Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Permulaan Hijrah Nabi Muhammad, Sembunyi di Gua Tsur dan Perjalanan ke Madinah

Permulaan Hijrah Nabi Muhammad

Permulaan Hijrah Nabi s.a.w. 

Tanggal 26 Shafar 

2 bulan setelah baiat aqabah al-kubra, petinggi Quraish Makkah membuat undangan kepada seluruh perwakilan kabilah Quraish se kota Makkah untuk berkumpul di Parlemen Makkah; yakni Dar alNadwah. Isi undangannya adalah untuk merapatkan langkah startegis guna menaggapi secara cepat pergerakan dakwah Islam yang semakin kencang setelah baiat untuk melakukan hijrah ke Madinah.  

Di antara tokoh yang hadir mewakili kabilah mereka; Abu Jahl bin Hisyam, dari kabilah Bani Makhzum. Jubair bin Muth’im dan Harist bin ‘Amir dari utusan Bani Naufal bin Abd Manaf. Juga hadir di antara mereka Umayyah bin Khalaf sebagai utusan Bani Juma’.   Menariknya, sesampainya mereka di dar alnadwah , ada seseorang dengan pakaian bak seorang sheikh nan-berwibawa dengan sorban yang cukup panjang, berdiri di pintu parlemen seraya menghalangi jalan para anggota dewan. Lalu seseorang dari pejabat itu bertanya: “siapa sheikh tersebut?”  Seseorang diantara mereka mengatakan: “dia sheikh dari Najd! Datang ke sini untuk mendnegarkan kalian dan untuk memberikan konsul dan nasehat kepada kalian dalam masalah yang kalian bicarakan.” Kemudian mereka mengatakan: ”baiklah kalau begitu, mari masuk!”.  

Ibn Hisyam dalam kitab Sirah-nya menyebut bahwa laki-laki berpakaian sheikh Najd itu adalah Iblis yang menyerupai rupa manusia. Datangnya memang untuk memberikan bisikan kepada mereka perihal apa yang harus dilakukan terhadap Muhammad.  Ketika forum sudah memnuhi kuota peserta, sidang pun dimulai. Salah seorang daripada perwakilan kabilan memberikan usulan untuk mengasingkan Muhammad ke tempat yang jauh dari mekkah sehingga kota ini menjadi lebih kondisional jika “pengacau” sudah dibuang. Disebutkan yang mengusulkan ini adalah Zum’ah bin al-Aswad.  Sayangnya belu juga ditanggapi oleh forum, usulannya ini sudah ditolak oleh sheikh Najd yang tadi. 

Dia mengatakan bahwa usulan Zum’ah it tidak bisa dan tidak mugkin dijalankan, karena banyak resiko. Kurang lebih seperti ini tanggapan sheikh Najd:  “jika kalian benar-benar mengasingkan Muhammad, justru kalian membahayakan orangorang Arab di Mekkah. Karena diasingkan kemanapun, Muhammad akan tetap didatangi oleh keum dan kelompoknya. Jika nanti mereka menyusun kekuatan lalu datang ke sini menghantam, mereka memperlakukan kalian semaunya. Maka, jangan jangan pakai usulan ini!. Usulan ditolak, lalu muncul usulan lain dari salah satu anggota dewan, yang disebut sebagai Abu alBakhtari dari utusan Bani Asad bin Abdul ‘Uza. Beliau mengusulkan untuk memenjarakan Muhammad s.a.w. di dalam kurungan besi dan membiarkan dia dalam kesempitan, sampai nanti kita lihat kematiannya. 

