wa sallam, maka beliau bertekad untuk memerangi mereka dan memberikan pelajaran kepada mereka, dalam pidatonya yang penuh dengan keberanian dia berkata: Demi Allah seandainya mereka tidak menunaikan sejengkal tali onta sebagai zakat yang telah mereka tunaikan pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam niscaya aku pasti memerangi mereka”.

Semoga Allah mencurahkan rahmatNya kepada Abu Bakr dan memberikan kredhaan kepadanya, dia adalah contoh tauladan bagi orang beriman dalam ketulusan sejati….

Wahai sekalian hamba Allah. Takutlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, berpegang teguhlah dengan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ikutilah sunah-sunnah Nabi kalian dan sunnah-sunnah orang-orang yang mendapat taufiq dan petunjuk Allah setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam… 

Baca juga : Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut Madzhab Maliki

Sudara-saudara sekalian yang beriman…cukuplah menjadi kebanggan bagi bagi Abu Bakr bahwa Allah Ta’ala menyebutnya di dalamkitabNya yang suci di dalam firman Allah Ta’ala pada surat Al-Taubah:


قال الله تعالي: ﴿ إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ٤٠ ﴾  الأحزاب : 56 

"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". ( QS. Al-Taubah: 40 ).

Hal itu terjadi pada saat peristiwa hijrah, pada saat orang-orang Quraisy memboikot pergerakan da’wah Rasulullah shallallahu alihi wa sallam dan para kaum muslimin. Maka Allah mewahyukan kepada Rasulullah untuk berhijrah ke Madinah. Maka beliaupun keluar sendirian ditemani shahabat beliau, Abu Bakr Al Siddiq. Sementara itu, kaum Quraisy berlomba-lomba mengejar mereka berdua dan Abu Bakr sangat tidak khawatir dengan keselamatan dirinya namun dia hanya khawatir dengan keselamatan shahabat dan kekasihanya shallallahu alaihi wa sallam. Dia berkata: Seandainya salah seorang di antara mereka menoleh pada kakinya niscaya mereka pasti melihat kita. Akan tetapi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merasakan ketenangan yang telah dihunjamkan oleh Allah ke dalam hatinya, menenangkan segala ketakutan beliau dan berkata kepada Abu Bakar; Wahai, Abu Bakar, apakah yang engkau risaukan dengan dua orang yang sedang dijaga oleh Allah sebagai pihak ketiga dari dua orang tersebut”.

Itulah bentuk cinta sejati kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sang pembawa petunjuk. Bukti yang paling nyata bagi cinta sejati tersebut adalah apa yang telah diperlihatkan oleh Abu Bakr sejak berhijrah meunju Madinah bersama beliau.

Hatinya risau jangan-jangan kaum musyrikin menemukan jejak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, terkadang dia berjalan di belakang Rasulullah dan terkadang berjalan di depan beliau guna menjaganya. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya tentang mengapa dia melakukan hal tersebut: Wahai Rasulullah, jika aku mengingat pengejaran maka aku berada di bagian belakang karena khawatir jangan-jangan mereka mengejar dirimu, dan jika aku mengingat tentang pengintaian maka aku berada di hadapanmu.



Abu Bakr adalah tauladan yang baik dalam kesucian dan kemurnian hati. Marilah kita membaca peristiwa di bawah ini: suatu ketika Abu Bakr al shiddiq datang menemui Rasulullah shallallahu alahi wa sallam dan berkata: Wahai Rasulullah telah terjadi sesuatu antara diriku dengan Umar bin Al Khattab lalu aku segera menemuinya kemudian aku menyesali hal tersebut. Aku memohon kepadanya agar dia memaafkan aku namun dia enggan memaafkan diriku lalu aku mendatangi dirimu. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakr”.

Kemudian Umar bin Al Khattab menyesali sikapnya, maka diapun mendatangi rumah Abu Bakr dan bertanya tentang keberadaannya namun dia sedang tidak berada di rumah. Maka diapun datang menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan wajah beliau kelihatan mengerut karena marah sehingga Abu Bakr merasa khawatir jangan-jangan Rasulullah mengucapakan sesuatu yang menyakiti Umar, maka diapun segera berlutut pada kedua kaki Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata kepadanya: Ya Rasulullah, aku yang telah menzaliminya. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengutus diriku kepada kalian dan kalian berkata: Kamu berbohong, sementara Abu Bakr berkata: Engkau benar, dia telah menolongku dengan jiwa dan hartanya, tidakkah kalian memaafkan shahabatku ini?". 

Baca juga : Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut Madzhab Hambali

Abu Bakr sebagai suri tauladan yang baik sebagai mu’min yang sejati. Dia mendatangi para janda dan orang-orang lemah guna membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka, membantu memerah susu kamibing-susu kambing mereka, dan pada saat dilantik menjadi khalifah seorang wanita di akmpung tersebut berkata: Sekarang dia tidak lagi bisa memerah susu-susu kambing kita, sumber penghasilan kita. Abu Bakar mendengar keluhan tersebut lalu dia berkata: Demi Allah tidak demikian, aku akan tetap memerah susu-susu kambing untuk kalian. Semoga bantuan yang tlah aku berikan sebelemnya tidak berubah oleh kekuasaan yang aku emban”.

Posting Komentar untuk "Kisah Keteladanan Abu Bakar As-Siddiq RA"