Sama seperti sebelumnya, usulan ini kemudian ditanggapi oleh Sheikh Najd dengan tanggapan yang negatif. Dia katakan: “kalau benar kalian akan memenjarakannya, ini masalah. Karena dari balik jeruji besi itu, mulutnya tetap berbicara dan menyampaikan pesan melalui balik penjara di belakang kalian kepada para pengikutnya. Yang akhirnya justru membuat mereka bersatu dan galang kekuatan untuk membebaskannya dari penjara kalian. Maka jangan jalankan usulan tersebut.” Usulannya pun akhirnya mentah juga sampai kemudian Abu Jahl berdiri dan menyampaikan uneguneg-nya. Beliau mengatakan:  “saya punya usulan yang rasanya kalian tidak membayangkan ini sebelumnya! Saya mengusulkan untuk kita mengutus satu anak muda yang gagah dan berani dari setiap kabilah yang ada ini. Dan kita bekali mereka dengan pedang yang tajam. Lalu denga bersamaan, mereka datangi Muhammad dan salah seorang diantara utusan kita membunuhnya. Dengan begitu kita bisa tenang di kota ini. 

Adapun urusan dengan bani Abd Manaf itu akan sangat mudah sekali; karena darahnya Muhammad nantinya akan terbagi ke setiap pedang utusanutusan kita. Denga begitu bani Abd Manaf tidak akan bisa menuntut karena yang melakukan adalah seluruh kabilah kita!” Sheikh Najd langsung berdiri setalah mendengar saran Abu Jahl ini lalu mengatakan: “Demi Allah, inilah usulan yang tidak ada lagi usulan lebih baik dari ini!”. Itu juga berarti parlemen setuju dengan usulan Abu Jahal yang kemudian dikonfirmasi oleh Sheikh Najd. Dan mereka juga sepakat untuk mengeksekusi kesepakatan mereka malam nanti.  Di waktu yang bersamaan, di waktu anggota parlemen Dar an-Nadwah berkumpul untuk bersepakat akan pembunuhan. Nabi s.a.w. di rumahnya didatangi oleh malaikat Jibril yang membawa informasi dari Allah s.w.t bahwasanya nabi s.a.w. diizinkan untuk meninggalkan Mekkah Hijrah ke Madinah. 

Dan segera ke rumah Abu Bakr r.a. untuk menyiapkan rencana keberangkatan.  Nabi s.a.w. pun keluar dari rumahnya di pagi hari yang mencekam itu menuju rumah Abu Bakr dengan berpakaian yang menutup seluruh badannya kecuali bagian matanya saja. Seperti kebanyakan pengendara kuda di padang pasir yang memkai jubah dan juga tudung kepala, sehingga tidak diketahui siapa itu kecuali dari matanya saja.  Sesampainya di rumah Abu Bakr r.a., Nabi s.a.w. kemudian menyiapkan beberapa hal untuk keberangkatannya malam nanti bersama. Setelah itu Nabi s.a.w. pulang ke rumah, sampai malam hari datang.  

Malam Tanggal 27 Shafar 

Malamnya, para pamuka Kafir Quraisy sudah menyiapkan pengepungan sekaligus penyergapan yang akhirnya pembunuhan kepada Muhammad. Ada 11 algojo yang sudah siap sedia sebagaimana sudah disepakati sejak pagi hari, yang mana 11 orang itu adalah utusan masing-masing kabilah yang ada di quraisy Makkah. Semua sudah mantap untuk melakukan pengepungan dan membunuh Muhammad s.a.w., karenanya sepanjang malam mereka terjaga tidak tidur menunggu sampai tengah malam. Di tengah malam itulah eksekusi akan di lakukan.  

Tiba waktu tengah malam, mereka berangat menuju rumah Nabi s.a.w. untuk menyelesaikan apa yang sebenarnya menjadi keinginan mereka sejak lama; yakni menghentikan dakwah Nabi s.a.w.. Rumah Nabi s.a.w. pun terkepung oleh 11 algojo dengan pedang mereka. Keadaan sungguh mencekam.  Tapi sayang seribu sayang, mereka kira persiapan mereka dengan segala motivasinya bisa berhasil. Nyatanya Allah s.w.t. juga sudah menyiapkan makarNya dan tidak ada pembuat makar yang bisa menandingi makarnya Allah s.w.t. 

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya. (al-Anfal 30)
 
Di dalam rumah, Nabi s.a.w. sebelum keberangkatannya, beliau s.a.w. berpesan kepada sayyidina Ali r.a. yang ada bersamanya kala itu, untuk tidur di kasurnya Nabi s.a.w. dan memakai selimut hijau yang biasa dipakai oleh Nabi s.a.w., lalu Nabi s.a.w. mengatakan:  Tidurlah di kasur ku ini dengan selimut hijau yang biasa ku pakai, mereka tidak akan menyakiti mu sedikit pun.  

Nabi s.a.w. mengambil tanah seukuran genggaman tangannya dari belakang rumahnya kemudian beliau s.a.w. membuka pintu dan melihat barikade algojo yang sudah mengelilingi rumahnya. Tanpa ragu beliau lemparkan tanah yang digenggamnya ke kepala algojo-algojo tersebut sambil baca ayat: 

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (yasin: 9)
Seketika, Allah s.w.t menarik penglihatan seluruh algojo yang ada dengan kuasa-Nya sehingga mereka tak sekalipun melihat Nabi s.a.w. keluar dari rumah secara bebas menuju rumah Abu Bakr r.a.
 

Sembunyi di Gua Tsur

Sembunyi di Gua Tsur 

Sesampainya Nabi s.a.w di rumah Abu Bakr r.a., mereka berdua kemudian segera berangkat menuju ke arah selatan, arah yaman; yakni arah yang berlawan dengan arah madinah; arah utara. Dan mereka berdua melakukan jalan ke arah selatan sekitar 5 mil; itu dilakukan untuk mengelabui orangorang kafir yang memang melakukan pengerjaran mereka, dan Nabi s.a.w tahu itu bahwa orang-orang kafir akan berusaha mengejar dan mecegat nabi s.a.w. di jalan yang menuju langsung ke Madinah.  

Setelah berjalan 5 mil jauhnya, mereka berdua berhenti di sebuah bukit tinggi yang terjal yang disebut dengan Tsur; terjal, dan memiliki bebatuan besar. Nabi s.a.w. dan Abu Bakr menaiki bukit tersebut sampai mereka menemukan gua di puncaknya yang disebut gua Tsur.  Mu’jizat Nabi s.a.w. Ada sebuah kisah yang menjadi bukti mukjizat Nabi s.a.w. ,yakni ketika mereka berdua berada di gua Tsur, saking lelahnya Nabi s.a.w. tertidtu di pangkuan Sayyidina Abu Bakr yang memang menyiapkan pangkuannya untuk Nabi beristirahat sebab kondisi gua yang lumayan kurang bersih. Akan tetapi beberapa saat Nabi s.a.w. tidur, sayyidina Abu Bakr r.a. didekati oleh seekor kalajengking yang akhirnya menggigit kakinya.  

Hebatnya, Sayyidin Abu Bakr r.a. tidak bergerak, waluapun sakit, dan berdarah srta meneteskan air mata karena sakitnya, Sayyidina Abu Bakr tidak pua bergerak, sebab beliau khawatir mengganggu Nabi s.a.w. yang sedang tidur. Ia tahan tersu sakit itu namun satu tetes air matanya jatuh ke pipi Nabi s.a.w. yang memang tidur di pangkuannya, tetesan itu yang membuat Nabi s.a.w. terbangun dan melihat Sayyidina Abu Bakr yang meringis kesakitan, sebab gigitan kalajengking.  

Lalu Nabi s.a.w. meludahi bagian kaki yang digigit oleh kalajengking itu, dan seketika, luka Sayyidina Abu bakr hilang, tak berbekas, darah berehenti dan kulitnya pun kembali normal seperti tidak pernah digigit kalajengking. Ini kekhususan yang dimiliki oleh Nabi s.a.w. 

Menginap di Gua Tsur 3 Malam

Stategi yang disiapkan oleh Nabi s.a.w. dan sayyidina Abu Bakr r.a. membuat mereka menginap 3 malam di gua Tsur; yakani sejak malam kedatangan, yakni malam jumat; malam 27 Shafar, malam sabtu dan malam ahad.  Selama 3 malam itu, Nabi s.a.w dan Sayyidina Abu Bakr r.a. dilayani oleh anaknya Abdullah bin Abu Bakr dan juga budaknya; ‘Amir bin Fuhairah, yang keduanya juga ikut menginap di gua Tsur. 

Mereka datang selepas terbenam matahari dan datang kembai ke Makkah menjelang subuh. 2 orang ini yang embawakan seluruh kebutuhan sekaligus mnejadi informan atau pembawa berita untuk Nabi s.a.w. dan Sayyidina Abu Bakr tentang keadaan Makkah dan operasi pengejran Quraisy terhadap keduanya.  Orang-orang kafir makkah beserta petinggi Quraisy di sana sudah hampir putus asa soal Muhammad, karena beberapa tak jua mendapatkan kabar keberadaan Muhammad s.a.w. Kemudian mereka melakukan sayembara dengan hadiah yang meggiurkan untuk seluruh orang yang bisa mendatangkan Muhammad atau malah bisa mengeksekusinya dan membawa jasadanya sebagai bukti. Sayembara ini meluas kabarnya ke dusundusun yang jauh bahkan sampai ke luar kota makkah. Dan juga sampai kepada beberapa warga yang tinggal dekat dengan gua Tsur.  

Dalam riwayat Imam al-Bukhari, diriwayatkan dari Sayyidina Abu Bakr r.a. tentang cerita tentang peserta sayembara yang melakukan pencarian sampai berhasil mendekat gua Tsur; tempat Nabi s.a.w. bersebunyi. Sayyidina Abu Bakr bercerita, bahwa ketika beliau bersembunyi, beliau merasakan ada beberapa orang yang datang mendekat, dan betul saja, ketika beliau mengangkat kepalanya, beliau melihat dengan jarak yang sangat dekat di depan matanya itu adalah kaki-kaki dari orang-orang yang memburu sayembara penangkapan Nabi s.a.w. dan Abu Bakr. 

Beliau r.a. mengatakan:  “kalau saja salah seorang dari mereka menundukkan kepalanya sedikit pastilah mereka melihat kami di dalam” Nabi s.a.w. kemudian berkata kepada Abu Bakr r.a.: “tenanglah Abu Bakr, berdua kita di gua ini, Allahlah yang menjadi ketiganya (penolong)” Dengan pertolongan Allah, para pencari tersebut, tidak pernah sadar bahwa di bawah kaki mereka ada Nabi s.a.w. dan Abu Bakr r.a. bersembunyi, akhirnya mereka pulang dengan hasil nihil.  
 

Sembunyi di Gua Tsur
 

Perjalanan ke Madinah 

Setelah 3 malam menginap di gua Tsur, datang waktu akhinrnya untuk Nabi s.a.w. dan Abu Bakr memulai perjalan ke Yatsrib atau Madinah. Yakni di malam senin, malam tanggal 1 Rabi’ul-Awal. Dan Nabi s.a.w. ternyata melakukan perjalanan tidak hanya dengan sayyidina Abu Bakr r.a., akan tetapi keduanya ditemani oleh 2 orang lainnya; yakni budaknya Abu Bakr r.a., yaitu ‘Amir bin Fuhairah dan Abdullah bin ‘Uraiqith.  Abdullah bin ‘Uraiqith ini adalah orang kafir Mekkah yang sebelumnya, Nabi s.a.w. dan Abu Bakr mempekerjakannya sebagai petunjuk jalan; karena memang itulah keahliannya. 

Dan Nabi s.a.w. juga Abu Bakr r.a. sudah menitipkan kendaraan mereka kepada Abdullah. Jadi ketika malam senin tiba, Abdullah bin ‘Uraiqith datang sesuai janji “kerja” yang sudah disepakati dan membawa besertanya kendaraan untuk Nabi s.a.w. dan Abu Bakr.  Perjalanan dimulai dengan terus menuju selatan ke arah Yaman, lalu ke Barat sampai mendekati garis patai Laut mereh, barulah mereka berbalik arah ke utara; arah yang memang betul menuju Madinah. Jalan garis pantai ini adalah jalan yang hampir tidak pernah dilewati oleh musafir kecuali sangat sedikit sekali.  

Dalam riwayat imam al-Bukhari disebutkan bahwa Nabi s.a.w. beserta rombongan melakukan perjalan sejak malam tidak berhenti, sampai qaim alDzahirat; yakni matahari berada tepat di kepala mereka. Yang kemudian membuat mereka beristirahat di bawah batu besar sampai hilang lelahnya, dan meneruskan jalan lagi.  Juga dari riwayat yang sama, Abu bakr menceritakan tentang bagaimana penjagaannya kepada Nabi s.a.w., dari ancaman yang mungkin datang. 

 Salah satu diantaranya adalah ketika melewati sebuah dusun yang mana banyak orang berkumpul dan melihat. Abu Bakr adalah orang yang sudah menjadi tokoh sehingga banyak orang yang mengenalinya. Sedangkan Nabi s.a.w. ketika ituadalah laki-laki muda yang belum banyak dikenali oleh orang-orang. Jadi setiap ada yang datang dan bertanya kepada Abu Bakr, ia akan menjawab bahwa: itu (muhammad) adalah penunjuk jalan ku. Kisah yang banyak diriwayatkan tentang perjalanan Nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah adalah kisah Suraqah bin Malik bin Ja’Syam, yang mana disebutkan bahwa ia adalah satu-satunya pemburu hadiah sayembara yang mampu mendekati Rasulullah dalam perjalanan. Sangat dekat. Bahkan dalam riwayat disebutkan, saking dekatnya, Suraqah bisa mendengar ucapan Nabi s.a.w. yang kepada Abu Bakr ketika beliau r.a. berkali-kali menoleh ke belakang khawatir dengan ancaman Suraqah.  “Jangan takut. Allah bersama kita!” 

Akan tetapi upaya keras yang dilakukan Suraqah tidak berbuah manis. Terhitung sebanyak 2 kali kudanya terperosok ke dalam pasir gurun ketika berupaya mendekat dan menarik kaki kudanya salah satu dari rombongan Nabi s.a.w., sampai ke-4 kaki kuda tidak terlihat lagi dan juga sulit bagi suraqah bangun dari jatuhnya. Keadaan itu akhirnya membuat Suraqah menjadi penjaga Rasul, yang awalnya adalah pemburu Rasul.  

Selain Suraqah, Nabi s.a.w. juga bertemu dengan Abu Buraidah; yang juga adalah pemburu hadiah dari sayembara penangkapan Nabi s.a.w. Namun sayangnya, ketika bertemu dengan Rasul dan berbicara dengannya s.a.w., Abu Buraidah justrululuh dan akhirnya masuk Islam di lokasi beserta 70 orang pengikutnya. Kemudian ia lepaskan sorban kepalanya dan mengikatnya kuat ke ujung tobak lalu dijadikanlah sorban itu sebagai bendera, seraya memberi tahu kepada orang-orang yang melihat bahwa juru damai dan keselamatan telah datang ke dunia.  
 

Sampai di Madinah

Tanggal 8 Rabi’ul Awwal 

Hari senin tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun pertama Hijrah, Nabi s.a.w. beserta rombongan sampai di destinasi pertama sebelum Madinah; yakni Quba.  Dalam kitabnya Zad al-Ma’ad, Imam Ibn alQayyim menuliskan sebuah riwayat tentang kedatangan Nabi s.a.w. ke Quba yang membuah seluruh penjuru kota bergembira. Beliau s.a.w. beristirahat di dusun Bani ‘Amr bin ‘Auf. Beliau s.a.w. disambut oleh banyak orang juga diberi salam. 

Yang kemudian turun Wahyu: Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran); dan jika kamu berdua saling bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sungguh, Allah menjadi pelindungnya dan (juga) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya. (al-Tahrim: 4) 

Dalam riwayat al-Bukhari, sahabat ‘Urwah bin alZubair menceritakan kondisi saat itu, bahwa rombongan Nabi s.a.w. duduk di Bani ‘Amr bin ‘Auf dan banyak orang yang hadir menyambut, dan keadaan saat itu sedang terik matahari. Lalu Sayyidina Abu Bakr berdiri guna menutup terik matahri agar tidak mengenai Nabi s.a.w. yang duduk. Dan orang-orang pun akhirnya tahu bahwa yang duduk dan dihalangi oleh Abu Bakr dari terik itu adalah Nabi s.a.w. Setelah menetap 4 hari di Quba dari hari senin, di hari kamis Nabi s.a.w. mendirikan Masjid Quba; itu adalah masjid pertama yang beliau s.a.w. bangun. 

Di hari jumatnya, belaiu meninggalkan dusun bani ‘Amr bin ‘Auf menuju Madinah. Pertengahan siang, beliau sampai di dusun Bani Salim bin ‘Auf yang kemudian beliau melaksanakan shalat Jumat di Masjid yang berada di dalam lembah bersama sekitar 100 orang. Sebagimana disebutkan oleh alMubarokafuri dalam al-Rahiq al-Makhtum.  

Tanggal 12 Rabi’ul Awwal 

Hari yang dinanti-natikan itu akhirnya tiba. Setelah melaksanakan Jumat di Bani Salim bin ‘Auf, Nabi s.a.w. beserta rombongan yang bertambah banyak karena mendapat penjagaan dari kaum Bani Najjar, sampai ke Yatsrib yang kamudian berganti nama sejak datangnya Nabi s.a.w., dengan Madinah.  Madinah sendiri artinya kota, yang sebenarnya adalah Madinah al-Rasul Shallahu ‘alayh wasallam; yakni kotanya Nabi s.a.w., disingkat menjadi alMadinah.  Kedatangan Nabi s.a.w. diambut kegembiraan dari setiap rumah yang beliau s.a.w. lewati. Semuanya bergembira sebagaimana gembiranya para wanita Anshar yang mendendangkan syair: Sang purnama datang kepada kita, dari tempat Tsaniyat al-Wada’. Kita harus bersyukur kepadaNya, selama masih ada yang menyeru kepadaNya.  

Datangnya Nabi s.a.w. benar-benar membuat kegembiraan kepada banyak orang-orang Yastrib, sampai-sampai setiap kali melewati rumah seseorang, Nabi s.a.w. diminta untuk tinggal bersamanya. Namun Nabi s.a.w. hanya melepaskan tali untanya, dan membiarkan ia memilih tempat untuk beliau s.a.w., walaupun ada juga beberapa yang berusaha menarik perhatian unta agar memilih rumahnya, akan tetapi Nabi s.a.w. mengatakan:  Biarkanlah unta itu, karena ia sudah diperintah. Akhirnya unta tersebut berhenti di sebuah tanah yang sekarang menjadi Masjid Nabawi, dan itu berada di dusun Bani al-Najjar yang merupakan keluarga Nabi s.a.w. dari jalur ibunya. Lalu Nabi s.a.w. bertanya tentang rumah yang terdekat dengan tanah yang diduduki oleh untanya? Dan ternyata rumah Abu Ayub al-Anshari yang terdekat, di situla Nabi s.a.w. menginap, sambil menunggu proses pembangunan masjid Nabawi.  

Beberapa hari setelah kedatangan Nabi s.a.w. ke Madinah, anak-anak Nabi s.a.w.; Ummu Kultsum, dan Fathimah datang menyusul. Mereka berdua datang bersama dengan istri Nabi s.a.w.; Saudah. Dalam rombongan itu juga terdapat keluarga Abu Bakr; Abdullah dan juga Aisyah. Imam Ibn Qayyim al-jauziyyah menyebutkan bahwa salah satu anak Nabi s.a.w. Zainab masih berada di mekkah bersama suaminya Abu al-Ash, mereka berdua baru sampai ke Madinah setelah perang Badr.   

Posting Komentar untuk "Permulaan Hijrah Nabi Muhammad, Sembunyi di Gua Tsur dan Perjalanan ke Madinah"